Rabu, 02 September 2015

HNP



BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Nyeri punggung, terutama punggung bawah merupakan masalah yang sangat sering dijumpai pada populasi orang dewasa. Berbagai penyebab nyeri punggung antara lain atritis tulang belakang, berbagai masalah jaringan lunak yang timbul akibat keseleo, ketegangan dan trauma lain. Dan salah satunya disebabkan oleh penyakit herniasi discus intervertebralis.
Penyebab fisiologik nyeri punggung bawah biasanya adalah iritasi mekanis atau biokimiawi terhadap ujung-ujung non iseptif atau terhadap saraf dan akar saraf di spina lumbalis. Kita perlu menyingkirkan kelainan discus akut pada setiap pasien yang mengeluh nyeri punggung, karena apabila tidak dapat terjadi deficit neurologik menetap.

  1. RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian hernia nucleus pulposus ?
2.      Apakah etiologi hernia nucleus pulposus ?
3.      Apakah manifestasi klinis hernia nucleus pulposus ?
4.      Bagaimana penatalaksanaan hernia nucleus pulposus ?
5.      Bagaimana patofisologi dari HNP?
6.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hernia nucleus pulposus ?

  1. TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian hernia nucleus pulposus ?
2.      Untuk mengetahui etiologi hernia nucleus pulposus ?
3.      Untuk mengetahui manifestasi klinis hernia nucleus pulposus ?
4.      Agar mahasiswa tahu tentang penatalaksanaan hernia nucleus pulposus ?
5.      mahasiswa tahu tentang patofisologi dari HNP?
6.      Agar mahasiswa tahu tentang asuhan keperawatan pada klien hernia nucleus pulposus ?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN
Hernia nucleus pulposus adalah penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang ( kambuh ) yang terjadi pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1 atau C5-C6, C6-C7 dan mungkin terjadi sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan ( Dongoes, 1999)
Hernia nucleus pulposus adalah gangguan yang melibatkan rupture anulus pulposus (cincin luar discus ) sehingga nucleus pulposus menonjol ( mengalami herniasi ) dan menekan akar saraf spinal, menimbulkan nyeri dan mungkin defisit neurologik ( Sylvia, 1999 )
Hernia nucleus pulposus adalah hernia melalui salah satu trigonum lumbal pada dinding posterior abdomen ( Theodorer, 1995 )
Hernia nucleus pulposus adalah tulang belakang ( vertebra ) yang mengalami prolapsus discus intervertebralis yang biasa terjadi pada perbatasan lumbalis IV dan V, dan lumbalis V – sakralis I ( www. Google.com )

B.     ETIOLOGI
·         Mengangkat beban yang berat dengan punggung melengkung, yang semestinya lurus
·         Trauma di daerah punggung
·         Proses penuaan

C.    MANIFESTASI KLINIS
1)      Secara umum
·         Nyeri di pinggang bagian bawah, dapat menyebar sampai bokong dan paha.
·         Rasa nyeri dapat langsung timbul setelah cedera atau beberapa jam kemudian, bahkan dapat beberapa hari kemudian.
·         Rasa nyeri dapat seperti pegal-pegal yang terus-menerus atau seperti tertikam dan apabila digunakan akan terasa lebih nyeri, sehingga kadang-kadang si penderita tidak mau menggerakkan pinggangnya seolah-olah terkunci
·         Batuk atau bersin dapat menambah rasa nyari, demikian dengan perubahan sikap dari duduk ke berdiri merupakan siksaan yang besar
2)      Secara khusus
Lokasi hernia
Akar syaraf yang terkena
nyeri
Kelemahan otot
parestesia
atrofi
refleks
L4 ke L5
L5
Diatas sendi sakroiliaka, panggul, aspek betis, aspek medial kaki
Dapat menyebabkan kaki lunglai (foot drop) kesulitan dorsi fleksi kaki dan atau jempol kaki, kesulitan berjalan dengan tumit

Tungkai lateral, bagian distal kaki, diantara jari kaki pertama dan kedua
Tidajk bermakna
Biasanya tidak bermakna, refleks lutut dan pergelangan kaki mungkin berkurang
L5 ke S1
S1
Diatas sendi sakroiliaka, bagian posterior seluruh tungkai sampai ketumit aspek lateral kaki

