BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Nyeri punggung, terutama punggung bawah merupakan masalah
yang sangat sering dijumpai pada populasi orang dewasa. Berbagai penyebab nyeri
punggung antara lain atritis tulang belakang, berbagai masalah jaringan lunak
yang timbul akibat keseleo, ketegangan dan trauma lain. Dan salah satunya
disebabkan oleh penyakit herniasi discus intervertebralis.
Penyebab fisiologik nyeri punggung bawah biasanya adalah
iritasi mekanis atau biokimiawi terhadap ujung-ujung non iseptif atau terhadap
saraf dan akar saraf di spina lumbalis. Kita perlu menyingkirkan kelainan
discus akut pada setiap pasien yang mengeluh nyeri punggung, karena apabila
tidak dapat terjadi deficit neurologik menetap.
- RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian hernia nucleus pulposus
?
2. Apakah etiologi hernia nucleus pulposus ?
3. Apakah manifestasi klinis hernia nucleus
pulposus ?
4. Bagaimana penatalaksanaan hernia nucleus
pulposus ?
5. Bagaimana patofisologi dari HNP?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien
hernia nucleus pulposus ?
- TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian hernia nucleus pulposus ?
2.
Untuk mengetahui etiologi hernia nucleus pulposus ?
3.
Untuk mengetahui manifestasi klinis hernia nucleus
pulposus ?
4.
Agar mahasiswa tahu tentang penatalaksanaan hernia
nucleus pulposus ?
5.
mahasiswa tahu tentang patofisologi dari HNP?
6.
Agar mahasiswa tahu tentang asuhan keperawatan pada
klien hernia nucleus pulposus ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Hernia nucleus pulposus adalah penyebab utama nyeri punggung
bawah yang berat, kronik dan berulang ( kambuh ) yang terjadi pada daerah
vertebra L4-L5, L5-S1 atau C5-C6, C6-C7 dan mungkin terjadi sebagai dampak
trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan (
Dongoes, 1999)
Hernia nucleus pulposus adalah gangguan yang melibatkan rupture
anulus pulposus (cincin luar discus ) sehingga nucleus pulposus menonjol (
mengalami herniasi ) dan menekan akar saraf spinal, menimbulkan nyeri dan
mungkin defisit neurologik ( Sylvia, 1999 )
Hernia nucleus pulposus adalah hernia melalui salah satu trigonum
lumbal pada dinding posterior abdomen ( Theodorer, 1995 )
Hernia nucleus pulposus adalah tulang belakang ( vertebra )
yang mengalami prolapsus discus intervertebralis yang biasa terjadi pada
perbatasan lumbalis IV dan V, dan lumbalis V – sakralis I ( www. Google.com )
B. ETIOLOGI
·
Mengangkat beban yang berat dengan punggung
melengkung, yang semestinya lurus
·
Trauma di daerah punggung
·
Proses penuaan
C. MANIFESTASI KLINIS
1)
Secara umum
·
Nyeri di pinggang bagian bawah, dapat menyebar
sampai bokong dan paha.
·
Rasa nyeri dapat langsung timbul setelah cedera
atau beberapa jam kemudian, bahkan dapat beberapa hari kemudian.
