Kamis, 03 September 2015

HIV



BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
HIV merupakan sutu penyakit yang sudah banyak dikenal.Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya dan sampai sekarang belum ditemukan obat untuk mengatasi penyakit tersebut
HIV sangat berbahaya pada kehamilan,sesuai dengan penelitian yang sudah dikemukakan bahwa 50% anak – anak dengan infeksi HIV terkena saraf yang memenifestasi dietnya sebagai Ensefalopati progresif,Perkembangan yang terlambat atau hilangnya perkembangan motorik
Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas tentang penyakit tersebut mulai dari pengertian,penyebab,Klasifikasi sampai Asuhan Keperawatan.

1.2     Rumusan Masalah
1.      Apakah Pengertian dari HIV – AIDS
2.      Bagaimana Etiologi dari HIV
3.      Bagaimana Klasifikasi
4.      Bagamana Patofisiologi
5.      Apa saja Manifestasi Klinik
6.      Apa saja Pemeriksaan Diagnostik
7.      Apa saja Penatalaksanaan
8.      Asuhan Keperawatan pada HIV – AIDS

1.3     Tujuan Penulisan
Dengan penyusunan Makalah ini diharapkan mahasiswa STIKES Muhammadiyah Lamongan Mampu :
  1. Tujuan Umum

Ø  Diharapkamn Mahasiswa Mampu memahami tentang HIV – AIDS
Ø  Diharapkan Mahasiswa mampu menjelaskan tentang HIV – AIDS
  1. Tujuan Khusus
Ø  Pengertian HIV – AIDS
Ø  Penyebab Etiologi HIV – AIDS
Ø  Klasifikasi dari HIV – AIDS
Ø  Patogenesis
Ø  Manifestasi Klinis
Ø  Pemeriksaan Diagnostik
Ø  Penatalaksanaan
Ø ASKEP

BAB I
LANDASAN TEORI
HIV-AIDS

A. Pengertian
1. AIDS (Acquaired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sindrom yang menunjukan defisiensi imun seluler seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Rampengan & Laurentz, 1997:171)
2. AIDS ( Acquaired immune Defisiensi Syndrom ) adalah penyakit yang disebabkan Virus yang merusak system kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999:09)
Jadi, HIV adalah virus yang menyerang sisitem kekebakan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS adalah suatu sindrom penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relative lama karena penurunan system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

B.  Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus HIV tipe 1 yang melekat dan memasuki Limfosit T helper CD4, yang juga ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan makofag.
HIV-1 merupakan virus RNA dan merupakan parasit obligat intrasel. Dalam bentuk yang asli ia merupakan partikel yang inert tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel host (sel target)

C.  Klasifikasi
 Secara klinis gambaran yang terliaht terbagi dalam 4 tahap urutan, dan ini sejalan dengan perubahan fungsi imunitas dan aktivitas virus di dalam tubuh orang yang terinfeksi. Keempat urutan tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  1. Tahap  infeksi primer (primeri infection) yaitu setelah beberapa minggu dari saat infeksi, dan ditandai dengan gejala demam, rasa sakit pada tenggorokan, sakit kepala, fotofobia, rasa lemas dan lesu, pembesaran kelenjar limfe, dan bercak makulopapular pada kulit. Berlangsung sekitar 1-2 minggu, dan terlihat pada sekitar 70% pengidap. Anti bodi tes negative, periode ini disebut dengan periode window periode.
  2. tahap infeksi dini (early infection), tahap ini merupakan masa laten dari virus dan lamanya berlangsung beberapa tahun sampai 5/10 tahun. Pada tahap ini pengidap pada umumnya tanpa gejala, kecuali bebrapa dengan pembesaran kelenjar limfe secara umum. Pada tahap ini julah sel limfosit –T relative masih stabil dan antigen-HIV tidak dapat dikesan dalam serum darah pengidap. Keadaan ini menggambarkan bahwa derajat aktivitas virus HIV rendah. Pada periode ini ada yang menyebut dengan tahap seroconvertion.
  3. Tahap simtomatik, tahap ini ditandai dengan munculnya kembali antigen-HIV dan turunya limfosit-T. Dengan turunya jumlah sel limfosit T4, maka derajat kompetensi imunitas tubuh menjadi turun dan pengidap menjadi sangat rentan terhadap berbagai serangan infeksi yang ringan sekalipun. Infeksi yang terjadi biasanya multiple dan rekulen (berulang-ulang) serta resisten (rentan) terhadap obat yang biasa digunakan. Gangguan muko-kutan (selaput lendir kulit) seperti kandidiasis di mulut, folikulitis, dan dermatitis seboroik.
  4. Tahap AIDS, tahap ini ditandai dengan timbulnya infeksi oportunistik dan neoplasma, dan penderita dalam sakit berat dengan angka kematianya yang tinggi. Tahap inilah yang disebut sakit AIDS, yang berdasarkan pemeriksaan imunologis/laboratories terlihat jelas turunya jumlah sel limfosit T4 yang bermakna.


