Jumat, 04 September 2015

typus abdominalis



BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

1.1       PENGERTIAN
1.1.1    Demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Kapita Selekta anak Jilid 2 th 2001:432)
 1.1.2   Demam typhoid (enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2005: 152)

1.2       DEMAM TYPHOID
PATOFISIOLOGI
Salmonella typosa masuk melalui makanan da minuman yang terkontaminasi berada pada     usus halus
Menginfasi jaringan limfoid usus halus ( plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika
 keradangan dan nekrosis lokal
kuman masuk darah ( bakterinia sekunder)
organ ress limfe dan hati kuman-                    hepatomegali                       nyaman (nyeri)
kuman yang terfagosit                                    splenomegali
berkembang biak
                darah ( bakteri sekunder)                     nafsu makan menurun, bibir kering
                                                                             nutrisi kurang dari kebutuhan


 
target organ usus halus                           melepas endotoksin
terminalis ( plak peyer)
                                                            penurunan                   termoregulator
peruistaltik                  peristaltik        kesehatan                    hipotalamus

meningkat                   menurun                                        panas                     peningkatan
  deare                         kembung                                                                     suhu tubuh
                                    konstipasi
                                                                                    penurunan volume cairan

1.3              ETIOLOGI
·               Salmonella typhosa, basil gram negative yang bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora.
·               Masa inkubasi 10-20 hari

1.4        MANIFESTASI KLINIS
·               Nyeri kepala, lemah, lesu
·               Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
·               Gangguan pada saluran cerna ; bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), meteorismus mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri pada perabaan.
·               Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran (apatis, somnolen)
·               Bintik-bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit.
·               Epistaksis
1.5              PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.5.1        Pemeriksaan Laboratorium
1.5.2        Darah tepi
Terdapat gambaran leokapenia, limfositosis relative dan aneosinofilia pada permulaan sakit mungkin terdapat anemi dan trombositopenja ringan. (Ngastiyah 1997:157-158).
1.5.3        Darah untuk kultur (biakan empedu dan widal)
 Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur atau widal.
1.5.4        Pemeriksaan isolasi kuman
Diagnesis pasti demam tyhoid dilakukan dengan isolasi slmonella. Typosa isolasi kuman penyebab demam typoid dapat dilakkukan dengan melakukan biakan dari berbagai tempat didalam tubuh. (Sugeng Sujianto 2002 : 1)
1.6       KOMPLIKASI
1.6.1    Dapat terjadi pada usus halus
Contoh : pendarahan usus Perforasi usus dan peritonitis.
1.6.2    Dapat terjadi di luar usus
Terjadi kerena lokalisasi peradangan akibat sepsis (Bakterimia) yaitu meningitis, kolesistis dan ensefalopati..

1.7       PENATALAKSANAAN MEDIK
1.7.1    Pasien yang dirawat denan diagnosa typhoid fever harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien typhoid fever dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
1.      Isolasi pasien infeksi pakaian
2.      Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi mengingat sakit yang lama
3.      Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal kembali (Istirahat total) kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan keruangan.
4.      diet makanan harus mengandung cukup cairan kalori dan tinggi protein.
5.      Obat pilihan kloramfenikol kecuali jika pasien tidak serasi dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimozasol.
6.      Bila terdapat komplikasi terapy disesuaikan dengan penyakitnya bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena.
1.7.2    Hofman terapy
Ø  Demam typoid klinis jelas
Ø  Kalau memungkinkan didukung laborat
Ø  LP dbN
Ø  Elektro it/metabolic; N/sudah terkoreksi
Ø  Dexametason Inisial 3 mg/kg/1-2 jam Drip Dalam 100 cc D5
Maintenance 1 mg/kg/1 jam dalam 100 cc Drip D5
Ulang tiap 6 jam stop setelah 8 kali pemberian (48 jam)
Indikasi harus tepat bisa menyebabkan perdarahan usus/relap

1.8              PROGNOSIS
Umumnya prognosis typus abdominalis pada anak baik asal pasien dapat berobat. Prognosis menjadi tidak baik apabila terdapat gambaran klinis.
1.8.1        Demam tinggi (hyperpyreksia) atau febris continu
1.8.2        Kesadaran sangat menurun (spoor, coma dan delirium)
1.8.3        Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, perforasi


2.1              KONSEP KEPERAWATAN
2.1.1        Pengkajian
Identitas klien
Nama dan umur untuk panggilan dan membedakan klien yang satu dengan yang lain. Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas umur lima tahun (Ngastiyah 1997:155).
2.1.2        Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
2.1.3        Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun, remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu
2.1.4        Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pernah menderita Typoid ( relaps)
2.1.5        Riwayat penyakit keluarga
Keluarga apakah ada yang menderita penyakit yang sama atau penyakit pencernaan lain.
2.1.6        Riwayat psiko social dan spiritual
Kelemahan dan ganguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan
2.1.7        Activity daily life
2.1.7.1  Nutrisi
Pada klien dengan typus abdominalis didapatkan rasa mual, muntah, anoreksia kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.1.7.2  Eleminasi
Didapatkan konstipasi dan diare
2.1.7.3  Aktifitas
Badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktifitas.
2.1.7.4  Istirahat Tidur
Klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh
2.1.7.5  Persona hygiene
-          Klien dianjurkan bedres sehingga mengalami gangguan perawatan diri
-          Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan disembarang tempat