·
Rasa nyeri dapat seperti pegal-pegal yang
terus-menerus atau seperti tertikam dan apabila digunakan akan terasa lebih
nyeri, sehingga kadang-kadang si penderita tidak mau menggerakkan pinggangnya
seolah-olah terkunci
·
Batuk atau bersin dapat menambah rasa nyari,
demikian dengan perubahan sikap dari duduk ke berdiri merupakan siksaan yang
besar
2)
Secara khusus
Lokasi hernia
|
Akar syaraf yang
terkena
|
nyeri
|
Kelemahan otot
|
parestesia
|
atrofi
|
refleks
|
L4 ke L5
|
L5
|
Diatas sendi sakroiliaka,
panggul, aspek betis, aspek medial kaki
|
Dapat menyebabkan kaki lunglai
(foot drop) kesulitan dorsi fleksi kaki dan atau jempol kaki, kesulitan
berjalan dengan tumit
|
Tungkai lateral, bagian distal kaki, diantara jari kaki pertama dan kedua
|
Tidajk bermakna
|
Biasanya tidak bermakna,
refleks lutut dan pergelangan kaki mungkin berkurang
|
L5 ke S1
|
S1
|
Diatas sendi sakroiliaka,
bagian posterior seluruh tungkai sampai ketumit aspek lateral kaki
|
Dapat menyebabkan melemahnya
fleksi plantar, abduksi jari kaki dan otot hamstring, kesulitan berjalan
jinjit
|
Pertengahan betis dan aspek lateral kaki, termasuk jari kaki ke empat dan
kelima
|
Gastro knemius
|
Refleks pergelangan kaki
mungkin berkurang atau hilang
|
C5 ke C6
|
C6
|
Nyeri leher yang menyebar ke bahu, lengan
dan lengan atas
|
Biseps
|
Aspek radial lengan atas, jempol dan telunjuk
|
Tidak bermakna
|
Reflek biseps berkurang atau
hilang
|
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hernia nucleus pulposus sering dibuat berdasarkan anamnesis
dan dapat dikonfirmasi saat pemeriksaan fisik. Perasat-perasat untuk evaluasi seperti
mengangkat tungkai dan berjalan jinjit atau diatas tumit juga bermanfaat untuk
membuet diagnosis. Radiografi mungkin normal atau memperlihatkan tanda-tanda
distorsi susunan tulang belakang ( umumnya disebabkan oleh spasme otot )
radiografi juga bermanfaat untuk menyingkirkan kausa lain nyeri punggung,
misalnya : spondilolitesis ( selipnya kearah depan bagian anterior suatu segmen
vertebra dari segmen dibawahnya, biasanya di L4 atau L5 ) tumor medula spinalis
atau tonjolan tulang.
Namun diagnosis Hernia nucleus pulposus mustahil dilakukan
hanya berdasarkan radiografi. Diperlukan mielogram computet tomografi ( CT )
atau magnetic resonance imaging ( MRI ) untuk memastikan lokasi dan tipe
patologi. MRI atau CT tulang belakang akan memperlihatkan kompresi kanalis
spinalis oleh discus yang mengalami herniaasi dan mielogram Ct akan menentukan
ukuran dan lokasi hernia discus. Dapat dilakukan pemeriksaan elektromielogram (
EMG ) untuk menentukan secara pasti akar syaraf yang terkena, juga dapat
dilakukan uji kecepatan hantaran syaraf.
E. PENATALAKSANAAN
1)
Secara alamiah
Sekali nucleus pulposus meninggalkan ruangnya ( annulus fibrosus ) maka
tidak mungkin kembali dengan sendirinya. Setelah beberapa bulan, nucleus
pulposus ini akan mengecil ( atrofi ). Tonjolan tersebut akan lenyap karena
tidak mendapatkan nutrisi, sehingga tekanan pada akar syaraf spinal hilang,
rasa nyeri pun hilang. Inilah sebabnya mengapa banyak cedera pada discus dapat
sembuh perlahan tanpa terapi
2)
Secara medis ( oleh dokter )
a. Secara konservatif ( terapi non operatif )
Terapi konservatif akan berjalan dengan baik pada 19 dari 20 kasus,
terapi konservatif ini terdiri dari :
1. Istirahat ditempat tidur dengan atau tanpa
tarikan spinal
Selama di
tempat tidur, si penderita harus istirahat dengan posisi terlentang pada matras
yang keras dan dilarang membengkokkan tulang belakang dan dibawah matras perlu
diberi alas papan untuk menghalangi terpendamnya punggung ( sagging ). Kalu
istirahat ditempat tidur dengan tarikan spinal ( tarikan tulang belakang ) maka
si penderita istirahat di tempat tidur selama 3 minggu, seperti yang diuraikan
diatas, tetapi kakinya diberi beban kira-kira 8 pon ( 4 kg ) tarikan ini dikerjakan
dengan jalan strapping dan katrol. Tarikan dikurangi dan akhirnya di hentikan.