D.  Patofisiologi
Pada neonatal HIV dapat masuk kedalam tubuh melalui penularan transplasenta atau perinatal setelah virus HIV masuk kedalam target yang mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. Ia melepas bungkusnya kemudian mengeluarkan enzim R-tase yang dibawahnya untuk mengubah bentuk RNA-nya menjadi DNA agar dapat bergabung menyatu diri dengan DNA sel target. Dari DNA sel ini berlangsung seumur hidup. Sel limfosit T ini dalam tubuh mempunyai fungsi yang penting sebagai daya tahan tubuh. Akibat infeksi ini fungsi system imun berkurang atau rusak, maka fungsi imunologik lain juga mulai terganggu.
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati sawar darah otak untuk masuk ke dalam otak, fungsi Limfosit B juga terpengaruh, dengan peningkatan fungsi immunoglobulin total sehubungan dengan penurunan fungsi antibody spesifik. Dengan memburuknya system imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan terhadap infeksi oportunis dan juga berkurang kemampuanya dalam memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multi system yang dapat bersifatdominan selama bertahun-tahun sambil menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis dari penyakit ini berfariasi dari orang keorang. Virus ini ditularkan hanya melalui kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh, melalui obat-obatan intravena, kontak seksual, transmisi perianal dari ibu ke bayi, dan menyusui. Tidak ada bukti yang menunjukan infeksi HIV ddidapat melalui kontak biasa.
Empat populasi utama pada kelompok usia pediatric yang terkena HIV :
  1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perianal dan ibu yang terinfeksi, hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun
  2. Anak-anak yang telah menerima produk darah
  3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku resiko tinggi
  4. Bayi yang mendapat ASI terutama di Negara-negara berkebang
















PATOGENESIS
HIV-1

Jarum suntik                Transfusi                     Ibu                                          Hub Sexual

                                                Transplasenta                               Perinatal
 


                                                                                                Adana Gangguan system
Sel host                       Limfosit T                                                  Kekebalan Tubuh
Nutrisi Berkurang
 
                       
                                    Aliran darah/mukosa                                      
CD4                                                                                                   
                                        Kel. Limfe                                                   Imaturasi Organ
                                                                                                                        Bayi
Internalisasi                
                                    Hiperplasi        Replikasi         Kel. Getah                   BBLR
                                                            Virus Masit     Bening Perifer
                                                                                                           
                                                                                                                Gagal Tumbuh
Enzim RT-ase              Limfadenopati      Viremia       Limfosit B

Transkripsi terbalik      Destruksi sel      Inf. Akut      Kel. Sel B
                                     CD4
Mengubah RNA         Bertahap           Laten
Menjadi DNA                                                                   Pe   Ab         Pe   Ig
                                                            Krisis         Spesifik        Total
Intgritas DNA
Provirus Ke Host                                                                    Hiper gamma
                                                                                                Globulinemia
Inf.Oportunistik Keganasan Sekunder
 
Transkripsi/Translasi
  & Propagasi Virus                                                                 Respon IgM me
                                                                                                                 
                                                                                                                                 Anoreksia
Penurunan Imunits
    Progresif                        Sistem Penceraan                  Sistem Saluran Pernafasan

                                                Obstruksi Usus                               G3 saluran Nafas
Transmisi Virus
G3 Pertukaran Gas
 