Dapat menyebabkan melemahnya fleksi plantar, abduksi jari kaki dan otot hamstring, kesulitan berjalan jinjit
Pertengahan betis dan aspek lateral kaki, termasuk jari kaki ke empat dan kelima
Gastro knemius
Refleks pergelangan kaki mungkin berkurang atau hilang
C5 ke C6
C6
Nyeri leher yang menyebar ke bahu, lengan dan lengan atas
Biseps
Aspek radial lengan atas, jempol dan telunjuk
Tidak bermakna
Reflek biseps berkurang atau hilang

D.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hernia nucleus pulposus sering dibuat berdasarkan anamnesis dan dapat dikonfirmasi saat pemeriksaan fisik. Perasat-perasat untuk evaluasi seperti mengangkat tungkai dan berjalan jinjit atau diatas tumit juga bermanfaat untuk membuet diagnosis. Radiografi mungkin normal atau memperlihatkan tanda-tanda distorsi susunan tulang belakang ( umumnya disebabkan oleh spasme otot ) radiografi juga bermanfaat untuk menyingkirkan kausa lain nyeri punggung, misalnya : spondilolitesis ( selipnya kearah depan bagian anterior suatu segmen vertebra dari segmen dibawahnya, biasanya di L4 atau L5 ) tumor medula spinalis atau tonjolan tulang.
Namun diagnosis Hernia nucleus pulposus mustahil dilakukan hanya berdasarkan radiografi. Diperlukan mielogram computet tomografi ( CT ) atau magnetic resonance imaging ( MRI ) untuk memastikan lokasi dan tipe patologi. MRI atau CT tulang belakang akan memperlihatkan kompresi kanalis spinalis oleh discus yang mengalami herniaasi dan mielogram Ct akan menentukan ukuran dan lokasi hernia discus. Dapat dilakukan pemeriksaan elektromielogram ( EMG ) untuk menentukan secara pasti akar syaraf yang terkena, juga dapat dilakukan uji kecepatan hantaran syaraf.

E.     PENATALAKSANAAN
1)      Secara alamiah
Sekali nucleus pulposus meninggalkan ruangnya ( annulus fibrosus ) maka tidak mungkin kembali dengan sendirinya. Setelah beberapa bulan, nucleus pulposus ini akan mengecil ( atrofi ). Tonjolan tersebut akan lenyap karena tidak mendapatkan nutrisi, sehingga tekanan pada akar syaraf spinal hilang, rasa nyeri pun hilang. Inilah sebabnya mengapa banyak cedera pada discus dapat sembuh perlahan tanpa terapi
2)      Secara medis ( oleh dokter )
a.       Secara konservatif ( terapi non operatif )
Terapi konservatif akan berjalan dengan baik pada 19 dari 20 kasus, terapi konservatif ini terdiri dari :
1.      Istirahat ditempat tidur dengan atau tanpa tarikan spinal
Selama di tempat tidur, si penderita harus istirahat dengan posisi terlentang pada matras yang keras dan dilarang membengkokkan tulang belakang dan dibawah matras perlu diberi alas papan untuk menghalangi terpendamnya punggung ( sagging ). Kalu istirahat ditempat tidur dengan tarikan spinal ( tarikan tulang belakang ) maka si penderita istirahat di tempat tidur selama 3 minggu, seperti yang diuraikan diatas, tetapi kakinya diberi beban kira-kira 8 pon ( 4 kg ) tarikan ini dikerjakan dengan jalan strapping dan katrol. Tarikan dikurangi dan akhirnya di hentikan. Biasanya penderita harus memakai supporting belt ( ikat pinggang penyangga ) pada waktu bangun dan latihan.
2.      Memakai gips atau korset dari plaster of paris
Digunakan untuk beberapa minggu saja, tujuannya memberi istirahat tulang pinggang, serta mencegah membungkuknya tulang pinggang ke depan. Sambil memakai korst, penderita dapat memelihara kekuatan otot punggung dengan mengerjakan latihan-latihan yang bersifat extention.
3.      Intermitten spinal traction
Bila rasa nyeri tidak terlalu hebat, biasanya cara ini dilakukan dengan memberikan tarikan berselang-seling selama 20-30 menit, dengan berat beban sampai 180 pon ( 90 kg ). Untuk ini diperlukabn tempat tidur khusus, tetapi jangan menganggap bahwa terapi ini kejam dan tidak menyenangkan, biasanyadiberikan selama 2 minggu
4.      Manipulasi spinal
Kadang-kadang dokter membuat manipulasi pada spinal/pemijatan pada tulang belakang, untuk ini penderita di bius total agar mendapat relaksasi otot yang sempurna, dengan cara ini bila berhasil akan mengurangi rasa nyeri dengan mengembalikan discus ke posisi semula, atau ketempat yang tidak menekan syaraf spinal.
b.      Secara operatif ( dengan operasi )
Pembedahan biasanya digunakan bagi pasien yang sering mengalami nyeri walaupun sudah mendapatkan terapi konservatif atau memperlihatkan deficit neurology besar, misalnya kelemahan motorik progresif akibat cedera atau incontinentia alvi dan urine. Terapi pembedahan dapat dilakukan dengan Menghilangkan tonjolan discus dan dikenal dengan laminektomi dan diskektomi bedah-mikro yaitu pengeluaran fragmen-fragmen discus melalui sebuah insisi yang sangat kecil. Terapi operatif dilakukan bila cara konservatif tidak berhasil, karena terapi operatif ini berbahaya, yaitu kelumpuhan. Untuk membuat diagnosa yang tepat adanya prolapsus discus vertebralis ialah dengan membuat foto tulang belakang. Biasanya penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.