Biasanya penderita harus memakai supporting belt ( ikat pinggang penyangga )
pada waktu bangun dan latihan.
2.
Memakai gips atau korset dari plaster of paris
Digunakan untuk beberapa minggu saja, tujuannya memberi
istirahat tulang pinggang, serta mencegah membungkuknya tulang pinggang ke
depan. Sambil memakai korst, penderita dapat memelihara kekuatan otot punggung
dengan mengerjakan latihan-latihan yang bersifat extention.
3.
Intermitten spinal traction
Bila rasa nyeri tidak terlalu hebat, biasanya cara ini
dilakukan dengan memberikan tarikan berselang-seling selama 20-30 menit, dengan
berat beban sampai 180 pon ( 90 kg ). Untuk ini diperlukabn tempat tidur
khusus, tetapi jangan menganggap bahwa terapi ini kejam dan tidak menyenangkan,
biasanyadiberikan selama 2 minggu
4.
Manipulasi spinal
Kadang-kadang dokter membuat manipulasi pada
spinal/pemijatan pada tulang belakang, untuk ini penderita di bius total agar
mendapat relaksasi otot yang sempurna, dengan cara ini bila berhasil akan
mengurangi rasa nyeri dengan mengembalikan discus ke posisi semula, atau
ketempat yang tidak menekan syaraf spinal.
b.
Secara operatif ( dengan operasi )
Pembedahan biasanya digunakan bagi pasien yang sering
mengalami nyeri walaupun sudah mendapatkan terapi konservatif atau
memperlihatkan deficit neurology besar, misalnya kelemahan motorik progresif
akibat cedera atau incontinentia alvi dan urine. Terapi pembedahan dapat
dilakukan dengan Menghilangkan tonjolan discus dan dikenal dengan laminektomi
dan diskektomi bedah-mikro yaitu pengeluaran fragmen-fragmen discus melalui
sebuah insisi yang sangat kecil. Terapi operatif dilakukan bila cara
konservatif tidak berhasil, karena terapi operatif ini berbahaya, yaitu
kelumpuhan. Untuk membuat diagnosa yang tepat adanya prolapsus discus vertebralis ialah dengan membuat foto tulang
belakang. Biasanya penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu
setelah ia diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.
|
|
|
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
I. Anamnesa
a.
Biodata
Penyakit discus ini dapat terjadi atau lebih sering diderita oleh orang
dewasa terutama lanjut usia. Tetapi penyakit discus ini juga dapat di jumpai
pada anak dan remaja
b.
Keluhan Utama
Nyeri leher yang menyebar ke bahu, adanya nyeri di daerah punggung, di
pinggang bagian bawah, dapat menyebar sampai bokong dan paha dan lengan atas
mungkin juga didapatkan. Diatas sendi sakroiliaka, panggul, betis, medial kaki
mungkin terjadi nyeri begitu juga dengan lateral kaki. Nyeri bertambah saat
klien batuk, Rasa nyeri dapat seperti pegal-pegal yang terus-menerus atau
seperti tertikam dan apabila digunakan akan terasa lebih nyeri, sehingga kadang-kadang
si penderita tidak mau menggerakkan pinggangnya seolah-olah terkunci. Keterbatasan
untuk mobilisasi / membungkuk ke depan.
c.
Riwayat
penyakit sekarang
Klien mengalami nyeri di bagian punggung bawah setelah mengangkat barang
yang berat, demikian dengan perubahan sikap dari duduk ke berdiri merupakan
siksaan yang besar.
d.
Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah pernah mengangkat beban yang berat
e.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Klien atau keluarga mengaku tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya,
atau pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.
Data pengkajian ADL
a.
Aktifitas / istirahat
Gejala : -Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama
-Membutuhkan papan / matras yang sangat keras
saat tidur
-Penurunan rentang
gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
-Tidak mampu melakukan
aktifitas yang biasanya dilakukan
Tanda : -Atrofi otot pada bagian
tubuh yang terkena
-Adanya inkontinensia / retensi
urin
b.