    Ketubuh                           Pe    Peristaltik Usus                             
                                                           
Resiko Tinggi Infeksi
 
Diare
 
                                                                          Demam
                                                                                                Hipoksia Jaringan
G3 Mukosa Membranan
 
                            Infeksi Perianal          
<< Cairan
 
Lesi Sekunder Membran Mukosa Mulut
 
                                               
G3 Integritas Kulit
 
                                                                                                     Anoreksia     
                                     
                                                                      Dehidrasi
                                                                                               
                                                                                               
                                               
E. Manifestasi Klinis
Bayi dan anak, manifestasi klinisnya adalah
  1. Berat badan lahir rendah
  2. Gagal tumbuh
  3. Hepatosplenomegali
  4. Sinusitis
  5. Infeksi saluran pernafasan atas berulang
  6. Parotitis
  7. Diare kronik atau kambuhan
  8. Infeksi bakteri dan virus kambuhan
  9. Sariawan orofaring
  10. Trombositopenia
  11. Infeksi bakteri seperti meningitis
  12. Pneumonia interstisial kronik
Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang terhambat, atu hilangnya perkembangan motoris.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pada umumnya diagnosa infeksi HIV pada anak ditegakkan atas dasar:
  1. Tergolong dalam kelompok resiko tinggi
  2. Adanya infeksi oportunistik dengan atau tanpa keganasan
  3. Adanya tanda-tanda defisiensi imun, seperti menurunya T4
  4. Tidak didapat adanya penyebab lain dan defisiensi imun
Kriteria AIDS Related Complex (ARC) pada anak :
Kriteria mayor : -     Pneumonitis interstisiel
-          “Oral thrush” Yang menetap/berulang
-          Pembesarankelenjar parotis
Kriteria Minor : -     Limfadenopati pada dua tempat/lebih
-          Pembesaran hapar dan lien
-          Diare menahun /berulang
-          Kegagalan pertumbuhan
-          Ensefalopati idiopatik progresif
Kriteria Lab     :  -    Peningkatan Ig A/Ig M dalam serum
-          Perbandingan T4/T8 terbalik
-          IVAP rendah
Diagnosa ARC ditegakkan apabila ada 1 kriteria mayor, 1 kriteria minor dan 2 kriteria laboratorium selama lebih dari 3 bulan.






























ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS

HIV AIDS
1.PENGKAJIAN
1.1  Anamnese
      1.1.1  Identitas
-    AIDS pada anak dibawa umur 13 tahun di amerika13%         merupakan akibat kontaminasi dengan darah 5% akibat pengobatan hemofilia . 80% tertular dari orang tuanya
-    Anak yang terinfeksi pada masa perinatal , rata-rata umur 5-17 bulan terdiaknosa sebagai AIDS.
-    Terbanyak meninggal 1 tahun setelah dibuat diagnosis.
-    Study perspektif di afrika menunjukkan angka kematian anak usia lebih dari 15 bulan lahir dari ibu IIIV (+)sebesar 16,5%→penyebap terbanyak diare akut/kronik dan pnemonie berulang .
       1.1.2  Keluhan utama
-   Demam dan diare berkepanjanan
-     Takhipnea, batuk, sesak nafas dan hipoxia→keadaan yang    gawat
       1.1.3  Riwayat penyakit sekarang 
-     Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
-     Diare lebih dari 1 bulan
-     Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan )
-     Mulut dan faring di jumpai bercak-bercak putih
-     Limphodenophati yang menyeluruh
-     infeksi berulang(otitis media,pharingitis)
-     Batuk yang menetap(lebih dari 1 bulan)
-     Dermatitis yang menyeluruh
       1.1.4  Riwayat penyakit dahulu
-     Riwayat pemberian transfusi antara tahun 1978-1985
        1.1.5  Riwayat penyakit dalam keluarga
-     Orang tua yang terinfeksi HIV
-     Penyalagunaan zat
        1.1.6  Riwayat kehamilan dan persalinan
-     Ibu selama hamil terinfeksi HIV→50% tertular untuk anakmya
-     Penularan dapat terjadi pada minggu ke9-20 dan kehanilan
-     Penularan pada proses melahirkan ,terjadi kantak darah ibu dan bayi
-     Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui air susu ibu
        1.1.7  Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
-     Kegagalan pertumbuhan 9 failure to thrive


1.1.6         Riwayat makanan
-         Anoreksia, mual, muntah
1.1.7         Riwayat imunisasi
-       jadwal immunisasi bayi ban anak dengan infeksi HIV

UMUR

VAKSIN

2 bulan

DPT,polio,hepatitis B

4 bulan

DPT, polio,hepatitis B

6 bulan
DPT, polio,hepatitis B
12 bulan
Tes Tuberculin
15 bulan
MMR ,hrpatitis
18 bulan
DPT ,polio, MMR
24 bulan
Vaksin pnemokokkun
4-6 tahu
DPT ,polio ,MMR
14-16 tahun
DT, Campak
-       Imunisasi BCG tidak boleh di berikan→kuman hidup.
-       Immunisasi polio harus diberikan inactived pelivaccine,bukan tipe live
-       Attenuated polio vaccine →virus mati bukan virus hidup
-       Immunisasi dengan vaksi HIV diberikan setelah ditemukan HIV (+)
   1.2. Pemeriksaan
  1.2.1  .Sistem Penginderaan
v   Pada Mata
·   Cotton wool spot ( bercak katun wool pada retina ). Sytomegalovirus retinius dan toxoplasma choroiditis, perivasculitis pada retina
·   Infeksi pada tepi kelopak mata, mata merah, perih gatal, banyak secret serta berkerak.
·   Lesi pada retina dengangambaran bercak eksudat kekurangan, tunggal/multiple, pada satu/kedua mata → toxoplasma goundii.
v   Pada mulut
·   Oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa, peridontitis, sarcoma kaposi pada mulut di mulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru, sering pada palatum.
v   Pada telinga : otitis media nyeri, kehilangan pendengaran
1.2.2.      Sistem pernafasan : batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, tachipneu , hipoxia, nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat gagal nafas.
1.2.3.      Sistem pencernaan  : BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih, kekuningan pada mukosa oral, pharingitis, candidiasis esophagus, candidiasis mulut, selaput lendir kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronik, pembesaran limpha. 
1.2.4        Sistem kardiovaskulerr
·     Suhu tubuh meningkat . nadi cepat , tekanan dara meningkat
·     Gejala congestive heard failure sekunder akibat   kardiomiopatikarena HIV
1.2.5        Sistem integumen
·     Variccla : Lesi sagat luas vasikule yang benar, hemorragie menjadi nekrosis timbul ulsera.
·     Herpes zoster : vasikule menggerombol , nyeri, panas, serta        malaie
·     Evzemetoid skin ras, pydodernia, scabies
·     pyodermia gangrenosum dan scabbies sering di jumpai
1.2.6        Sistem perkemihan
·     Air seni kurang anurie
·     proteinurea
1.2.7         Sistem Edokrim : pembesaran kelenjar parotis ,        limphadem nerologienophti,pembesaran kelenjar yang menyeluruh
1.2.8        Sist
·     Sakit kepala , somnolence ,sukar konsentrasi , perubahan perilaku
·     Nyeri otot, kejang-kejang enselophati, gangguan psikomotor
·     Penurunan kesadaran , delirium , delirium
·     Serangan CNS : meningitis
·     Keterlambatan perkembangan   
1.2.9        Sistem muskuloskeletal : nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)  
1.2.10    Psikososial
·     Orang tua merasa bersalah
·     Orang tua merasa malu
·     Menarik diri dari lingkungan
  1.3  pemeriksaan penunjang
        1.3.1  pemeriksaan laboratorium
·     Darah
-      Leukosit dan hitung jenis darah putih ………neutropenia     (neutropil<1000/mm)
-      Hitung trombosit………..thrombositopenia (trombosit<100.000/mm)
-         Hb dan konsentrasi Hb………Anemia (Hb<8g/DL)
-         Limfopenia CD4+(linfosit<200/mm)
-         LFT
-         RFT
·     Pemeriksaan lain : urinalisis (protein urin ),cultur urine
·     Tes tuberculin (TB-indurasi .5mm)

