ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK
LIMPOMA NON HODGKIN
1.1 Pengertian
Limfoma non-hodgkin adalah golongan keganasan
limfoid padat heterogen tanpa klasifikasi yang jelas. (Ilmu Kesehatan Anak hal.
12)
1.2 Etiologi
1.
Imunodefisiensi kongenital.
2.
Kegagalan transformasi Limfosit B dan Limfosit T.
3.
Infeksi Virus
·
Virus epstein-Barr yang berhubungan dengan
Limfoma Burkit. Sebuah penyakit yang bisa ditemukan di Afrika.
·
Infeksi HTLV-1 (Human T Lymphotropic Virus Tipe
I)
1.3 Tanda
dan Gejala
1.
Kelelahan dan kelemahan.
2.
Nyeri dada
3.
Perubahan karakteristik urin dan feses
4.
Kehilangan nafsu makan
5.
Nyeri tekan pada nodus limfe yang terkena
1.4 Manifestasi
Klinis
Gejala pada sebagaian besar pasien asimtomatik, sebanyak 20% pasisen
dapat mengalami demam, keringat malam, perubahan berat nadan. Penyakit ini
paling sering terjadi pada lambung, paru-paru dan tulang.
PATOFISIOLOGI
Bahan Limfogenik
-
Susu
-
Bahan kimia
-
Radiasi
|
Pirogen
( virus )
|
Mutasi kromosom :
-
Translokasi
-
Delesi
|
Ketidakmampuan
limfosit matang ( limfosit kecil )
Untuk
mengubah morfologinya dan berdifrensiasi
Kegagalan
transformasi limfosit B dan limfosit T
Kegagalan
limfosit B berdifrensiasi memberntuk anti body
dan
kegagalan limfosit T berdifrensiasi menjadi bentuk aktif
Limfoma
noduler
Leher
|
Torak
|
Respiratory tract
|
SSP
|
GIT
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
Pembesaran
kelenjar getah bening
|
Obstruksi vena cava
superior
|
Obstruksi vena cava
inferoir
|
Kompresi trakea dan
bronkus
|
TIK
|
N.VII
|
Infiltrasi peritoneal
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
Tekanan pada esofagus
|
-
Takikardi
-
Disritmia
-
Pembeng kakan, leher, rahang.
|
-
Asites
-
Odema ekstremitas bagian bawah
|
-
Dispnea
-
Parau
-
Takipnea
|
Ketidakmam puan otot pengunyah
|
Ketidakmam puan berbicara
|
Hepatomegali
Gagal ginjal
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
Disfagia
|
- Tangan
kanan odena
|
Water
exess
|
Perubahan pola nafas
|
G3 Nutrisi kurang dari kebutuhan
|
G3 Verbal
Ikterus
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
¯Haluaran
|
|||||||||||||||||||||||
G3
Nutrisi
|
G3
Aktivitas
|
Resiko pertukaran
gas
|
Resiko perubahan
jalan napas tidak efektif
|
|
|||||||||||||||||||||||
1.5 Pemeriksaan
Pada hasil lab mungkin ditentuakan Neutrofilia, monosit, besofilia,
eosinofilia, limfopenia lengkap gejala lanjut
HB :
menurun
LED :
meningkat
Trombosit :
menurun
1.6 Penatalaksanaan
a.
Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan
multidisiplin, terapi yang dapat dilakukan adalah :
1. Radio
terapi.
LNH sangat radio sensitif
2. Kemoterapi
Limfoma stadium I atau II
derajat menengah atau tinggi biasanya berespon baik terhadap kombinasi kemoterapi
dengan tanpa radioterapi. Angka penyempitan sekitar 80-90%.
3. Kombinasi
radio terapi dan kemoterapi setelah biopsi bedah.
b.
Tambahan Tx berdasarkan etiologi
1. Imunoterapi
dengan maksud untuk menambah kekebalan tubuh terhadap kanker
2. Pembedahan
/ operasi
Yaitu mengangkat seluruh
/ sebagian jaringan kanker
3. Radiasi
/ penyinaran dengan sinar radioaktif dengan tujuan menghancurkan sel-sel
kanker.
4. Kemoterapi
:
- Sitostatika dengan
maksud untuk membunuh sel-sel kanker
-
Hormon terapi dengan maksud untuk merubah millieu hidup dari sel-sel kanker.