Eliminasi
Gejala :
- konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi
- adanya inkontinensia / retensi urin
c.
Integritas ego
Gejala : -
ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial
keluarga
Tanda : -
tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang terdekat
d.
Neurosensori
Gejala :
- kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan / kaki
Tanda
: - penurunan refleks tendon dalam,
kelemahan otot, hipotonia, nyeri tekan / spasme otot paravertebralis, penurunan
persepsi nyeri (sensori )
e.
Nyeri / kenyamanan
Gejala :
- Nyeri seperti
tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
membengkokkan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada
leher
-
Nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri
yang lebih berat secara intermitten
-
Nyeri yang menjalar ke kaki, bokong ( lumbal ) atau
bahu / lengan
-
Kaku pada leher ( servikal )
-
Keterbatasan
untuk mobilisasi / membungkuk ke depan
Tanda : sikap dengan cara
bersandar dari bagian tubuh yang terkena.
Perubahan cara berjalan, berjalan
dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena.
f.
Keamanan
Gejala
: adanya riwayat masalah “ punggung “ yang baru saja terjadi
II. Pemeriksaan fisik
·
Keadaan Umum :
lemah
Kesadaran : compos mentis - apatis
GCS : 456 atau menurun
TTV :
TD =
normal, menurun atau meningkat
N = normal, menurun atau meningkat
S = normal, menurun atau meningkat
RR = normal, menurun atau meningkat
·
Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
Dan Leher
Inspeksi : Tidak ditemukan
adanya kelainan pada daerah kepala hingga leher, mungkin ditemukan ekspresi
wajah yang menandakan keluhan nyeri.
Palpasi : Tidak
ditemukan adanya kelainan pada kepala dan leher klien
2. Thorax
(Paru – Jantung)
Inspeksi : Pada pemeriksaan pulmonal bisa terdapat
peningkatan pernafasan, apnea.
Palpasi : Dada simetris, tidak ada retraksi otot napas.
Perkusi : Bunyi paru sonor dan bunyi jantung redup atau
pekak.
Auskultasi : Tidak didapatkan bunyi napas tambahan. Sedangkan pemeriksaan
jantung mungkin didapatkan peningkatan denyut jantung yang tidak begitu berarti
3. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada tanda kelainan
lainnya.
Palpasi : Konsistensi lembek, suhu hangat, palpasi
hepatosplenomegani negatif, palpasi lien negatif, palpasi ginjal negatif.
Perkusi : Tidak ada tanda acites, perkusi sonor.
Auskultasi : BU 5 – 35 kali per menit, terdengar bising aorta
4. Anus
Dan Genetalia
Pemeriksaan anus
dan genetalia tidak diperlukan pada penyakit ini.
5. Ekstremitas
-
Atas
Inspeksi : Tidak ada lesi,
censedung tidak ada kelainan bila dilakukan inspeksi
Palpasi : Kemungkinan didapatkan
kelemahan pada Biseps Reflek biseps berkurang atau hilang
-
Bawah
Inspeksi : Mungkin didapatkan
adanya kelaemahan hingga dapat menyebabkan kaki lunglai (foot drop) kesulitan
dorsi fleksi kaki dan atau jempol kaki, kesulitan berjalan dengan tumit,
melemahnya fleksi plantar, abduksi jari kaki dan kesulitan berjalan jinjit.
