Jumat, 04 September 2015

CTVE



BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Clubfoot adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah / bengkok dari keadaan atau posisi normal. Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal ari kata talus ( yang berarti ankle) dan pes ( yang berarti kaki ). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki.
            Clubfoot yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus ( TEV ) dimana kaki posisinya melengkung ke bawah dan ke dalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral cubfoot lebih umum terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan dengan sindroma lain sepeti aberasi kromosomal, artrogriposis ( immobilitas umum dari persendian ), cerebral palsi atau spina bifida.
  Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran hidup dimana anak laki – laki dua kali lebih sering dibandingkan anak perempuan. Berdasarkan data, 35 % terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3 % pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan factor genetika

  1. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi dari Congenital Talipes Equino Varus ( CTEV ) ?
2.      Bagaimana etiologi dari CTEV ?
3.      Apa saja manifestasi klinis dari CTEV ?
4.      Apa saja klasifikasi dari CTEV ?
5.      Bagaimana patofisiologi dari CTEV ?
6.      Apa saja pemeriksaan penunjang dari CTEV ?
7.      Bagaimana penatalaksanaan dari CTEV ?
8.      Bagaimana asuhan keperawatan CTEV ?

  1. TUJUAN
Mahasiswa mengerti dan paham tentang
1.      Definisi dari congenital talipes equino varus ( CTEV ) ?
2.      Etiologi dari CTEV ?
3.      Manifestasi klinis dari CTEV ?
4.      Klasifikasi dari CTEV ?
5.      Patofisiologi dari CTEV ?
6.      Pemeriksaan penunjang dari CTEV ?
7.      Penatalaksanaan dari CTEV ?
8.      Asuhan keperawatan CTEV ?































BAB II
PEMBAHASAN

  1. DEFINISI
CTEV / clubfoot adalah deformitas yang meliputi flexi dari pergelangan kaki, inverse dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia.                                      ( www.ctev.com ).
CTEV adalah cacat bawaan yang merupakan kombinasi kelalaian yang terdiri dari kaki depan ( forefoot ) adduksi dan supinasi melalui sendi midtarsal,tumit varus melalui sendi subtalar dan equines melalui sendi kaki ( ankle ), deviasi ke medial seluruh kaki dipandang dari sendi lutut.( Hafid, Abdul, 1994 )

  1. ETIOLOGI
Penyebab kaki pekuk belum diketahui. Ada factor keturunan, dan sekarang dianggap multifaktorial dengan pengaruh utama dari gen tunggal autosom dominant. Pemeriksaan biopsy otot – otot ekstrinsik betis baru – baru ini menunjukkan kemungkinan penyebab neuro muskuler. Ada ketidakseimbangan tipe serabut dan sambungan neuromuskuler dalam otot – otot ini bertambah. Kelainan mikroskopik electron juga ada. Temuan – temuan ini berbeda dengan dengan teori etiologi sebelumnya dimana deformitas talus diduga merupakan kelainan primer. Walaupun talus dipastikan berubah bentuk dengan deviasi media kepala dan leher, ini sekarang dianggap merupakan deformitas sekunder
Beberapa ahli yang lain mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan embrionik yang abnomal yaitu saat perkembangan kaki kearah fleksi dan evesi pada bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.
Beberapa ahli yang lain mengemukakan beberapa teoi tentang penyebab terjadinya CTEV yaitu :
1.      Factor – factor genetic kadang – kadang didapatkan familier ( Wyne Davis )
2.      Factor mekanis ( Denis Brown )
3.      Terhentinya petumbuhan janin ( Bohm )
4.      Displasia dari otot – otot, sehingga terjadi ketidak seimbangan ( imbalance ) otot (Garceau )
5.      Kelainan primer os talus :
Kaput dalam kolum tali mengecil deviasi ke medial dan kearah plantar dari korpus tali ( Adam, Sotile, Irani dan Sherman )
6.      Mc kay menambahkan terjadinya rotasi kalkaneus ke medial pada subtalar
  1. MANIFESTASI KLINIS
Bentuk congenital kaki pekuk yang merupakan sekitar 75 % dari semua kasus, ditandai dengan
1)      Tidak adanya kelainan congenital lain
2)      Berbagai kekakuan kaki
3)      Atrofi betis ringan
4)      Hipoplasia tibia, fibula dan tulang – tulang kaki ringan
Kelainan ini terjadi lebih sering pada anak laki – laki ( 2:1 ) dan bilateral pada 50 % kasus. Kemungkinan terjadinya deformitas secara acak adalah 1 : 1000 kelahiran, tetapi pada keluarga yang terkena mungkin sekitar 3 % pada saudara kandung, dan 20-30 % pada anak dari oang tua yang tekena.
Pemeriksaan pada bayi kaki pekuk menunjukkan equinovarus kaki belakang, varus kaki belakang dan kaki tengah, adduksi kaki depan, dan berbagai kekakuan. Semua temuan ini adalah akibat dislokasi medial sendi talonavikuler. Pada anak yang lebih tua, atrofi betis dan kaki lebih nyata dari pada bayi, tanpa memandang seberapa baik kaki terkoreksi atau fungsionalnya. Temuan ini adalah karena aspek – aspek etiologi kaki pekuk bukan metode pengobatannya.
Tanda klinis lain yang dapat kita lihat adalah :
§  Bayi baru lahir harus ditentukan diagnosisnya apakah bentuk kaki fisiologis ( karena posisi dalam uterus ), tes dorsofleksi pada pergelangan kaki. Bila ibu jari kaki bias menyentuk Krista tibia, ini adalah fisiologis bukan CTEV
§  Anak jalan terlambat
§  Kalau sudah jalan, bentuk kaki varus equines, penebalan ( callocity )pada bagian lateral atau depan lateral dari kaki