penuaan
 
trauma
 
Beban yang terlalu berat
 
PATOFISIOLOGI

 











ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
I.       Anamnesa
a.         Biodata
Penyakit discus ini dapat terjadi atau lebih sering diderita oleh orang dewasa terutama lanjut usia. Tetapi penyakit discus ini juga dapat di jumpai pada anak dan remaja
b.      Keluhan Utama
Nyeri leher yang menyebar ke bahu, adanya nyeri di daerah punggung, di pinggang bagian bawah, dapat menyebar sampai bokong dan paha dan lengan atas mungkin juga didapatkan. Diatas sendi sakroiliaka, panggul, betis, medial kaki mungkin terjadi nyeri begitu juga dengan lateral kaki. Nyeri bertambah saat klien batuk, Rasa nyeri dapat seperti pegal-pegal yang terus-menerus atau seperti tertikam dan apabila digunakan akan terasa lebih nyeri, sehingga kadang-kadang si penderita tidak mau menggerakkan pinggangnya seolah-olah terkunci. Keterbatasan untuk mobilisasi / membungkuk ke depan.
c.         Riwayat penyakit sekarang
Klien mengalami nyeri di bagian punggung bawah setelah mengangkat barang yang berat, demikian dengan perubahan sikap dari duduk ke berdiri merupakan siksaan yang besar.
d.      Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah pernah mengangkat beban yang berat
e.         Riwayat Penyakit Keluarga
Klien atau keluarga mengaku tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya, atau pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.
Data pengkajian ADL
a.       Aktifitas / istirahat
Gejala :   -Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,        mengemudi dalam waktu lama
               -Membutuhkan papan / matras yang sangat keras saat tidur
               -Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
               -Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan
Tanda :   -Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena
               -Adanya inkontinensia / retensi urin           
b.      Eliminasi
Gejala :   - konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi
               - adanya inkontinensia / retensi urin
c.       Integritas ego
Gejala :  - ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga
Tanda :    - tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang terdekat
d.      Neurosensori
Gejala :   - kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan / kaki
Tanda :  - penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri tekan / spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri (sensori )
e.       Nyeri / kenyamanan
Gejala :  
-  Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher
-          Nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara intermitten
-          Nyeri yang menjalar ke kaki, bokong ( lumbal ) atau bahu / lengan
-          Kaku pada leher ( servikal )
-          Keterbatasan untuk mobilisasi / membungkuk ke depan
Tanda  :  sikap       dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena.
               Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang      terangkat pada bagian tubuh yang terkena.
f.       Keamanan
Gejala : adanya riwayat masalah “ punggung “ yang baru saja terjadi
II.    Pemeriksaan fisik
·         Keadaan Umum          : lemah
Kesadaran                   : compos mentis - apatis
GCS                            : 456 atau menurun
TTV                             : TD     =    normal, menurun atau meningkat
                                      N       =    normal, menurun atau meningkat
                                      S        =    normal, menurun atau meningkat
                                      RR     =    normal, menurun atau meningkat
·         Pemeriksaan Head To Toe
1.      Kepala Dan Leher
Inspeksi        :  Tidak ditemukan adanya kelainan pada daerah kepala hingga leher, mungkin ditemukan ekspresi wajah yang menandakan keluhan nyeri.
Palpasi          :  Tidak ditemukan adanya kelainan pada kepala dan leher klien
2.      Thorax (Paru – Jantung)
Inspeksi        :  Pada pemeriksaan pulmonal bisa terdapat peningkatan pernafasan, apnea.
Palpasi          :  Dada simetris, tidak ada retraksi otot napas.
Perkusi         :  Bunyi paru sonor dan bunyi jantung redup atau pekak.
Auskultasi    :  Tidak didapatkan bunyi napas tambahan. Sedangkan pemeriksaan jantung mungkin didapatkan peningkatan denyut jantung yang tidak begitu berarti
3.      Abdomen
Inspeksi        :  tidak ada lesi, tidak ada tanda kelainan lainnya.
Palpasi          :  Konsistensi lembek, suhu hangat, palpasi hepatosplenomegani negatif, palpasi lien negatif, palpasi ginjal negatif.
Perkusi         :  Tidak ada tanda acites, perkusi sonor.
Auskultasi    :  BU 5 – 35 kali per menit, terdengar bising aorta
4.      Anus Dan Genetalia
Pemeriksaan anus dan genetalia tidak diperlukan pada penyakit ini.
5.      Ekstremitas
-        Atas
Inspeksi        :  Tidak ada lesi, censedung tidak ada kelainan bila dilakukan inspeksi
Palpasi          :  Kemungkinan didapatkan kelemahan pada Biseps Reflek biseps berkurang atau hilang