Palpasi : Parestesia tungkai
lateral, bagian distal kaki, diantara jari kaki pertama dan kedua, pertengahan
betis dan aspek lateral kaki, termasuk jari kaki ke empat dan kelima. Penurunan
refleks lutut dan pergelangan kaki, refleks pergelangan kaki mungkin berkurang
atau hilang ( Reflek otot : 0 / +1 )
0-4
|
0-4
|
0-4
|
0-4
|
Kekuatan
otot
III. Pemeriksaan penunjang
- Foto rotgen spinal : memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang / ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan patologis lain seperti tumor, osteomielitis
- Elektromiografi : dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal utama yang terkena
- Venogram epidural : dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram terbatas
- Pungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan dengan infeksi, adanya darah
- Tanda Leseque ( tes dengan mengangkat kaki lurus keatas ) : mendukung diagnosa awal dari herniaasi diskus intervertebralis ketika muncul nyeri pada kaki posterior
- Scan CT : dapat menunjukkan kanal spinal ysng mengecil, adanya protrusi diskus intervertebralis
- MRI : pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus
- Mielogram : mungkin normal atau memperlihatkan “ penyempitan “ dari ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d Penjepitan saraf
2. Kerusakan
mobilitas fisik b/d terapi restriktif
3. Ansietas
b/d nyeri kronis
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi
b/d tidak mengenal sumber informasi
3. INTERVENSI dan IMPLEMENTASI
Diagnosa
|
Tujuan dan Kreteria hasil
|
Intervensi
|
rasional
|
Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d
Penjepitan saraf
|
Tujuan jangka panjang :
-
Nyeri klien berkurang
Tujuan jangka pendek :
-
Melepaskan
nyeri hilang / terkontrol
-
Mengungkapkan
metode yang memberikan penghilangan nyeri
-
Mendemonstrasikan
penggunaan intervensi terapeutik untuk menghilangkan nyeri
Kriteria
Hasil :
-
Wajah klien segar tanpa gerimace
-
Skala nyeri turun menjadi 5
-
Klien melakukan metode penghilang nyeri
|
a. Kaji adanya
keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang
memperberat. Minta klien untuk menetapkan pada skala 0-10
b. Pertahankan tirah
baring selama fase akut. Letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan
tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi : posisi terlentang
dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat atau pada posisi lateral
c. Gunakan logroll ( depan
) selama melakukan perubahan posisi
d.
Bantu
pemasangan grace / korset
e.
Batasi
aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
f.
Instruksikan
pasien untuk melakukan teknik relaksasi
g.
Kolaborasi
dengan tim medis dalam memberikan obat sesuai dengan kebutuhan seperti nsaid,
analgetik
|
a. membantu menentukan pilihan intervensi dan
memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi
b. tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan
pasien untuk menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan
memfasilitasi terjadi reduksi dari tonjolan diskus
c. menurunkan fleksi,
perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh
d. berguna selama fase
akut dari ruptur diskus untuk memberikan sokongan dan membatasi fleksi /
terpelintir. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menambah kelamahan otot
dan lebih lanjut menyebabkan degeneratif
e. menurunkan gaya
gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema
dan tekanan pada struktur sekitar diskus intervertebralis yang terkena
f. memfokuskan perhatian
pasien, membantu menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan proses penyembu
han
g. perlu untuk menghilangkan nyeri sedang sampai berat
|
Kerusakan mobilitas fisik
b/d terapi restriktif
|
Tujuan jangka panjang :
-
Klien dapat melakukan aktivitasnya tanpa gangguan
Tujuan jangka pendek :
-
Mengungkapkan
pemahaman tentang situasi
-
Mendemonstrasikan
teknik / perilaku yang mungkin dilakukan
-
Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi
bagian tubuh yang sakit dan atau kompensasi
Kriteria
hasil
-
Klien memahami tentang kondisi fisiknya
-
Klien melakukan aktifitas yang dapat dilakukkan atau
diperbolehkan
-
Fungsi otot dan kekuatan dipertahankan.
|
a. Berikan tindakan pengamanan sesuai dengan indikasi
dengan situasi yang spesifik
b. Catat respon-respon emosi / perilaku pada
mobilisasi. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
c. Anjurkan pasien untuk tetap ikut berperan serta
dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu
d. Demonstrasikan penggunaan alat penolong, seperti
alat bantu jalan, tongkat
e. Berikan obat untuk menghilangkan nyeri kira-kira 30
menit sebelum memindahkan / melakukan ambulasi pasien
|
a.
tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis
prosedur. Aktivitas yang kurang
berhati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal
b. imobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar
kegelisahan, pekarangsang. Aktivitas pengalihan membantu dalam memfokuskan kembali
perhatian pasien dan meningkatkan koping dengan keterbatasan tersebut
c. meningkatkan
penyembuhan dan membentuk kekuatan otot dan kesabaran. Pertisipasi pasien akan
meningkatkan kemandirian pasien dan perasaan kontrol terhadap diri
d. memberikan stabilitas
dan sokongan untuk mengkompensasi gangguan tonus / kekuatan otot dan
keseimbangannya
e. antisipasi terhadap
nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelaksasikan pasien,
meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien selama melakukan aktivitas
|
Ansietas b/d nyeri kronis
|
Tujuan
jangka panjang :
-
Cemas berkurang
Tujuan
jangka pendek :
-
Tampak rileks
dan melaporkan ansietas berkurang pada
tingkat dapat diatasi
-
Mengidentifikasi ketidak efektifan perilaku koping dan
konsekuensinya
-
Mengkaji
situasi terbaru dengan akurat
-
Mendemonstrasikan
ketrampilan pemecahan masalah
Kriteria
hasil :
-
Klien tampak
tenang, tidak menangis atau mengeluh tentang penyakitnya
-
Klien mampu menunjukkan koping yang konstruktif
-
Klien mampu menyebutkan mekanisme koping yang terbaik
bagi dirinya.
|
a. Kaji tingkat ansietas pasien
b. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
c. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan
masalah yang dihadapinya
d. Catat perilaku dari orang terdekat / keluarga yang
meningkatkan peran saklit pasien
e. Rujuk pada kelompok penyokong yang ada, misal :
psikoterapi
|
a. membantu dalam mengidentifikasikan kekuatan dan
ketrampilan yang mungkin membentu pasien mengatasi keadaanya sekarang dan
atau kemungkinan lain untuk memberikan bantuan yang sesuai
b. memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang
didasarkan atas pengetahuannya
c. kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk
diungkapkan dan diberi respon dengan diberi informasi yang akurat untuk
meningkatkan koping terhadap situasi yang sedang dihadapinya
d. orang terdekat / keluarga mungkin secara tidak sadar
memungkinkan pasien untuk mempertahankan ketergantungannya dengan melakukan
sesuatu yang pasien sendiri mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain
e. memberikan dukungan
untuk beradaptasi pada perubahan dan memberikan sumber-sumber untuk mengatasi
masalah
|
Kurang pengetahuan tentang
kondisi b/d tidak mengenal sumber informasi
|
Tujuan
jangka panjang :
-
proses
penyakit, trauma dan pengobatan dapat dipahami.
Tujuan jangka pendek :
-
Mengungkapkan
pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan
-
Melakukan
kembali perubahan gaya hidup
-
Berpartisipasi
dalam aturan tindakan
Kriteria
hasil :
-
Klien dapat
menerangkan kembali tentang proses penyakit, kondisi dan pengobatannya.