2.2              PEMERIKSAAN
2.2.1        Pemeriksaan umum
Ø  Kesadaran       :  Umumnya apatis sampai samnolen
Ø  Suhu                :  Adanya peningkatan suhu
Ø  Nadi                :  Denyut nadi lemah dan bersifat decrotik akan tetapi jika terjadi resiko komplikasi (pendarahan usus) nadi meningkat atau cepat dan kecil
2.2.2        Pemeriksaan fisik
Kepala
Mata             :  kelopak mata cekung, pucat, dilatasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat anemia ringan.
Mulut           :  Mikosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap.
                        Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi. Selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan.
Lidah tremor jarang terjadi
Thorax          :  Jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi.  Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot
Abdomen     :  Terdapat meteorismus, distensi abdomen, bising usus meningkat, adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa dan terdapat rosiola thyposa.
Ekstrimitas   :  Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.
2.2.3        Pemeriksaan penunjang
Didapatkan anemia ringan, salmonella typosa dapat ditemaukan dalam darah. Pemeriksaan widal tidak selalu positif.

2.3              ANALISA DATA
Dari hasil pengumpulan data, kemudian data tersebut dikelompokkan lalu dianalisis sehingga dapat ditarik adanya masalah yang mungkin terjagi pada demam typhoid

2.4              DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.4.1        Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya zat pirogen dalam thermostat sekunder terhadap proses infeksi salmonella typosa
2.4.2        Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (deficit) berhubungan dengan gangguan fungsi fungsi digestif absorbsi nutrient
2.4.3        Gangguan eleminasi alvi (diare / konstipasi) berhubungan dengan proses inflamasi, iritasi dan mal absorbsi usus. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan proses peradangan Usus halus.
2.4.4        Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan factor hospitalisasi, Diare dan konstipasi

2.5              PERENCANAAN
2.5.1        Diagnosa Keperawatan 1
1.      Tujuan :  suhu tubuh dalam batas normal (36.5 C – 37,5 C)
2.      Kriteria : suhu dalam batas normal 36,5 C-37,5 C
3.      Intervensi :
Ø  Jelaskan pada keluarga tentang penyebab dari peningkatan suhu tubuh
Rasional :
Pengetahuanyang memadai meningkat  kooperatif keluarga
Ø  Pertahankan fentilasi yang cukup dalam ruangan
Rasional :
Dengan fentilasi yang cukup pertukaran udara lebih baik
Ø  Beri kompres dingin
Rasional
Dengan pemberian kompres dingin terjadi proses konduksi
Ø  Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional
Evaporasi adalah perubahan cairan menjadi uap sehingga keringat yang keluar dapat dengan mudah menguap atau diserap oleh kain tipis
Ø  Observasi gejala cardinal
Rasional
Mendetiksi secara dini perkembangan klien
Ø  Lakukan kolaborasi pemberian obat-obatan golongan antipiretik dan antibiotik bila dengan intevensi perawatan suhu tidak turun
Rasional
Antipirektif berpengaruh terhadap pusat pengatur suhu sehingga dapat menurunkan suhu tubuh
2.5.2        Diagnosa Keperawatan 2
1).    Tujuan : Mempertahankan nutrisi optimal
2).    Kriteria: Menjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai dengan nilai normal dan tidak ada tanda malnutrisi
3).    Intervensi
(1)         Diskusi dengan keluarga tentang diet yang harus diberikan pada anak (mudah cerna)

Rasional:
Penjelasan yang adekuat pada keluarga meningkat kooperatif
Dalam tindakan keperawatan
(2)         Dorong tirah baring atau pembatasan aktifitas selama fase akut
Rasional:
Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan.
Kalori dan simpanan energi
(3)         Berikan makanan dengan porsi kecil, frekuensi sering(6x24 jam)
Rasional :
Porsi kecil menyebabkan pengurangan tegangan lambung
(4)         Berikan diet sesuai dengan kondisi klien
·         Bila kesadaran menurunkan dan suhu meningkat, berikan diet cair personde atau infuse dengan jumlah kalori +1200, makanan cukup energi dan protein serta tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas
·         Beri makanan saring (Transisi) cair lunak dengan jumlah kalori + 900-1700 lama pemberian 2-3 hari, diet TKTP rendah serat
·         Beri makanan llunak dengan transisi ke makanan biasa dengan jumlah kalori +900-1900, lama pemberian sampai suhu normal
Rasional :
Meminimalkan, fungsi usus selama proses akut serta diet TKTP rendah serat dimana protein perlu untuk penyembuhan integritas jaringan. Rendah serat menurunkan respon peristaltic terhadap makanan
(5)         Catat masukan  dan pengeluaran
Rasional :
Memberikan rasa control pada klien dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan sesuai dengan kondisi klien dapat meningkatkan masukan.
(6)         Lakukan kolaborasi dengan pemberian nutrisi parenteral bila nutrisi peroral sulit dicapai.
Rasional :
Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal sementara memberikan nutrisi penting.
2.5.3        Diagnosa Keperawatan 3
1.      Tujuan    :  Gangguan eliminasi alvi (diare) teratasi.
2.      Kriteria   :  melaporkan penurunan frekwensi defekasi dan konsistensi kembali.
3.      Intervensi
1.      Obsertasi dancatat frekwensi defekasi, karakteristik, jumlah dan Faktor pencetus.
Rasional :
Membantu membedakan penyakit individu dan menkaji besarnya episode.
1)      Tingkatan tirah baring.
Raisonal
Istirahat menurunkan motilitas usus jugamenurunkan metabolisme.
Bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
2)      Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.
Rasional
Menurunkan baau tidak sedap untuk menghindari rasa mual pasien.

3)      Identifikasi makanan dancairan yan mencetuskan diare.
Rasional
Iritsi dapat meningkatkan istirahat usus.
4)      Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap.
Rasional
Memberikan istirahat kolom dengan menghilangkan rangsangan makanan. Makan kembali secara bertahap cairan mencegah diare berulang.
5)      Lakukan kolaborasi dengan medik untuk pemberian antikolinergik, Anti biotic dan antasida.
Rasional
Antikolinergik berguna menurunkan motilitas gastintestinal dan menurunkan sekresi digesif untuk menghilangkan kram dan diare. Antasida berguna untuk menurunkan iritasi gaster mencegah indamasi dan menurunkan resiko infeksi.
Anti biotic berguna menobati infeksi supuratif lokal.
2.5.4        Diagnosa Keperawatan 4
1)      Tujuan    :  gangguan eliminasio alvi (konstipasi) tertasi
2)      Kriteria   :  -     melaporkan atau memperlihatkan peningkatan eliminasi alvi.
-          Defeksi lancar dan berbentuk setiap harinya.
3)      Intervensi
(1)    Catat distensi abdomen dan auskultrasi peristaltic usus.
Rasional
Distensi dan hilangnya usus merupakan tanda bahwa fungsi defeksi hilang yang kemungkinan berhubungan denan imnobilisasi yang lama.
(2)    Anjuran untuk melakukan pergerakan sesuai dengan kondisi atau kemampuan
Rasional :
Menstimulasi peristaltic yangmemfasilitas kemungkinan berbentuk flatus / merangsang peristaltic secara berlahan.
(3)    Berikan privasi
Rasional :
Meningkatkan makanan secara psikologis.
(4)    Mulai untuk meningkatkan diet sesuai dengan toleransi klien.
Rasional :
Makanan padat akan dimulai pemberiannya sampai peristaltic kembali.
(5)    Gunakan Bed ukuran kecil sampai klien mampu utuk defekasi turun dari tempat tidur (ke toilet).
Rasional :
Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkn tegangan pada otot.
Berikan obat laksantif pelembek fese sesuai kebiasaan dna menurunkan ketegangan.
2.5.5        Diagnosa Keperawatan 5
1)      Tujuan    :  Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
2)      Kriteria   :  -     Mengidentifikasi tehnik induksi tidur
-          Mengidentifikasi tehnik induksi tidur.
-          Melaporkan keseimbangan optimal istirahat dan aktivitas.
3)      Intervensi
(1)    Identifikasi faktor-faktor penyebab dan penunjang.
Rasional
Menentukn tindakan selanjutnya.
(2)    Ciptaka : lingkungan yang nyaman dengan cara mengurangi kebisingan membatasi pengunjung.
Rasional
Kebisingan dan kunjungan merupakan stimulus externa yang berpengaruh pada pola istirahat / tidur bagi klien.
(3)    Tingkatan tidur dengan menggunakan bantuan sesuai kebiasaan di rumah.
Rasional
Adapatasi terhadap lingkungan yang baru memerlukan perhatian dan dukungan darikeluarga dengan modifikasi kebiasaan anak sebelum tidur seperti dirumah.
(4)    Jelaskan waktu malam pada anak.
Rasional :
Waktu malam merupakan waktu untuk beristirahat atau tidur.
(5)    Berikan anak lampu malam atau senter.
Rasional :
Lampu malam digunakan agar anak dapat mengontrol kegelapan.

2.6              EVALUASI
1)      Proses (formatif)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas proses keperawatan dan outcomes kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus-menerus dilaksanakan sampai tujuanyang telah ditentukan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah (1997) Perawatan Anak Sakit, EGC. Jakarta
Mansyur, Arif (2004). Kapita Selekta Anak Media Aesculapius FKUI
Sujianto, Sugeng (2002). Ilmu Penyakit Anak Diagnosa Dan Penatalaksanaan Edisi 2.
Nursalam(2005). Askep Bayi dan Anak, Salemba Mediga. Jakarta