Kamis, 29 November 2012

DEMAM TIFOID


DEMAM TIFOID
(Thypoid Fever, Thypus Abdominalis)

Batasan
         Infeksi akut dengan demam, yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.
PATOFISIOLOGI

         S. typhi  kuman Gram negatif,
         dapat hidup lama dalam air kotor,
         makan yang tercemar
         alas tidur yang kotor.


         Setelah penularan per oral à S. typhi berkembang biak di usus halus dan kolon à menyebabkan radang plaque Peyer, dan menjalar malalui saluran limfe ke aliran darah.

         Setelah bakteremi pertama,

à  S. typhi berkembang biak di sistem retikuloendotelial,
à  menyebabkan bakteremi kedua dan menimbulkan gejala-gejala penyakit.


à Pada dinding ileum terjadi ulkus, à  dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi intestinal.

à Monosit mamfagositosis S. typhi dan membebaskan pirogen endogen, yang menyebabkan demam.

à S. typhi mengandung 3 jenis antigen:

à antigen O dalam dinding sel kuman,
à antigen dalam flagelum, dan
à antigen Vi dalam lapisan luar à meliputi dinding sel kuman.

à Antigen O, H, dan Vi menyebabkan sel retikuloendotelial memproduksi antibodi (aglutinin) O, H, dan Vi.







GEJALA KLINIS

         Masa tunas rata-rata 14 hari
         Gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik
         Demam, bradikardi relatif, nyeri kepala, nyeri perut, obstipasi
         Nyeri tekan perut kanan bawah, hepatolegali, splenomegali, meterorismus.
         Akhir minggu pertama timbul roseola (rose spots) pada kulit dada atau perut (jarang ditemukan di kulit yang berwarna gelap)
         Pada tingkat yang lebih lanjut/berat, kesadaran menurun atau terdapat delirium
         Waktu penyembuhan demam turun dan gejala-gejala menghilang


PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

         Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis
         Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fosfatase Alkali meningkat.
         Dalam minggu pertama biakan darah S. typhi positif 75-85%, dalam minggu-minggu berikutnya biakan darah positif berkurang
         Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga
         Biakan sumsum tulang seringkali positif, walaupun biakan darah negatif
         Pada reaksi Widal titer aglutininin O dan H meningkat sejak minggu kedua dan tetap positif selama beberapa bulan/tahun.
         Satu diantara tiga penderita demam tifoid tidak menunjukkan kenaikan titer reaksi Widal.
         Kenaikan titer reaksi Widal empat kali lipat pada pemeriksaan tulang memastikan diagnosis.
         Titer reaksi Widal di atas 1:200 menyokong diagnosis

DIAGNOSIS BANDING
Penyakit infeksi:
         Malaria, infeksi saluran kemih, meningitis, pneumonia, TB. Paru, peluritis
Penyakit keganasan:
         Leukomia, karsinoma
Penyakit kolagen:
         Demam reumatik, eritematosus lupus sistemik
PENATALAKSANAAN
         Tirah baring
         Diit lunak atau padat rendah selulosa (pantang sayuran dan buah-buahan) kecuali pada komplikasi intestinal
Obat - obat :
Antimikroba
1.         Kloramfenikol 4 kali 500 mg sehari/intravena
2.         Tiamfenikol 4 kali 500 mg sehari oral
3.         Kotrimoksazol 2 kali 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama intravena, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
4.         Ampisilin atau amoksilin 100 mg/kg BB sehari oral/intravena, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selam 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
1.         Golongan Quinolon:  cyprofloxacin 2x500 mg/hari, ofloxacin 2x200 mg/hari.

1.        antipiretika seperlunya, misalnya parasetamol 3 kali 500 mg
2.        Vitamin B komplek dan vitamin C
3.        Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam

KOMPLIKASI

         Perdarahan
         intestinal,
         perforasi intestinal,
         ileus paralitik,
         renjatan septik,
         pielonefritis,
         kolesistitis,
         pneumonia,
         miokarditis.