  1. KLASIFIKASI
Ada beberapa tipe talipes yaitu :
1.      Talipes Varus        : inverse atau bengkok kedalam
2.      Talipes Valgus       : eversi atau bengkok keluar
3.      Talipes Equines     : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendah dari pada tumit
4.      Talipes Calcaneus  : dorso fleksi dimana jari-jari lebih tinggi dari pada tumit
  1. PATOFISIOLOGI










 
































  1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Ultrasonografi
Dilakukan saat kehamilan
2.      X-ray
§             Foto AP dan lateral
Untuk mengetahui posisi talus saebagai penuntun pengobatan, hubungan talus dengan tulang – tulang sekitarnya : kalkaneus, navikular – metatarsalia, tibia dengan talus

  1. PENATALAKSANAAN
1.      nonoperatif
metode konservatif meliputi penggunaan perban dan bidai lunak terutama bermanfaat bagi bayi premature sampai ukurannya tepat untuk memakai gips. Gips serial merupakan metode penanganan nonoperatif utama.sebelum gips dipasang, kaki dimanipulasi kearah posisi yang terkoreksi. Gips kemudian dipasang dan diganti tiap 1-2 minggu. Koreksi total, baik secara klinis maupun radiografis, harus dicapai pada umur 3 bulan. Jika ini diselesaikan, kemudian digunakan gips penahan selama 3-6 bulan lagi disertai dengan ortosis atau sepatu korektif sampai anak dapat berjalan baik. Kegagalan memperoleh perbaikan klinis dan radiografi pada umur 3 bulan merupakan indikasi untuk pengobatan bedah. Upaya lebih lanjut pada penatalaksanaan konservatif dapat mengakibatkan cidera artikuler dan kaki tengah bagian belakang ( ocker – bottom deformity )
2.      operatif
metode penanganan bedah sekarang adalah pelepasan jaringan lunak total. Hasil jangka panjang yang memuaskan dapat diharapkan pada 80-90 % kasus. Kaki dengan hasil tidak memuaskan yang memerlukan penanganan tambahanbiasanya adalah akibat ketidakseimbangan otot ekstrinsik, bukannya koreksi yang sempuna. Transfer tendon dan pebaikan tulang, termasuk artrodeses ( fusi ), terutama dipakai untuk menangani kaki yang dikoreksi berulang atau tidak sempurna
3.      penyesuaian dengan derajat pes ekuinus
1.      dengan koreksi gips yang diganti seminggu sekali untuk meneruskan koreksi. Koreksi ini umumnya memakan waktu 6 minggu
2.      menggunakan bidai pes ekuinovarus bawaan yang diikatkan dengan plester pada kaki dan berangsur – angsur diputar kearah luar dan kearah valgus. Pleste perakat diganti tiap minggu selama lebih kurang 12 minggu dan setelah fase ini koreksi dipertahankan tapi gerakan sendi tetap dapat dilakukan
3.      menggunakan sepatu bidai yang dipakai siang dan malam hari, hanya dilepas pada waktu mandi, selama 3 bulan dan pemakaian diteruskan sampai anak dapat berjalan. Bidai ini harus terus dipakai pada malam hari sedikitnya sampai usia 2 tahun atau lebih untuk mencegah kambuh
4.      menggunakan sepatu yang menghadap keluar ( sepatu tebalik kiri dan kanan ) yang dipakai siang hari sampai sampai umur 3 tahun, biasanya dengan tambahan sol sepatu pengganjal berbentuk baji ditepi sebelah luarnya.

  1. ASUHAN KEPERAWATAN



































DAFTAR PUSTAKA


Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Hafid, Abdul. 1994. Pedoman Diagnosa Dan Terapi. Jakarta : EGC

R. Syamsuhodajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 1995. Whaley & Wong’s Nursing Care Of Infants And Children. Missouri : Mosby company

WWW. CTEV.COM ( diakses tanggal 15 April 2008 jam 14.00 WIB )