1.7 Prognosis
Banyak pasien yang dapat mencapai respon sempurna, sebagian diantaranya
dengan limfoma sel besar difus, dapat berada dalam keadaan bebas gejala dalam
periode waktu yang lama dan dapat pula disembuhkan, pemberian regimen kombinasi
kemoterapi agresif berisi doksombisin mempunyai respon sempurna yang tinggi
berkisar 40-80%.
ASUHAN KEPERAWATAN
2.8. Asuhan Keperawatan dengan
LNH
I.
PENGKAJIAN
1.
IDENTITAS
Terutama menyerang pada anak yang lebih muda, tak
ada distribusi umur yang karakteristik, anak laki-laki lebih sering terserang
daripada anak wanita dengan perbandingan 3 : 1.
2.
RIWAYAT PENYAKIT
a.
Keluhan utama : sesak nafas
b.
Riwayat penyakit sekarang
-
Dispnea saat kerja dan istirahat
-
Batuk kering non-produktif
-
Peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman,
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
-
Demam menetap dan lebih tinggi dari 380 C
c.
Riwayat penyakit dahulu
d.
Riwayat kesehatan keluarga.
3.
KEBUTUHAN NUTRISI
Anoreksia
Disfagia
4.
KEBUTUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI
Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum, kebutuhan
tidur dan istirahat lebih banyak, menurunnya aktifitas bermain.
5.
PEMERIKSAN FISIK
a.
Keadaan Umum
-
Suhu tubuh lebih dari 380 C, malaise,
kelemahan
-
Peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman
penggunaan
-
Otot bantu, stridor, sianosis
-
Batuk kerming non-produktif
-
Dispnea
b.
Kepala
-
Mata : ikterus sklera, konjungtiva putih (anemia).
-
Leher : pembesaran limfo nadi leher dan
supraklavikular
-
Dada : bila terjadi perubahan pola nafas dan ketidakefektifa bersihan jalan nafas akan
didapatkan peningkatan frekuensi dan kedalaman, penggunaan otot bantu dan suara
nafas tambahan.
-
Abdomen : adanya asites
-
Anus dan Genetalia
·
Eliminasi alvi dapat terganggu
·
Eliminasi uiri dapat terganggu penurunan keluaran
urine, urine gelap/ pekat, anuria.
-
Ekstrimitas
·
Atas : pembengkakan tangan kanan
·
Bawah : edema ekstremitas bawah
6.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pada hasil lab ditemukan limfopenia
b.
LED : meningkat
c.
Trombosit :
menurun
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ketidakefektifas bersihan jalan nafas, potensial
perubahan pola nafas sehubungan dengan
a.
Obstruksi trakeabronkial sekunder terhadap penumpukan
sekret
b.
Pembesaran nodus mediastinal/ edema jalan nafas
c.
Sindrom vena kana superior
2.
Hipertermi sehubungan dengan efek pirogen terhadap
pengaturan suhhu tubuh pada hipotalamus
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan dengan : Berkurangnya intake untuk memenuhi kebtuhan metabolisme
sekunder terhadap anoreksia.
4.
Gangguan rasa nyaman :
Nyeri sehubungan dengan nodus pada kelenjar limfe
5.
Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan :
a.
Interpretasi yang salah terhadap informasi
b.
Tidak adanya sumber informasi
III. PERENCANAAN
1.
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kegawatan maslah
2.
Tujuan, Kriteria hasil, Rencana tindakan dan rasional
rencana tindakan
a.
Diagnosa Keperawatan I
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas s/d
-
Tujuan : mempertahankan efektifitas pernafasan
-
Kriteria hasil :
·
Tidak terdengar suara nafas tambahan
·
Tidak ada tarikan otot bantu pernafasan
·
Tidak ada sekresi dari saluran pernafasan yang
berlebihan
·
Frekuensi pernafasann dalam batas normal
-
Rencana Tindakan
·
Auskultasikan suara nafas, perhatikan adanya
suara nafas tambahan
R : Adanya
obstruksi pada saluran nafas dimanifestasikan pada suara nafas.
·
Monitor frekuensi pernafasan
R : Takipnea
merupakan kompensasi terhadap suatu stres, pernafasan dapat menjadi cepat/
lambat.
·
Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman, kepala
lebih tinggi dari kaki
R : Diafragma
lebih rendah dapat memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan,
menurunkan resiko aspirasi.
·
Rubah posisi secara berkala (teratur).
R : Membantu
mobilisasi dan pengeluaran sekret
·
Latih pasien untuk nafas dalam abstruk efektif
R : Nafas
dalam memudahkan mekanisme ekspansi dada secara maksimal , batuk merupakan
mekanisme alamiah untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
·
Lakukan sunction
R : Bila
mekanisme pembersihan jalan nafas (batuk) tidak efektif dilakukan sunction.
·
Berikan O2 sesuai indikasi
R : Memaksimalkan
transpor O2 dalam jaringan
b.
Diagnosa Keperawatan II
Hipertermi sehubungan dengan :
-
Tujuan : klien menunjukkan suhu tubuh dalam batas
normal
-
Kriteria hasil :
Suhu tubuh 36,5
– 37,5 0C (bayi)
36
– 37,5 0C (anak)
Frekuensi RR :
Bayi : 30-60 x/mnt
Anak : 15-30 x/mnt
Frekuensi N :
Bayi : 100-120 x/mnt
Anak : 120-140 x/mnt
-
Rencana Tindakan :
·
Monitor temperatur tubuh
R : Perubahan
temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut
·
Monitor suhu lingkungan
R : temperatur
lingkungan dipertahankan mendekati suhu normal
·
Berikan kompres dingin
R : Menurunkan
panas lewat konduksi
·
Berikan antipiretika sesuai program tim medis
R : Menurunkan
panas pada pusat hipotalamus
c.
Diagnosa keperawatan III
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan :
-
Tujuan : Klien dapat menunjukkan dan/ mempertahankan BB
yang normal.
-
Kriteria hasil :
·
Adanya minat/ selera makan
·
Porsi makan sesuai kebutuhan
·
BB dipertahankan sesuai usia
·
BB meningkat sesuai usia
-
Rencana Tindakan :
·
Monitor intake makanan.
R : Memonitor
intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi makanan
·
Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah
makan.
R : Mengurangi
rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan.
·
Sajikan makanan yang menarik merangsang selera
dan dallam suasana yang menyenangkan
R : Meningkatkan
selera makan sehingga meningkatkan intake makanan
·
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R : Makanan
dalam porsi besar/ banyak lebih sulit dari konsumsi saat pasien anoreksia.
·
Timbang BB setiap hari
R : Memonitor
kurangnya BB dan efektifas intervensi nutrisi yang diberikan.
·
Konsul ke ahli gizi
R : Memberikan
bantuan untuk menetapkan diit dan merencanakan pertemuan individual bila
diperlukan.
d.
Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nodus pada
kelenjar limfe.
-
Tujuan : Klien tidak mengalami
-
Kriteria hasil :
·
Nyeri berkurang
·
Nyeri hilang
-
Rencana tindakan :
·
Kaji tingkat nyeri
R : Mengetahui
derajat nyeri
·
Ajarkan tehnik relaxasi dan distraksi
R : Dapat
menurunkan ketegangan dan merelaxasi otot-otot serta mengurangi rasa nyeri
·
Observasi TTV
R : Untuk
deteksi perkembangan pasien
·
Kolaboasi dengan tim medis dalam pemberian
analgesik dan transbulizer
R : Menurunkan
respons fisiologis terhadap nyeri/ ansietas menurunkan kebutuhan oksigen dan
membatasi pengauh terhadap pernapasan.
e.
Diagnosa Keperawatan V
Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan :
-
Tujuan : secara verbal keluarga dapat mengungkapkan/
menjelaskan proses penyakit dan pengobatan.
-
Kriteria hasil :
·
Keluarga
dapat mengidentifikasi proses penyakit dan pengobatan.
·
Adanya perubahan lingkungan/ gaya hidup.
-
Rencana Tindakan
·
Berikan informasi Limpoma non-Hodkin secara
spesifik
R : Memberikan
pengetahuan dasar, mengurangi kecemasan dan meningkatkan sikap kooperatif
keluarga terhadap tindakan yang akan dikerjakan.
·
Diskusikan kemungkinan infeksi sekunder adanya
tanda dan gejalanya.
R : Abnormalitas
imunitas seluler mempunyai potensi infeksi
·
Diskusikan cara oral hygiene
R : Pada
fase prodormal dan erupsi perawatan kebersihan diri sangat penting untuk
dikerjakan