ASKEP ASFIKSIA


ASUHAN  KEPERAWATAN ANAK DENGAN
ASFIKSIA NEONATORUM


I.     KONSEP DASAR MEDIS
1.1.     Pengertian
-         Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir, (YBp–sp, Hal : 709,2002)
-         Asfiksia neonatorum adalah hipoksia yang prograsif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak/ kematian pada bayi fungsi. (JNPKKR-pogi, Hal: 347,2001)

1.2.     Etiologi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan perlu karena gangguan pertukaran gas, serta transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2, gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun  seperti anemi, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada keadaan terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksi genisasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi dengan melakukan pemeriksaan antenatal yang sempurna, sehingga perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan.
Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia


1.3.  Patofisiologi
Etiologi
 


Faktor Ibu                                                           Faktor Janin
-          G3 hif                                               -  G3 aliran darah dalam tali
   pusat karena tekanan tali pusat.
-          Hipotensi mendadak pada ibu         -  Depresi pernapasan karena
karena perdarahan.                              obat-obatan anestasia/ analgetika yang
   diberikan kepada ibu.
-          Hipertensi pada eklamsia.                -  Perdarahan Intrakranial.
-          G3 mendadak pada plasenta                        -  Kelainan Bawaan.
 G3 aliran darah
 

↓ Perfusi O2 kejaringan → Sianosit       ↓ Sirkulasi → Sirkulasi darah ke paru
               ↓                                              Nutrisi → Nutrisi           ↓
↓ PO2 darah ↑ PCO2                               Kebutuhan ke janin     Sesak
               ↓                                                                                    
Nutrisi kurang dari kabutuhan
 
G3 pertukaran gas → Asidosis respiratorit → odem paru    Perubahan
                                                                     ↓     pola nafas
↓                                  ↓                           ↓ CO
   HB – CO2 ↓             Metab. Anaerob            ↑ As. Laktat
            ↓                                  ↓                                  ↓
        Anemi                 Glikolisis glikogen         Tonus otot ↓
                        tubuh (jant + hepar)                ↓
Penurunan  perfusi jaringan
 
↓ daya tahan tubuh                 ↓                      Intoleran aktifitas
            ↓                                  ↓
  Resiko infeksi Asidosis metabolik
            ↓                                  ↓
↓ glikogen jantung        mengenai otak
            ↓                                  ↓
         ↓ Sel otot jantung           Kerusakan sel otak
            ↓                                  ↓
           ↓ HR – TD – Bradikardi    Kematian
            ↓

   ↓ Cardic  Output


bayi, keadaan ini perlu dikenal, agar dapat dilakukan persiapan yang sempurna pada saat bayi lahir, faktor-faktor yang mendadak ini terdiri atas :
1.2.1. Faktor-faktor dari pihak janin seperti :
1.2.1.1.gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
1.2.1.2.depresi pernapasan karena obat-obatan aektesia/ analgetika yang diberikan kepada ibu, perdarahan intrakranial, dan kelaian bawaan (hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru, dan lain-lain).
1.2.2. Faktor-faktor dari pihak ibu seperti :
1.2.2.1.gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani
1.2.2.2.hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan misalnya pada plasenta previa
1.2.2.3.hipertensi pada eklampsia
1.2.2.4.gangguan mendadak pada plasena seperti solusio plasenta


1.4.    Gejala Klinis

TAMPILAN
0
1
2
NILAI

A

Appearance


Warna kulit
Pucat
Badan merah ekstremitas kebiruan
Seluruh tubuh kemerahan

P

Pulse

Denyut jantung
Tidak ada
< 100
> 100

G

Grimace

Reaksi terhadap rangsangan
Tidak ada
Menyeringai
Bersin / batuk

A

Activity

Kontraksi otot
Tidak ada
Ekstremitas sedikit fleksi
Gerakan aktif

R

Respiration

Pernafasan
Tidak ada
Lemah / tidak teratur
Menangis kuat

Jumlah
Nilai
APGAR
Kerangan :
0 – 3   :  Asfiksia berat
4 – 6   :  Asfiksia sedang
7 – 10 :  Asfiksia ringan / Normal  


Nilai  APGAR
Nilai apgar bukan hanya dipakai untuk menentukan kapan kita memulai tindakan tetapi lebih banyak kaitannya dalam memantau kondisi bayi dari waktu ke waktu. Apabila ternyata terjadi penyulit  atau gangguan kondisi vital pada bayi baru lahir, maka nilai tampilan dari tiap-tiap menit kehidupan bayi, dapat dijadikan tolak ukur perkembangan kondisi vital bayi, dapat dijadikan  tolak ukur perkembangan kondisi vital bayi baru lahir sebagai berikut :
Ø  Bagaimana kondisi bayi sesaat  setelah lahir, menit pertama, menit kelima dan pada menit-menit selanjutnya?
Ø  Apakah kondisi bayi lebih baik pada lima menit pertama atau malah memburuk, jika dibandingkan dengan menit pertama lahirnya.

1.5.    Penatalaksanaan
Apgar score menit 1 : 0 – 3
1. Memperbaiki  Ventilasi  paru-paru  dengan  memberikan  Oksigen  secara langsung dan berulang-ulang.
2.   Melakukan intubasi Endotrakcal dan setelah kateter dimasukkan ke dalam trakua, O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air.
3.   Massage jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara teratur 80 – 100 x/menit.
Apgar score menit 1 : 4 – 6
1.      Melakukan stimulasi untuk menimbulkan reflek pernafasan.
2.      Ventilasi dapat dikerjakan dengan cara ventilasi mulut ke mulut atau Ventilasi kantong ke masker.

1.6.  Prinsip Dasar Resusitasi
Gambaran umum dan prinsip-prinsip resusitasi telah dijelaskan mulai dari pendahuluan hingga perlengkapan yang diperlukan untuk resusitasi.

1.7.    Langkah Awal Resusitasi
Pelajaran Langkah awal meliputi :
·         Penentuan apakah neonatus memerlukan resusitasi.
·         Membuka jalan nafas dan mencegah hipotemi.
·         Bagimana jika ketuban mengandung mekonium.
·         Memberikan oksigen aliran bebas.
Dalam beberapa detik setelah bayi 5 pertanyaan harus segera dijawab/ ditentukan.
Ø  Apakah cairan amnion dari mekonium?
Ø  Apakah bayi bernafas/ menangis?
Ø  Apakah tonus otot baik?
Ø  Apakah warna kulit kemerahan?
Ø  Apakah bayi lahir cukup bulan?

Bila semua jawaban YA, bayi tidak perlu resusitasi. Mungkin hanya penghangatan dan pembersihan jalan nafas (mulut dan hidung) dari sisa-sia sekret/ air ketuban.
Bila salah satu dari pertanyaan diatas ada yang dijawab TIDAK, bayi memerlukan resusitasi! Dimulai dengan Langkah Awal Resusitasi yaitu :
1.   Berikan kehangatan.
2.       Posisikan bayi sedikit ekstensi/ tengadah.
3.       Bersihkan jalan nafas.
4.       mengeringkan tubuh dari air ketuban.
5.       reposisi sedikit ekstensi/ tengadah.
6.       rangsang taktil.
7.       pemberian oksigen aliran bebas.

Memberikan kehangatan :
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas. Biarkan bayi telanjang agar panas dari alat pemancar panas dapat mencapai bayi dan untuk mendapat pandangan penuh pada bayi.
Meletakkan bayi dengan sedikit menengadah kepalanya :
Bayi diletakkan terlentang atau miring dengan kepala sedikit tengadah (extansi). Dengan demikian posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus. Pada posisi ini jalan nafas terbuka dan mudah dilakukan ventilasi dengan balon-sungkup. Intubasi endotrakeal juga dilakukan pada posisi telentang dan sedikit tengadah. Untuk mempertahankan posisi sedikit tengadah ini, letakkan gulungan kain/ handuk dibawah bahu.

Bersihkan jalan nafas


Untuk persalinan dimana ketuban mengandung mekonium :
Bila terdapat mekonium dalam ketuban, petugas yang menolong persalinann harus menghisap cairan dari mulut, farings dan hidung bayi sebelum bahu dilahirkan, agar bayi tidak mengalami aspirasi mekonium jika bayi menangis/ bernafas sesaat setelah lahir. Kemudian bayi dilahirkan dan harus segera dinilai “bugar” atau   “tidak bugar” (tidak bugar : apneu/ gasping, tonus otot jelek, frekuensi jantung         < 100/menit).
Jika bayi tidak bugar harus dilakukan pernghisapan mekonium dari trakea (dengan cara laringoskopi dan intubasi trakea, kemudian cabut pipa endotrakeal sambil melakukan penghisapan). Prinsipnya kita harus membersihkan jalan nafas dulu sebelum memberikan nafas buatan.

Untuk persalinan dimana ketuban tidak mengandung mekonium :
Bila tida ada mekonium, lahirkan bayi kemudian hisap lendir dari mulut bayi terlebih dahulu, selanjutnya penghisapan dilakukan melalui hidung kiri-kanan. Jangan menghisap terlalu dalam, terlalu lama atau terlalu kuat (gunakan kekuatan penghisapan – 100 mmHg). Penghisapan terlalu dalam/ lama mengakibatkan bradikardi.
Mulut dihisap terlebih dahulu sebelum hidung, karena penghisapan hidung merangsang bayi bernafas dan akan terjadi aspirasi jika farings belum bersih.

Mengeringkan :
Pengeringan membantu mengurangi kehilangan suhu tubuh dan juga merupakan rangsangan agar bayi bernafas/ menangis. Jika ada 2 penolong bisa dilakukan bersama tindakan pembersihan/ pembebasan jalan nafas (posisi sedikit tengadah, penghisapan sekret). Handuk yang digunakan untuk mengeringkan harus diganti dengan yang baru/ masih kering dan hangat sebagai selimut.
Rangsang taktil :
Setelah bayi dibebaskan/ dibersihkan jalan nafasnya dan dikeringkan tetap apnea/ tidak menangis, berikan rangsang taktil agar bernafas/ menangis.
Cara rangsang yang aman :
·         menepuk atau menyentil telapak kaki.
·         Menggosok punggung, perut, atau ekstremitas bayi.

Rangsangan berbahaya

Akibat yang bisa terjadi

Menepuk punggung
Menekankan rongga dada
Menekankan dada ke perut
Mendilatasi sfingter ani
Kompres dingin, panas
Mengguncang-guncang tubuh
Perlukaan
Patah tulang, pneumothorax, distres nafas
Pecahnya hati, limpa
Sfingter ani robek
Hipo/ hipertemi
Kerusakan otak

Pemberian oksigen aliran bebas :
Jika bayi bernafas tapi penilaian warna kulit menunjukkan adanya sianosis sentral (mukosa bibir, lidah kebiruan), berikanlah oksigen aliran bebas 100% sampai sianosis sentral hilang.
Setelah menghangatkan, memposisikan, membersihkan jalan nafas, mengeringkan, memberikan oksigen bila perlu, kita melakukan penilaian untuk menentukan tindakan lebih lanjut.

Penilaian bayi baru lahir ini meliputi :
  • Pernafasan :
Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan seperti apneu.
Jika pernafasan telah efektif/ menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.

  • Frekuensi jantung :
Frekuensi denyut jantung harus > 100/menit. Cara yang termudah dan cepat adalah meraba pulsasi pada pangkal tali pusat. Cara lain dengan stetoskop mendengarkan denyut jantung. Kerugian cara ini, kita harus menghentikan ventilasi.
Kita menghitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = frekuensi denyut jantung selama 1 menit). Cara ini tujuannya untuk tidak membuang waktu. Jika FJ (frekuensi jantung) < 100/menit, lakukan VTP (ventilasi tekanan positif) meskipun nafas sudah spontan. Jika FJ > 100/menit kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
  • Warna kulit :
Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan.
Jika masih ada sianosis sentral, berikan oksigen aliran bebas 100% hingga sianosisnya hilang. Jika tidak juga hilang (sianosis sentral yang menetap), coba lakukan VTP + oksigen 100% hingga sianosis sentral hilang.



II.    KONSEP DASAR ASKEP
1.        Pengkajian
1.1.     Identitas
Terutama terjadi pada menit-menit pertama bayi baru lahir sampai beberapa hari.

1.2.     Riwayat Penyakit
1.2.1. Keluhan Utama
Tidak bernapas secara spontan.
1.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Napas tersengal-sengal dan tangisan bayi tidak begitu keras, warna kulit pucat tidak aktif.
1.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya predisposisi terjadi asfiksia partus lama, tali pusat terjepit.

1.3.     Activity Daily Life (ADL)
1.3.1. Nutrisi
Kebutuhan ASI/ cairan/ susu pada bayi pada hari pertama bayi lagi banyak tidur terjadi penurunan berat badan  10% BBVL kembali 7 – 10 kg.
1.3.2. Eliminasi
Mekonium
1.3.3. Istirahat Tidur
Lebih banyak tidur.
1.3.4. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum lemah, Asfiksia berat Apgar 0- 3; Asfiksia sedang Apgar 4 – 6.




1.3.5. Pemeriksaan Fisik
TAMPILAN
0
1
2
NILAI

A

Appearance


Warna kulit
Pucat
Badan merah ekstremitas kebiruan
Seluruh tubuh kemerahan

P

Pulse

Denyut jantung
Tidak ada
< 100
> 100

G

Grimace

Reaksi terhadap rangsangan
Tidak ada
Menyeringai
Bersin / batuk

A

Activity

Kontraksi otot
Tidak ada
Ekstremitas sedikit fleksi
Gerakan aktif

R

Respiration

Pernafasan
Tidak ada
Lemah / tidak teratur
Menangis kuat

Jumlah
Nilai
APGAR

2.       Diagnosa Keperawatan
1.         Inefektif bersihan/ pola nafas/ kerusakan pernafasan sehubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernafasan.
2.         Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan pemotongan tali pusat.
3.         Intoleransi aktivitas sehubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat.
4.         Perubahan perfusi jaringan renal sehubungan dengan hipovolemia iskemia.
5.         Cardiac output sehubungan dengan edema paru.
6.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispenea
3.       Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I
Tujuan : Mempertahankan efektifitas pernafasan
Kriteria hasil :
1.      Tidak ada sekret
2.      Tidak ada gerakan cuping hidung
3.      Tidak ada tarikan intrcostae
Intervensi :
1.      Monitor pola dan fungsi nafas
R/ Mendeteksi kelainan pernafasan lebih lanjut
2.      Lakukan penghisapan lendir
R/ Menjaga kebersihan jalan nafas
3.      Pasang selang oksigen
R/ Memenuhi kebutuhan oksigen
4.      Berikan penjelasan kepada ibu dan keluarga tentang penyebab sesak dan cara mengatasi
R/ Mengurangi kecemasan ibu dan keluarga serta kooperatif dalam tindakan
5.      Atur posisi bayi
R/ Memberikan rasa nyaman

Diagnosa Keperawatan II :
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
  1. Sign dan symptom tidak menunjukkan infeksi sistemik
-          Tanda-tanda sepsis
-          Tanda-tanda apnea, dispnue
-          Tanda-tanda panas yang tidak stabil
-          Tanda-tanda cianosis
  1. Hitung darah normal lengkap ketika melahirkan
Intervensi :
1.         Menilai parameter dan memberikan intervensi untuk menunjang BBL dilakukan secara berkelanjutan.
Memonitor jantung ke paru-paru
2.         Memonitor hitung darah
3.         Berikan antibiotik sesuai perintah dokter
4.         Catat peningkatan dan penurunan suhu
Rasional :
Neonatus sangat rentang dengan resiko infeksi-asfiksia mungkin merupakan hasil dari infeksi.

Diagnosa Keperawatan  III
Tujuan : Aktifitas optimal
Kriteria hasil :
1.      Tidak menunjukkan desaturasi/ bradikardi
2.      Merasa nyaman dengan terapi yang diberikan
3.      Menunjukkan posisi yang nyaman
Intervensi :
1.      Sediakan stimulasi lingkungan seminimal mungkin
2.      Monitor TTV
3.      Beri tanda-tanda “diharap tenang”
4.      Berikan penerangan yang cukup sebanyak yang dapat ditoleransi pasien
5.      Tidak terlalu sering menggerakkan bayi
6.      Monitor TTV
7.      Berikan posisi pronasi/ telentang sesuai dengan indikasi
8.      Sediakan selimut, bantal
Rasional :
Suasana di ruang perawatan neonatus biasanya garuh terlebih tiba bayi/ neonatus tersebut sangat sakit.

Diagnosa keperawatan IV
Tujuan : Perfusi jaringan baik
Kriteria  hasil :
1.      Mempertahankan output yang normal
2.      Urine normal
3.      Kandungan darah normal
Intervensi :
1.      Mempertahankan output dan input
2.      Pemberian diuretic dan input
3.      Memonitor hasil lab urine
4.      Menurunkan kadar proterin, glukosa, elektrolit, eritrosit urine
5.      Memonitor kadar darah
6.      Memberikan perawatan dengan pemberian obat nefrotik (gentamisin)
Rasional :
Selama periode asfiksia darah mengalir dari ginjal ke organ vital, meningkatkan potensial iskemia.

Diagnosa Keperawatan V
Tujuan : Cardiac output adekuat
Kriteria hasil :
1.      Nadi dan tekanan darah normal
2.      HR dalam rentang normal
3.      Menunjukkan sirkulasi perifer yang normal
-          Capilary refill time < 3 detik
-          Nadi kuat
-          Tidak ada bercak-bercak
4.      Sirkulasi volume normal
-          Intake dan output seimbang
-          Urine output norma
-          CVP normal

Intervensi :
1.      Memonitor TTV (RR. Tekanan darah, suhu) sesuai indikasi
2.      Monitor perfusi jaringan tiap 2 – 4 jam
3.      Monitor nadi perifer tiap 4 jam
4.      Berikan terapi iv dan vasodilator sesuai indikasi
5.      Monitor intake dan output, timbang popok
6.      Nilai CVP, tekanan darah tiap jam

Rasional :
Asfisika dapat menyebabkan kerusakan pada otot-otot jantung yang disebabkan cardiac yang menimbulkan masalah pada perfusi jaringan. Pergantian cairan pada ruang interstisial menurunkan volume sirkulasi, perfusi jaringan yang adekuat menyediakan O2 dan nutrisi memungkinkan fungsi sel kembali normal.

Diagnosa Keperawatan VI
Tujuan : kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
-          Mencapai status nutrisi normal dengan BB yang sesuai
-          Mencapai keseimbangan intake dan output
-          Mencapai kadar gula darah normal
-          Bebas dari adanya komplikasi GI
-          Lingkar perut stabil
-          Pola eliminasi normal
Intervensi :
1.      Timbang berat badan tiap hari
R/ mendeteksi adanya penurunan atau peningkatan berat badan
2.      Berikan glukosa 5 – 10% banyaknya sesuai umur dan berat badan
R/ diperlukan keseimbangan cairan dan kebutuhan kalori secara parsial.
3.      Monitor adanya hipoglikemi
R/ masukan nutrisi inadekuat menyebabkan penurunan glukosa dalam darah.
4.      Monitor adanya kompliksi GI
-          Distress
-          Konstipasi/ diare
-          Frekuensi muntah
R/  mempertahankan nutrisi cukup energi dan keseimbangan intake           dan output.

4.   IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5.   EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil


DAFTAR PUSTAKA



Prawirohardjo, Sarwono (2001), PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL, JNPKKR-POGI , Edisi 4, Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono (2002), ILMU KEBIDANAN, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Edisi 3, Jakarta

Carpenito, Linda Jual (2001), DIAGNOSA KEPERAWATAN, EGC, Jakarta

Depkes, (2000), PELATIHAN ASUHAN BERSIH DAN AMAN, KANWIL DEPKES PROP. JAWA TIMUR, Jakarta