-        Bawah
Inspeksi        :  Mungkin didapatkan adanya kelaemahan hingga dapat menyebabkan kaki lunglai (foot drop) kesulitan dorsi fleksi kaki dan atau jempol kaki, kesulitan berjalan dengan tumit, melemahnya fleksi plantar, abduksi jari kaki dan kesulitan berjalan jinjit.
Palpasi          :  Parestesia tungkai lateral, bagian distal kaki, diantara jari kaki pertama dan kedua, pertengahan betis dan aspek lateral kaki, termasuk jari kaki ke empat dan kelima. Penurunan refleks lutut dan pergelangan kaki, refleks pergelangan kaki mungkin berkurang atau hilang ( Reflek otot : 0 / +1 )
0-4
0-4
0-4
0-4
            Kekuatan otot


III. Pemeriksaan penunjang
  1. Foto rotgen spinal : memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang / ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan patologis lain seperti tumor, osteomielitis
  2. Elektromiografi : dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal utama yang terkena
  3. Venogram epidural : dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram terbatas
  4. Pungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan dengan infeksi, adanya darah
  5. Tanda Leseque ( tes dengan mengangkat kaki lurus keatas ) : mendukung diagnosa awal dari herniaasi diskus intervertebralis ketika muncul nyeri pada kaki posterior
  6. Scan CT : dapat menunjukkan kanal spinal ysng mengecil, adanya protrusi diskus intervertebralis
  7. MRI : pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus
  8. Mielogram : mungkin normal atau memperlihatkan “ penyempitan “ dari ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d  Penjepitan saraf
2.      Kerusakan mobilitas fisik b/d terapi restriktif
3.      Ansietas b/d nyeri kronis
4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi b/d tidak mengenal sumber informasi





3.      INTERVENSI dan IMPLEMENTASI
Diagnosa
Tujuan dan Kreteria hasil
Intervensi
rasional
Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d  Penjepitan saraf

Tujuan jangka panjang :
-        Nyeri klien berkurang
Tujuan jangka pendek :
-        Melepaskan nyeri hilang / terkontrol
-        Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan nyeri
-        Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik untuk menghilangkan nyeri

Kriteria Hasil :
-        Wajah klien segar tanpa gerimace
-        Skala nyeri turun menjadi 5
-        Klien melakukan metode penghilang nyeri
a.       Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Minta klien untuk menetapkan pada skala 0-10
b.      Pertahankan tirah baring selama fase akut. Letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi : posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat atau pada posisi lateral
c.       Gunakan logroll ( depan ) selama melakukan perubahan posisi
d.      Bantu pemasangan grace / korset




e.       Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan


f.       Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi

g.       Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat sesuai dengan kebutuhan seperti nsaid, analgetik
a.       membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi

b.      tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadi reduksi dari tonjolan diskus

c.       menurunkan fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh
d.      berguna selama fase akut dari ruptur diskus untuk memberikan sokongan dan membatasi fleksi / terpelintir. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menambah kelamahan otot dan lebih lanjut menyebabkan degeneratif
e.       menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar diskus intervertebralis yang terkena
f.       memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan proses penyembu han
g.       perlu untuk menghilangkan nyeri sedang sampai berat
Kerusakan mobilitas fisik b/d terapi restriktif

Tujuan jangka panjang :
-        Klien dapat melakukan aktivitasnya tanpa gangguan
Tujuan jangka pendek :
-        Mengungkapkan pemahaman tentang situasi
-        Mendemonstrasikan teknik / perilaku yang mungkin dilakukan
-        Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan atau kompensasi
Kriteria hasil
-        Klien memahami tentang kondisi fisiknya
-        Klien melakukan aktifitas yang dapat dilakukkan atau diperbolehkan
-        Fungsi otot dan kekuatan dipertahankan.
a.       Berikan tindakan pengamanan sesuai dengan indikasi dengan situasi yang spesifik


b.      Catat respon-respon emosi / perilaku pada mobilisasi. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien


c.       Anjurkan pasien untuk tetap ikut berperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu

d.      Demonstrasikan penggunaan alat penolong, seperti alat bantu jalan, tongkat

e.       Berikan obat untuk menghilangkan nyeri kira-kira 30 menit sebelum memindahkan / melakukan ambulasi pasien
a.       tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis prosedur. Aktivitas yang kurang berhati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal
b.      imobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, pekarangsang. Aktivitas pengalihan membantu dalam memfokuskan kembali perhatian pasien dan meningkatkan koping dengan keterbatasan tersebut
c.       meningkatkan penyembuhan dan membentuk kekuatan otot dan kesabaran. Pertisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien dan perasaan kontrol terhadap diri
d.      memberikan stabilitas dan sokongan untuk mengkompensasi gangguan tonus / kekuatan otot dan keseimbangannya
e.       antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelaksasikan pasien, meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien selama melakukan aktivitas
Ansietas b/d nyeri kronis
Tujuan jangka panjang :
-        Cemas berkurang
Tujuan jangka pendek :
-        Tampak rileks dan melaporkan  ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi
-        Mengidentifikasi ketidak efektifan perilaku koping dan konsekuensinya
-        Mengkaji situasi terbaru dengan akurat
-        Mendemonstrasikan ketrampilan pemecahan masalah
Kriteria hasil :
-        Klien tampak tenang, tidak menangis atau mengeluh tentang penyakitnya
-        Klien mampu menunjukkan koping yang konstruktif
-        Klien mampu menyebutkan mekanisme koping yang terbaik bagi dirinya.
a.       Kaji tingkat ansietas pasien




b.      Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur

c.       Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya



d.      Catat perilaku dari orang terdekat / keluarga yang meningkatkan peran saklit pasien



e.       Rujuk pada kelompok penyokong yang ada, misal : psikoterapi
a.       membantu dalam mengidentifikasikan kekuatan dan ketrampilan yang mungkin membentu pasien mengatasi keadaanya sekarang dan atau kemungkinan lain untuk memberikan bantuan yang sesuai
b.      memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan atas pengetahuannya
c.       kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan dan diberi respon dengan diberi informasi yang akurat untuk meningkatkan koping terhadap situasi yang sedang dihadapinya
d.      orang terdekat / keluarga mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk mempertahankan ketergantungannya dengan melakukan sesuatu yang pasien sendiri mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain
e.       memberikan dukungan untuk beradaptasi pada perubahan dan memberikan sumber-sumber untuk mengatasi masalah
Kurang pengetahuan tentang kondisi b/d tidak mengenal sumber informasi

Tujuan jangka panjang :
-        proses penyakit, trauma dan pengobatan dapat dipahami.
Tujuan jangka pendek :
-        Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan
-        Melakukan kembali perubahan gaya hidup
-        Berpartisipasi dalam aturan tindakan
Kriteria hasil :
-        Klien dapat menerangkan kembali tentang proses penyakit, kondisi dan pengobatannya.
-        Klien menyebutkan dan melakukan minimal 5 hal tentang gaya hidup sehat
-        Klien mengikuti prosedur tindakan tanpa paksaan
a.       Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan



b.      Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan perubahan “ mekanika tubuh “ tanpa bantuan dan juga melakukan latihan
c.       Diskusikan mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya
d.      Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup
e.       Anjurkan untuk melakukan evaluasi medis secara teratur




f.       Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu untuk dilaporkan pada evaluasi berikutnya seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan
a.     pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat. Dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan dan mendapatkan penyembuhan yang optimal
b.     menurunkan resiko terjadnya trauma berulang dari leher / punggung dengan menggunakan otot-otot bokong

c.     menurunkan resiko komplikasi / trauma

d.     dapat menurunkan tegangan otot melelui dukungan struktural dan pencegahan terhadap hiperekstensi dari tulang belakang

e.     mengevaluasi perkembangan proses degeneratif, memantau perkembangan dari bagian tubuh yang terkena / komplikasi dari efek samping obat, mungkin juga menandakan adanya kebutuhan untuk mengubah aturan pengobatan
f.      perkembangan dari proses penyakit mungkin memerlukan tindakan / pembedahan lebih

4.      EVALUASI
Diagnosa
Data
Evaluasi
Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d  Penjepitan saraf

DS : klien mengatakan nyeri berkurang
DO :
-        Wajah klien segar tanpa gerimace
-        Skala nyeri turun menjadi 5
-        Klien melakukan metode penghilang nyeri
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : Wajah klien segar tanpa gerimace, Skala nyeri turun menjadi 5
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Kerusakan mobilitas fisik b/d terapi restriktif

DS : klien mengatakan mengerti kondisi fisiknya dan tidak mau memaksakan tindakan yang tidak bisa dilakukannya.
DO :
-        Klien melakukan aktifitas yang dapat dilakukkan atau diperbolehkan
-        Fungsi otot dan kekuatan dipertahankan.
S : klien mengatakan mengerti kondisi fisiknya dan tidak mau memaksakan tindakan yang tidak bisa dilakukannya
O : Klien melakukan aktifitas yang dapat dilakukkan atau diperbolehkan
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Ansietas b/d nyeri kronis
DS : Klien mampu menyebutkan mekanisme koping yang terbaik bagi dirinya
DO :
-        Klien tampak tenang, tidak menangis atau mengeluh tentang penyakitnya
-        Klien mampu menunjukkan koping yang konstruktif
S : Klien mampu menyebutkan mekanisme koping yang terbaik bagi dirinya
O : Klien tampak tenang, tidak menangis atau mengeluh tentang penyakitnya, klien mampu menunjukkan koping yang konstruktif
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Kurang pengetahuan tentang kondisi b/d tidak mengenal sumber informasi
DS :
-        Klien dapat menerangkan kembali tentang proses penyakit, kondisi dan pengobatannya.
-        Klien menyebutkan dan melakukan minimal 5 hal tentang gaya hidup sehat
DO :
-        Klien mengikuti prosedur tindakan tanpa paksaan
S : Klien dapat menerangkan kembali tentang proses penyakit, kondisi dan pengobatannya. Klien menyebutkan dan melakukan minimal 5 hal tentang gaya hidup sehat
O : Klien mengikuti prosedur tindakan tanpa paksaan
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Bahwa HNP adalah hernia melalui salah satu trigonum lumbal pada dinding posterior abdomen ( Theodorer, 1995 ). Dan beberapa penyebabnya adalah :
·         Mengangkat beban yang berat dengan punggung melengkung, yang semestinya lurus
·         Trauma
·         Proses penuaan
Dan penatalaksanaan HNP dapat berupa penatalaksanaan secara alami dan secara medis, sedangkan penatalaksanaan secara medis dibagi menjadi penatalaksanaan konservatif dan operatif

B.     SARAN
Dengan ditulisnya makalah ini penulis berharap kepada para pembaca dan juga penderita penyakit HNP bahwa penyakit ini dapat disebabkan oleh bebrapa sebab terutama adalah kesalahan dalam mengangkat beban jadi posisi dalam mengangkat beban pun juga harus diperhatikan
Penanganan penyakit ini pun juga tidak harus dengan operasi,metode alami dengan istirahat pun juga dapat menyembuhkan penyakit ini













DAFTAR PUSTAKA


            E.Dongoes, M. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

            Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC

            Theodoree, Schkok. 1995. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

            WWW.GOOGLE.COM. Diakses tanggal 12 April 2008 pukul 11.15 WIB