-
Klien
menyebutkan dan melakukan minimal 5 hal tentang gaya hidup sehat
-
Klien mengikuti prosedur tindakan tanpa paksaan
|
a. Jelaskan kembali proses
penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan
b. Berikan informasi
tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan perubahan “
mekanika tubuh “ tanpa bantuan dan juga melakukan latihan
c. Diskusikan mengenai
pengobatan dan juga efek sampingnya
d. Anjurkan untuk
menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah
leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup
e. Anjurkan untuk melakukan evaluasi medis secara
teratur
f. Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu
untuk dilaporkan pada evaluasi berikutnya seperti nyeri tusuk, kehilangan
sensasi / kemampuan untuk berjalan
|
a. pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien
untuk membuat pilihan yang tepat. Dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program
pengobatan dan mendapatkan penyembuhan yang optimal
b. menurunkan resiko
terjadnya trauma berulang dari leher / punggung dengan menggunakan otot-otot
bokong
c. menurunkan resiko
komplikasi / trauma
d. dapat menurunkan
tegangan otot melelui dukungan struktural dan pencegahan terhadap
hiperekstensi dari tulang belakang
e. mengevaluasi
perkembangan proses degeneratif, memantau perkembangan dari bagian tubuh yang
terkena / komplikasi dari efek samping obat, mungkin juga menandakan adanya
kebutuhan untuk mengubah aturan pengobatan
f. perkembangan dari
proses penyakit mungkin memerlukan tindakan / pembedahan lebih
|
4. EVALUASI
Diagnosa
|
Data
|
Evaluasi
|
Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d
Penjepitan saraf
|
DS : klien
mengatakan nyeri berkurang
DO :
-
Wajah klien segar tanpa gerimace
-
Skala nyeri turun menjadi 5
-
Klien melakukan metode penghilang nyeri
|
S : klien mengatakan nyeri
berkurang
O : Wajah klien
segar tanpa gerimace, Skala nyeri turun menjadi 5
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
Kerusakan mobilitas fisik
b/d terapi restriktif
|
DS : klien mengatakan
mengerti kondisi fisiknya dan tidak mau memaksakan tindakan yang tidak bisa
dilakukannya.
DO :
-
Klien melakukan aktifitas yang dapat dilakukkan atau
diperbolehkan
-
Fungsi otot dan kekuatan dipertahankan.
|
S : klien mengatakan mengerti kondisi fisiknya
dan tidak mau memaksakan tindakan yang tidak bisa dilakukannya
O : Klien melakukan aktifitas yang dapat
dilakukkan atau diperbolehkan
A : Masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
|
Ansietas b/d nyeri kronis
|
DS : Klien mampu menyebutkan mekanisme koping yang
terbaik bagi dirinya
DO :
-
Klien tampak
tenang, tidak menangis atau mengeluh tentang penyakitnya
-
Klien mampu menunjukkan koping yang konstruktif
|
S : Klien mampu menyebutkan mekanisme koping yang
terbaik bagi dirinya
O : Klien tampak tenang, tidak menangis atau
mengeluh tentang penyakitnya, klien mampu menunjukkan koping yang konstruktif
A : Masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
|
Kurang pengetahuan tentang kondisi b/d tidak mengenal sumber
informasi
|
DS
:
-
Klien dapat
menerangkan kembali tentang proses penyakit, kondisi dan pengobatannya.
-
Klien
menyebutkan dan melakukan minimal 5 hal tentang gaya hidup sehat
DO
:
-
Klien mengikuti prosedur tindakan tanpa paksaan
|
S : Klien dapat menerangkan kembali tentang
proses penyakit, kondisi dan pengobatannya. Klien menyebutkan dan melakukan
minimal 5 hal tentang gaya hidup sehat
O : Klien mengikuti prosedur tindakan tanpa
paksaan
A : Masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa HNP adalah hernia melalui salah satu trigonum
lumbal pada dinding posterior abdomen ( Theodorer, 1995 ). Dan beberapa
penyebabnya adalah :
·
Mengangkat beban yang berat dengan punggung
melengkung, yang semestinya lurus
·
Trauma
·
Proses penuaan
Dan penatalaksanaan HNP dapat berupa penatalaksanaan
secara alami dan secara medis, sedangkan penatalaksanaan secara medis dibagi
menjadi penatalaksanaan konservatif dan operatif
B. SARAN
Dengan ditulisnya makalah ini penulis berharap kepada
para pembaca dan juga penderita penyakit HNP bahwa penyakit ini dapat
disebabkan oleh bebrapa sebab terutama adalah kesalahan dalam mengangkat beban
jadi posisi dalam mengangkat beban pun juga harus diperhatikan
Penanganan penyakit ini pun juga tidak harus dengan
operasi,metode alami dengan istirahat pun juga dapat menyembuhkan penyakit ini
DAFTAR PUSTAKA
E.Dongoes,
M. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Theodoree, Schkok. 1995. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC