BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
HIV merupakan sutu penyakit yang sudah banyak dikenal.Penyakit ini
merupakan penyakit yang berbahaya dan sampai sekarang belum ditemukan obat
untuk mengatasi penyakit tersebut
HIV sangat berbahaya pada kehamilan,sesuai dengan penelitian yang sudah
dikemukakan bahwa 50% anak – anak dengan infeksi HIV terkena saraf yang
memenifestasi dietnya sebagai Ensefalopati progresif,Perkembangan yang
terlambat atau hilangnya perkembangan motorik
Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas tentang
penyakit tersebut mulai dari pengertian,penyebab,Klasifikasi sampai Asuhan
Keperawatan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah Pengertian dari HIV – AIDS
2.
Bagaimana Etiologi dari HIV
3.
Bagaimana Klasifikasi
4.
Bagamana Patofisiologi
5.
Apa saja Manifestasi Klinik
6.
Apa saja Pemeriksaan Diagnostik
7.
Apa saja Penatalaksanaan
8.
Asuhan Keperawatan pada HIV – AIDS
1.3
Tujuan Penulisan
Dengan penyusunan Makalah ini diharapkan
mahasiswa STIKES Muhammadiyah Lamongan Mampu :
- Tujuan Umum
Ø
Diharapkamn Mahasiswa Mampu
memahami tentang HIV – AIDS
Ø
Diharapkan Mahasiswa mampu
menjelaskan tentang HIV – AIDS
- Tujuan Khusus
Ø
Pengertian HIV – AIDS
Ø
Penyebab Etiologi HIV – AIDS
Ø
Klasifikasi dari HIV – AIDS
Ø
Patogenesis
Ø
Manifestasi Klinis
Ø
Pemeriksaan Diagnostik
Ø
Penatalaksanaan
Ø ASKEP
BAB I
LANDASAN TEORI
HIV-AIDS
A. Pengertian
1. AIDS (Acquaired Immuno Deficiency Syndrome)
adalah sindrom yang menunjukan defisiensi imun seluler seseorang tanpa adanya
penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal
dan sebagainya (Rampengan & Laurentz, 1997:171)
2. AIDS ( Acquaired immune Defisiensi Syndrom
) adalah penyakit yang disebabkan Virus yang merusak system kekebalan tubuh
manusia (H. JH. Wartono, 1999:09)
Jadi, HIV adalah virus yang menyerang sisitem kekebakan
tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan AIDS,
sedangkan AIDS adalah suatu sindrom penyakit yang muncul secara kompleks dalam
waktu relative lama karena penurunan system kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh infeksi HIV.
B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus HIV tipe 1
yang melekat dan memasuki Limfosit T helper CD4, yang juga ditemukan dalam
jumlah yang lebih rendah pada monosit dan makofag.
HIV-1 merupakan virus RNA dan merupakan
parasit obligat intrasel. Dalam bentuk yang asli ia merupakan partikel yang
inert tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel host (sel
target)
C. Klasifikasi
Secara klinis gambaran
yang terliaht terbagi dalam 4 tahap urutan, dan ini sejalan dengan perubahan
fungsi imunitas dan aktivitas virus di dalam tubuh orang yang terinfeksi.
Keempat urutan tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- Tahap infeksi primer (primeri infection) yaitu setelah beberapa minggu dari saat infeksi, dan ditandai dengan gejala demam, rasa sakit pada tenggorokan, sakit kepala, fotofobia, rasa lemas dan lesu, pembesaran kelenjar limfe, dan bercak makulopapular pada kulit. Berlangsung sekitar 1-2 minggu, dan terlihat pada sekitar 70% pengidap. Anti bodi tes negative, periode ini disebut dengan periode window periode.
- tahap infeksi dini (early infection), tahap ini merupakan masa laten dari virus dan lamanya berlangsung beberapa tahun sampai 5/10 tahun. Pada tahap ini pengidap pada umumnya tanpa gejala, kecuali bebrapa dengan pembesaran kelenjar limfe secara umum. Pada tahap ini julah sel limfosit –T relative masih stabil dan antigen-HIV tidak dapat dikesan dalam serum darah pengidap. Keadaan ini menggambarkan bahwa derajat aktivitas virus HIV rendah. Pada periode ini ada yang menyebut dengan tahap seroconvertion.
- Tahap simtomatik, tahap ini ditandai dengan munculnya kembali antigen-HIV dan turunya limfosit-T. Dengan turunya jumlah sel limfosit T4, maka derajat kompetensi imunitas tubuh menjadi turun dan pengidap menjadi sangat rentan terhadap berbagai serangan infeksi yang ringan sekalipun. Infeksi yang terjadi biasanya multiple dan rekulen (berulang-ulang) serta resisten (rentan) terhadap obat yang biasa digunakan. Gangguan muko-kutan (selaput lendir kulit) seperti kandidiasis di mulut, folikulitis, dan dermatitis seboroik.
- Tahap AIDS, tahap ini ditandai dengan timbulnya infeksi oportunistik dan neoplasma, dan penderita dalam sakit berat dengan angka kematianya yang tinggi. Tahap inilah yang disebut sakit AIDS, yang berdasarkan pemeriksaan imunologis/laboratories terlihat jelas turunya jumlah sel limfosit T4 yang bermakna.
D. Patofisiologi
Pada neonatal HIV dapat masuk kedalam
tubuh melalui penularan transplasenta atau perinatal setelah virus HIV masuk
kedalam target yang mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. Ia
melepas bungkusnya kemudian mengeluarkan enzim R-tase yang dibawahnya untuk
mengubah bentuk RNA-nya menjadi DNA agar dapat bergabung menyatu diri dengan
DNA sel target. Dari DNA sel ini berlangsung seumur hidup. Sel limfosit T ini
dalam tubuh mempunyai fungsi yang penting sebagai daya tahan tubuh. Akibat
infeksi ini fungsi system imun berkurang atau rusak, maka fungsi imunologik
lain juga mulai terganggu.
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel
yang dipakai virus untuk melewati sawar darah otak untuk masuk ke dalam otak,
fungsi Limfosit B juga terpengaruh, dengan peningkatan fungsi immunoglobulin
total sehubungan dengan penurunan fungsi antibody spesifik. Dengan memburuknya
system imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan terhadap infeksi
oportunis dan juga berkurang kemampuanya dalam memperlambat replikasi HIV.
Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multi system yang dapat
bersifatdominan selama bertahun-tahun sambil menyebabkan imunodefisiensi secara
bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis dari penyakit ini
berfariasi dari orang keorang. Virus ini ditularkan hanya melalui kontak
langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh, melalui obat-obatan intravena,
kontak seksual, transmisi perianal dari ibu ke bayi, dan menyusui. Tidak ada
bukti yang menunjukan infeksi HIV ddidapat melalui kontak biasa.
Empat populasi utama pada kelompok usia pediatric yang
terkena HIV :
- Bayi yang terinfeksi melalui penularan perianal dan ibu yang terinfeksi, hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun
- Anak-anak yang telah menerima produk darah
- Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku resiko tinggi
- Bayi yang mendapat ASI terutama di Negara-negara berkebang
PATOGENESIS
HIV-1
Jarum suntik Transfusi
Ibu Hub
Sexual
Transplasenta
Perinatal
Adana
Gangguan system
Sel host Limfosit T Kekebalan Tubuh
|
Aliran
darah/mukosa
CD4
Kel. Limfe Imaturasi
Organ
Bayi
Internalisasi
Hiperplasi
Replikasi Kel. Getah BBLR
Virus
Masit Bening Perifer
Gagal Tumbuh
Enzim RT-ase Limfadenopati
Viremia Limfosit B
Transkripsi terbalik Destruksi sel Inf. Akut Kel. Sel B
CD4
Mengubah RNA Bertahap Laten
Menjadi DNA Pe
Ab Pe Ig
Krisis Spesifik Total
Intgritas DNA
Provirus Ke Host Hiper gamma
Globulinemia
|
&
Propagasi Virus Respon
IgM me
Anoreksia
Penurunan Imunits
Progresif Sistem Penceraan Sistem
Saluran Pernafasan
Obstruksi
Usus G3 saluran Nafas
Transmisi Virus
|
|
|
Hipoksia
Jaringan
|
|
|
|
Dehidrasi
E. Manifestasi Klinis
Bayi dan anak, manifestasi klinisnya adalah
- Berat badan lahir rendah
- Gagal tumbuh
- Hepatosplenomegali
- Sinusitis
- Infeksi saluran pernafasan atas berulang
- Parotitis
- Diare kronik atau kambuhan
- Infeksi bakteri dan virus kambuhan
- Sariawan orofaring
- Trombositopenia
- Infeksi bakteri seperti meningitis
- Pneumonia interstisial kronik
Lima
puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang
memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang
terhambat, atu hilangnya perkembangan motoris.
F.
Pemeriksaan Diagnostik
Pada umumnya diagnosa infeksi HIV pada anak ditegakkan
atas dasar:
- Tergolong dalam kelompok resiko tinggi
- Adanya infeksi oportunistik dengan atau tanpa keganasan
- Adanya tanda-tanda defisiensi imun, seperti menurunya T4
- Tidak didapat adanya penyebab lain dan defisiensi imun
Kriteria AIDS Related Complex (ARC) pada anak :
Kriteria mayor : -
Pneumonitis interstisiel
-
“Oral thrush” Yang menetap/berulang
-
Pembesarankelenjar parotis
Kriteria
Minor : - Limfadenopati pada dua
tempat/lebih
-
Pembesaran hapar dan lien
-
Diare menahun /berulang
-
Kegagalan pertumbuhan
-
Ensefalopati idiopatik progresif
Kriteria Lab
: - Peningkatan Ig A/Ig M dalam serum
-
Perbandingan T4/T8 terbalik
-
IVAP rendah
Diagnosa ARC ditegakkan apabila ada 1 kriteria mayor, 1
kriteria minor dan 2 kriteria laboratorium selama lebih dari 3 bulan.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS
HIV AIDS
1.PENGKAJIAN
1.1 Anamnese
1.1.1
Identitas
- AIDS pada anak dibawa umur 13 tahun
di amerika13% merupakan akibat
kontaminasi dengan darah 5% akibat pengobatan hemofilia . 80% tertular dari
orang tuanya
- Anak yang terinfeksi pada masa perinatal ,
rata-rata umur 5-17 bulan terdiaknosa sebagai AIDS.
- Terbanyak meninggal 1 tahun
setelah dibuat diagnosis.
- Study perspektif di afrika
menunjukkan angka kematian anak usia lebih dari 15 bulan lahir dari ibu IIIV
(+)sebesar 16,5%→penyebap terbanyak diare akut/kronik dan pnemonie berulang .
1.1.2 Keluhan utama
- Demam dan diare berkepanjanan
- Takhipnea, batuk, sesak nafas dan
hipoxia→keadaan yang gawat
1.1.3
Riwayat penyakit sekarang
- Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
-
Diare lebih dari 1 bulan
- Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan
)
- Mulut dan faring di jumpai bercak-bercak putih
-
Limphodenophati yang menyeluruh
- infeksi berulang(otitis media,pharingitis)
- Batuk yang menetap(lebih dari 1 bulan)
-
Dermatitis yang menyeluruh
1.1.4
Riwayat penyakit dahulu
-
Riwayat
pemberian transfusi antara tahun 1978-1985
1.1.5
Riwayat penyakit dalam keluarga
-
Orang tua yang
terinfeksi HIV
-
Penyalagunaan
zat
1.1.6
Riwayat kehamilan dan persalinan
- Ibu selama hamil terinfeksi HIV→50% tertular
untuk anakmya
- Penularan dapat terjadi pada minggu ke9-20 dan
kehanilan
- Penularan pada proses melahirkan ,terjadi
kantak darah ibu dan bayi
- Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui
air susu ibu
1.1.7 Riwayat perkembangan
dan pertumbuhan
-
Kegagalan
pertumbuhan 9 failure to thrive
1.1.6
Riwayat makanan
-
Anoreksia,
mual, muntah
1.1.7
Riwayat
imunisasi
- jadwal immunisasi bayi ban anak
dengan infeksi HIV
UMUR |
VAKSIN |
2 bulan
|
DPT,polio,hepatitis B |
4 bulan
|
DPT, polio,hepatitis B |
6 bulan
|
DPT, polio,hepatitis B
|
12 bulan
|
Tes Tuberculin
|
15 bulan
|
MMR ,hrpatitis
|
18 bulan
|
DPT ,polio, MMR
|
24 bulan
|
Vaksin pnemokokkun
|
4-6 tahu
|
DPT ,polio ,MMR
|
14-16 tahun
|
DT, Campak
|
-
Imunisasi BCG tidak boleh di berikan→kuman hidup.
-
Immunisasi polio harus diberikan inactived
pelivaccine,bukan tipe live
-
Attenuated polio vaccine →virus mati bukan virus hidup
-
Immunisasi dengan vaksi HIV diberikan setelah ditemukan
HIV (+)
1.2. Pemeriksaan
1.2.1
.Sistem Penginderaan
v
Pada Mata
· Cotton
wool spot ( bercak katun wool pada retina ). Sytomegalovirus retinius dan toxoplasma choroiditis, perivasculitis pada
retina
·
Infeksi pada tepi kelopak mata, mata merah,
perih gatal, banyak secret serta berkerak.
·
Lesi pada retina dengangambaran bercak eksudat
kekurangan, tunggal/multiple, pada satu/kedua mata → toxoplasma goundii.
v
Pada mulut
·
Oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa,
peridontitis, sarcoma kaposi pada mulut di mulai sebagai bercak merah datar
kemudian menjadi biru, sering pada palatum.
v
Pada telinga : otitis media nyeri, kehilangan
pendengaran
1.2.2.
Sistem pernafasan : batuk lama dengan atau tanpa
sputum, sesak nafas, tachipneu , hipoxia, nyeri dada, nafas pendek waktu
istirahat gagal nafas.
1.2.3.
Sistem pencernaan
: BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih,
kekuningan pada mukosa oral, pharingitis, candidiasis esophagus, candidiasis
mulut, selaput lendir kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat
diare kronik, pembesaran limpha.
1.2.4
Sistem kardiovaskulerr
·
Suhu
tubuh meningkat . nadi cepat , tekanan dara meningkat
·
Gejala
congestive heard failure sekunder akibat
kardiomiopatikarena HIV
1.2.5
Sistem integumen
·
Variccla
: Lesi sagat luas vasikule yang benar, hemorragie menjadi nekrosis timbul
ulsera.
·
Herpes
zoster : vasikule menggerombol , nyeri, panas, serta malaie
·
Evzemetoid skin ras, pydodernia, scabies
· pyodermia gangrenosum dan scabbies sering di
jumpai
1.2.6
Sistem perkemihan
·
Air seni
kurang anurie
·
proteinurea
1.2.7
Sistem
Edokrim : pembesaran kelenjar parotis ,
limphadem nerologienophti,pembesaran
kelenjar yang menyeluruh
1.2.8
Sist
· Sakit kepala , somnolence ,sukar konsentrasi
, perubahan perilaku
· Nyeri otot, kejang-kejang enselophati,
gangguan psikomotor
·
Penurunan kesadaran , delirium ,
delirium
·
Serangan
CNS : meningitis
·
Keterlambatan perkembangan
1.2.9
Sistem muskuloskeletal : nyeri otot, nyeri persendian,
letih, gangguan gerak (ataksia)
1.2.10
Psikososial
·
Orang
tua merasa bersalah
·
Orang
tua merasa malu
·
Menarik
diri dari lingkungan
1.3
pemeriksaan penunjang
1.3.1 pemeriksaan laboratorium
· Darah
- Leukosit dan hitung jenis darah putih
………neutropenia (neutropil<1000/mm)
- Hitung trombosit………..thrombositopenia
(trombosit<100.000/mm)
- Hb dan konsentrasi Hb………Anemia (Hb<8g/DL)
- Limfopenia CD4+(linfosit<200/mm)
- LFT
- RFT
·
Pemeriksaan lain : urinalisis (protein urin
),cultur urine
·
Tes
tuberculin (TB-indurasi .5mm)
1.3.2
Tes
antibody anti-HIV→TES ESALI
1.3.3
Tes
westem blot(WB)
1.3.4
Tes
PCR (polymerase chain reaclion)→
· Menemukan beberapa macm gen HIV yang
bersenyawa di dalam dan sel yang terinfeksi
· Mengetahui apakah bayi yang lahir dari ibu
dengan HIV(+)
1.3.5
Kardionegali →pada photo rontgon
1.3.6
EKG terlihat hipertrophi ventrikel dan kelainan glombang T
1.3.7 Fungsi Lumbal
1.3.8 Bronkoskopi (PPC)
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.2.
Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya
tahan tubuh
2.3.
Resiko terjadi infeksi (transmisi) sehubungan dengan
virus yang menular
2.4.
Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
sehubungan dengan nyeri , anoreksia, diare
2.5.
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan infeksi
apartunistik saluran dari pernafasan , penurunan volume dampak dari pengobatan
,bakteri , pnemoni, anemia
2.6.
Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan diare
dampak dari infeksi oportunistik saluran pencernaan
2.7.
Gangguan
intekrital kulit sehubungan dengaN Iritsi pada Anal
2.8.
Perubahan
/ gangguan mukosa membran mulut sehubungan dengan lesi sekunder membran mukosa
dampak dari jamur dan infeksi herpes / radang mukosa dampak dari pengobatan dan
hygiene oral yang tidak adekuat
2.9.
Kurang
pengetahuan sehubungan dengan perawatan anak yang kompleks di rumah
3. INTERVENSI
Prioritas keperawatan
1)
Mencegah atau meminimalkan infeksi
2)
Memaksimalkan masukan mutrisi
3)
Meningkatkan kedekatan , pertumbuhan ,&perkembangan
4) Memberikan informasi pada orang
tua tentang proses penyakit prognosis & kebutuhan tindakan
.(Doenges,2001:723)
Tujuan Pemulangan :
1)
Beban dari infeksi oportunistik /nasokomial
2)
Meningkatkan berat badan dengan sesuai
3)
Melakukan ketrampilan khusus sesuai kelompok usia dalam
lingkup/ tingkat perkembangan yang ada
4)
Orang tua / pembeli asuhan memahami kondisi / prognosis
& kebutuhan tindakan .(Doenges,2001:724)
v Diagnosa 1
Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan
daya tahan tubuh
Tujuan : Anak terbebas dari tanda dan gejala
infeksi
Kriterial hasil :
·
Tanda-tanda
vital dalam batas normal
·
Badan tampak lebih kuat / bererergi
·
Tidak ada tanda-tanda kemerahan pada tubuh
·
Anak
tidak terserang batuk dan rhinorrhea
·
Jumlah
sel darah putih dan hitam jenis darah batas normal
·
Kulit tidak abrasi / rash
Intervensi dan rasional :
1.
Kaji tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi,
Peningkatan RR, pallor, kelemahan tubuh/lethargi )
R/ Deteksi secara dini menurunkan resiko infeksi nasokomial/infeksi lalin.
2. Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam
R/
Adanya perubahan dari tanda vital merupakan indicator terjadinya infeksi
3.
Berikan antibiotik, anti viral, anti jamur sesuai advis
dokter
R/ Membunuh kuman penyebab
4. Berikan intra venus gamma globulin
sesuai advis dokter
R/ memperkecil resiko kambuh.
5.
Gunakan tekhnik aseptic dengan prosedur yang tepat
R/Menurunkan resiko kolonisasi bakteri dan memutuskan rantai penularan
dari klien lain/lingkungan ke anak/sebaliknya.
6. Kaji batuk hidung tersumbat, pernafasan
cepat dan suara nafas tambahan tiap 8 jam
R/ Mendeteksi secara dini infeksi saluran pernafasan
7.
Pertahankan hygiene pulmonar yang adequat dengan
cara
·
Tiap balon untuk fungsi paru
·
Suction mulut jika perlu
·
Jika anda mampu anjurkan untuk bermain secara
efektif
R/ Aktifitas dapat membantu dalam penyesuaian penggunaan
oksigen serta memperkuat otot-otot pernafasan
8. Monitor SDP dan hitung jenis setiap
hari
R/ Untuk memonitor terjadinya neutropenia
9.
Kaji kulit setiap hari
R/ Memonitor adanya rash, lesi, drainage
10 Jaga kulit tetap bersih, kering dan kelembaban baik
R/
perlindungan terhadap kulit dan
membersihkan kulit secara teratur dapt mengangkat bahan-bahan penyebab iritasi
dan melindungi kulit dari kerusakan yang lebih parah
11 Ajarkan
dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara umum (
universal )
R/ Kejelasan mengenai pencegahan akan menyiapkan keluarga pengunjung turut serta memutuskan
rantai penularan HIV/AIDS
12 Instruksikanpada seluruh
pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah memesuki ruangan pasien
R/ Dengan mencuci
tanga yang benar akan memutus rantai
penularan
13. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien
R/ Untuk menjegah kontaminasi silang
dengan klien lain
14. Gunakan
sarung tangan ketika kontak dengan darah/ cairan tubuh, jaringan, kulit dan
atau permukaan tubuh yang terkontaminasi untuk antisipasi gunakan baju
pelindung untuk menghindari percikan darah gunakan masker dan pelindung mata.
R/ Proteksi diri terhadap cairan tubuh
15.Tempatkan
jarum suntik sesegera mungkin dlam tempat yang kedap air dan tidak mudah tembus
jarum
R/ Proteksi diri terhadap perlukaan
16.Kontak
personal dengan anak tanpa menggunakan sarung tangan, masker, baju pelindung
ketika melakukan kontak bicara mengukur vital sign dan menyuapi
R/ Mengurangi rasa terisolir secara fisik
dan menciptakan suatu kontak sosial yang positif.
v Diagnosa
II
Resiko terjadi
infeksi ( transmisi ) sehubungan dengan virus yang menular :
Tujuan : Menjegah
terjadinya infeksi ( Transmisi )
Kriteria hasil : Anak bebas dari
infeksi/komplikasi
Intervensi
dan rasional :
1. Gunakan isolasi ketat sesuai protocol,
pencegahan penyakit menular
R/ isolasi ketat dapat menghambat mata
rantai penyebaran infeksi
2. Perlindungan ketat dengan prosedur
cuci tangan
R/ Dengan
mencuci tangan yang benar akan memutuskan rantai penularan
3.
Gunakan alat-alat yang disposibel
R/ Mencegah kontaminasi silang
v Diagnosa
III
Gangguan
kebutuhan nutrisi ( kurang dari kebutuhan ) sehubungan dengan nyeri, anoreksia,
diare
Tujuan :
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteri hasil
:
·
BB meningkat
·
In take dan Out put seimbang
·
Turgor kulit baik
·
Anak mengkonsumsi diet berkalori tinggi
Intervensi dan rasional :
1.Timbang BB setiap hari
R/ Memonitor kurangnya BB dan efektivitas intervensi nutrisi yang di
berikan.
2.Monitor In take dan Out put tiap 8
jam dan turgor kulit
R/
memonitor in take kalori dan insufisiensi kwalitas konsumsi makanan
3.Berikan makanan tinggi kalori tinggi
protrein
R/ dengan TKTP akan
meningkatkan tumbuh kembang secara adekuat
4.Rencanakan makanan enteral atau
paranteral
R/ Bila in take nutrisi oral in
adekuat ( Transfusi Albumin )
v Diagnosa
IV
Gangguan pertukaran gas sehubungan
dengan infeksi opariunistik saluran dari pernafasan, bakteri pneumonia
Tujuan : Pertukaran gas normal
Kriteria hasil :
·
Respirasi normal dengan cirri frekuensi, irama
dan kesadaran normal
·
Tidaka ada PCH (pernafasan cuping hidung)
dengkuran nafas, retraksi
· Suara nafas bersih pada semua
lapisan paru
·
Saturasi O2 dan BGA normal
·
Tidak cyanosis
·
Tidak Tachikardia atau Tachipnea
·
Tidak ada perubahan pada status mental
·
Klien mampu batuk secara efektif
Intervensi
dan rasional :
1.Kaji fungsi respirasi dengan
mengkaji tipe RR, PCH, Retraksi, warna kulit dan warna kuku
R/ Peningkatan frekuensi nafas, adanya retraksi merupakan tanda adanya
konsulidasi dari paru sianosis merupakan indikasi adanya penurunan kadar oksigen
dalam darah
2.Monitor BGA
R/ mengukur asam basa darah arteri,
mendeteksi secara dini terjadinya hipoxemia
3.Kaji tanda-tanda gangguan pertukaran
gas (cyanosis,tachikardia,takhipna,kecemasan /gelisah,imobilitas perubahan
status mental .
R/
Untuk mendeteksi gangguan secara dini dapat segera dilakukan tindakan
4 .Atur posisi klien agar ventilasi
paruh maxsimal dan efektif (misal posisi semi fowler)
R/ diafragma lebih rendah dapat meningkatkan
ekspansi dada
5.Berikan O2 sesuai kebutuhan
R/
Memaksimalkan transport oksigen dalam jaringan
6.Tingkatkan in take jaringan
R/ Hidrasi membantu menurunkan viscositas skret dan mempermudah pengeluaran
7 Anjurkan anak batuk secara
efektif, chest fisiotherapi nafas
R/ Batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mempertahankan
bersihan jalan nafas. Postural drainge dan perkusi merupakan tindakan
pembersihan yang penting untuk mengeluarkan sekresi dan memperbaiki ventilasi
8. Suction skret jika perlu
R/ Bila mekanisme pembersihan jalan nafas
(batuk) tidak efektif dilakukan suction
9.Gunakan
aktivitas yang tidak terlalu banyak menggunakan energi selama periode istirahat
R/ Pemeliharaan keseimbangan antara kebutuhan
dengan keadaan/kondisi klien mempercepat proses penyembuhan, merangsang
mekanisme koping emosional yang positif
v Diagnosa
V
Kurangnya
volume cairan tubuh sehubungan dengan diare dampak dari infeksi oportunistik
saluran pencernaan atau reaksi dari pengobatan.
Tujuan : Hidrasi baik
Kriteria hasil :
·
In take dan Out put seimbang
·
Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
·
Penekanan daerah perifer kembali dalam waktu
kurang dari 3 detik
·
Out Urine minimal per jam 1-2 CC/Kg/BB
Intervensi
dan rasional
1. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai
keperluan
R/ Menggantikan kehilangan cairan akibat diare
2.
Berikan cairan sesuai indikasi/toleransi
R/ mempertahankan status hidrasi apada keadaan diare
3.
Ukur In take dan Out put termasuk urine, tinja dan
emisi
R/ Deteksi keseimbangan cairan dalam tubuh
4.
Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
R/ mempertahankan kadar elektrolit dalam
batas normal
5. kaji tanda vital, waktu penekanan
daerah perifer, turgor kulit, mukosa membran, ubun-ubun tiap 4 jam
R/ Kehilangan cairan yang aktif
secara terus menerus, akan mempengaruhi tanda vital dalam mempertahankan aktifitasnya
6.
Monitor urine tiap 6-8 jam/ sesuai keperluan
R/ Pemekatan urine merupakan respon terhadap kurangnya air
v Diagnosa
VI
Gangguan integritas kulit
sehubungan dengan diare
Tujuan
: Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria
hasil :
·
Warna kemerahan memudar pada daerah yang
teriritasi dan menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.
·
Kulit utuh, bersih dan kering
Intervensi
dan rasional :
1
Ganti
popok/celana anak bila basah
R/ kondisi basah merupakan areal
kontaminasi yang baik sebagai media pertumbuhan organisme pathogenic
2. Bersihkan
pantat dan keringkan setiap kali BAB
R/
Mencegah iritasi pada kulit
3. Gunakan
salep/lotion
R/
Untuk melindungi kulit dari iritasi
v Diagnosa
VII
Perubahan atau
gangguan mukosa membran mulut sehubungan dengan lesi membran mukosa dampak dari
jamur dan infeksi herpes/radang mukosa dampak dari pengobatan dan hygiene oral
yang tidak adekuat
Tujuan : Tidak terjadi gangguan mukosa mulut
Kriteri Hasil :
·
Mukosa mulut lembab
·
Tidak ada lesi
·
Kebersihan mulut cukup
·
Anak/orang
tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut secara efektif
Intervensi dan Rasional :
1.
Kaji membran mukosa mulut
R/ Candidiasis oral, herpes, stomatitis,
sarcoma, kaposis merupakan penyakit oportunistik yang biasanya mempengaruhi
membran mukosa
2.
Berikan pengobatan sesuai advise dokter
R/ Membunuh kumam penyebab
3.
Perawatan mulut tiap 2 jam
R/ Bibir yang kering dan jaringan yang
terlintasi menjadi media perkembang biakan yang baik bagi bakteri dan jamur.
Kebersihan mulut yang dilakukan secara teratur dapat merubah PH mulut dan
menghambat pertumbuhan Jamur
4.
Gunakan sikat gigi yang lembut untuk membersihkan gigi,
gusi dan lidah
R/ mencegah pengiritasian mukosa
5.
oleskan normal saline tiap 4 jam dan sesudah
membersihkan mulut
R/ Merupakan cara yang efisien untuk
menghangatkan membran mukosa oral yang mengalami inflamasi
6.
Kolaborasi pemberian propilaksi (ketanozole,
flaconazole) selama pengobatan
R/ Sebagai anti jamur untuk mematikan kuman
7.
Gunakan anti septic oral
R/ Untuk mencegah kuaman patogen
8.
Check Up gigi secara teratur
R/ Mencegah kerusakan gigi caries dental
memberikan keseimbangan dengan stressor yang dialami anak
v
Diagnosa VIII
kurang
pengetahuan sehubungan perawatan anak yang kompleks di rumah.
Tujuan
: Secara verbal keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit,
penularan, pencegahan dan perawatan anak denagn HIV/AIDS.
Kriteria
hasil :
·
Orang tua mampu menjelaskan secara global
tentang diagnosa proses penyakit dan kebutuhan home care.
·
Orang tua memahami daftar pengobatan efek
samping dan dosis obat
·
Orang tua memahami tentang kebutuhan yang khusus
bagi anaknya
·
Orang
tua mampu menjelaskan bagaimana HIV menular
Intervensi dan rasional
1. Kaji
pemahaman tentang diagnosa proses penyakit dan kebutuhan home care
R/
Pemahaman yang memadai, meningkatkan sikap kooperatif keluarga dalam merawat
anak
2. Jelaskan daftar pengobatan efek
samping obat dan dosis
R/
Kewaspadaan terhadap efek samping obat akan meningkatkan kewaspadaan penggunaan
dosis obat
3. Jelaskan dan demonstrasikan cara
perawatan khusus
R/ Memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus
dalam merawat anak dengan HIV/AIDS
4.
Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara
pencegahannya
R/
Mendapatkan informasi yang terarah akan merasa mampu dan percaya diri
untuk merawat anaknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik
(AIDS) disebabkan oleh virus immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency
virus (HIV) tipe 1 (HIV-1) yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ ,
yang juga ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan makrofag.
HIV-I
merupakan retrovirus yang termasuk pada subfamili Lentivirus. Juga sangat dekat dengan HIV-II, yang menyebabkan
penyakit yang sama.
HIV adalah virus RNA dan merupakan parasit obligat
intra sel .Dalam bentuknya yang asli ia merupakan partikel yang inert, tidak
dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel host ( sel target ).
· Retrovirus mengandung kapsid sebelah dalam
yang disusun dari protein struktur yang dirujuk pada ukurannya.
· Protein struktural utama adalah p24,
terdeteksi dalam serum penderita yang terinfeksi dengan beban virus tinggi.
· Kapsid virion mengandung dua kopi RNA
helai tunggal dan beberapa molekul transkriptase balik. Transkriptase balik
adalah polimerase DNA virus yang menggabung nukleosid menjadi DNA dengan
menggunakan RNA virus sebagai model. ( Behrman, dkk , 1999 : 1128 )
· HIV merupakan retrovirus sitopatik tidak bertransformasi mendorong terjadinya
immunodefisiensi dengan merusak sel T sasaran ( target )
· Selubung ( envelope ) lipid HIV-I berasal
dari membran sel pejamu yang terinfeksi saat budding, yang mengandung dua glikoprotein virus, gp120 dan gp41.
gp120 penting pada pengikatan pada molekul CD4 pejamu untuk memulai infeksi
virus.
· Ditemukan beberapa gen yang tidak
ditemukan pada retrovirus lain, yaitu tat,
vpu, vip, nef, dan rev.tat dan rev, mengatur transkripsi HIV dan karenanya dapat dipakai sebagai
target terapi.
Virus diisolasi dari sel limfosit, serum cairan serebrospinal, dan semua sekresi dari
penderita yang terinfeksi. ( Robbins,dkk, 1998 : 140
B. Saran
Untuk
mencegah bertambahnya jumlah penderita HIV maka individu mempunyai peranan yang
penting : Misalnya seorang individu yang sering gonta – ganti Pasangan atau
Free seks.maka diharapkan untuk lebih banyak mencari tahu tentang AIDS
DAFTAR PUSTAKA
-
Buunner
& Suddart 2002 . Buku Ajar Keeperawatan Meedikal Bedah.Jakarta : EGC
-
Doengos,Marilyn
E.dkk . 2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC
-
Mansjoer,Arif
. dkk . 2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : FKUI