1.3.2        Tes antibody anti-HIV→TES ESALI
1.3.3        Tes westem blot(WB)
1.3.4        Tes PCR (polymerase chain reaclion)→
·     Menemukan beberapa macm gen HIV yang bersenyawa di dalam dan sel yang terinfeksi
·     Mengetahui apakah bayi yang lahir dari ibu dengan HIV(+)
1.3.5  Kardionegali →pada photo rontgon
1.3.6  EKG terlihat hipertrophi ventrikel dan kelainan glombang T
1.3.7       Fungsi Lumbal
1.3.8       Bronkoskopi (PPC)






2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.2.            Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan  tubuh
2.3.            Resiko terjadi infeksi (transmisi) sehubungan dengan virus yang menular
2.4.            Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan nyeri , anoreksia, diare
2.5.            Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan infeksi apartunistik saluran dari pernafasan , penurunan volume dampak dari pengobatan ,bakteri , pnemoni, anemia
2.6.            Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan diare dampak dari infeksi oportunistik saluran pencernaan
2.7.            Gangguan intekrital kulit sehubungan dengaN Iritsi pada Anal
2.8.            Perubahan / gangguan mukosa membran mulut sehubungan dengan lesi sekunder membran mukosa dampak dari jamur dan infeksi herpes / radang mukosa dampak dari pengobatan dan hygiene oral yang tidak adekuat
2.9.            Kurang pengetahuan sehubungan dengan perawatan anak yang kompleks di rumah

3.  INTERVENSI
     Prioritas keperawatan
1)      Mencegah atau meminimalkan infeksi
2)      Memaksimalkan masukan mutrisi
3)      Meningkatkan kedekatan , pertumbuhan ,&perkembangan
4)      Memberikan informasi pada orang tua tentang proses penyakit prognosis & kebutuhan tindakan .(Doenges,2001:723)
      Tujuan Pemulangan :
1)      Beban dari infeksi oportunistik /nasokomial
2)      Meningkatkan berat badan dengan sesuai
3)      Melakukan ketrampilan khusus sesuai kelompok usia dalam lingkup/ tingkat perkembangan yang ada
4)      Orang tua / pembeli asuhan memahami kondisi / prognosis & kebutuhan tindakan .(Doenges,2001:724)
v  Diagnosa  1
Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Tujuan : Anak terbebas dari tanda dan gejala infeksi
Kriterial hasil :
·         Tanda-tanda vital dalam batas normal
·         Badan tampak lebih kuat / bererergi
·         Tidak ada tanda-tanda kemerahan pada tubuh
·         Anak tidak terserang batuk dan rhinorrhea
·         Jumlah sel darah putih dan hitam jenis darah batas normal
·         Kulit tidak abrasi / rash
Intervensi dan rasional :
1.      Kaji tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, Peningkatan RR, pallor, kelemahan tubuh/lethargi )
      R/ Deteksi secara dini menurunkan resiko infeksi nasokomial/infeksi lalin.
2.      Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam
      R/ Adanya perubahan dari tanda vital merupakan indicator terjadinya infeksi
3.      Berikan antibiotik, anti viral, anti jamur sesuai advis dokter
R/ Membunuh kuman penyebab
4.      Berikan intra venus gamma globulin sesuai advis dokter
R/ memperkecil resiko kambuh.
5.      Gunakan tekhnik aseptic dengan prosedur yang tepat
   R/Menurunkan resiko kolonisasi bakteri dan memutuskan rantai penularan dari klien lain/lingkungan ke anak/sebaliknya.
6.      Kaji batuk hidung tersumbat, pernafasan cepat dan suara nafas tambahan tiap 8 jam

R/ Mendeteksi secara dini infeksi saluran pernafasan

7.      Pertahankan hygiene pulmonar yang adequat dengan cara 
·   Tiap balon untuk fungsi paru
·   Suction mulut jika perlu
·   Jika anda mampu anjurkan untuk bermain secara efektif
R/ Aktifitas dapat membantu dalam penyesuaian penggunaan oksigen serta memperkuat otot-otot pernafasan
8.      Monitor SDP dan hitung jenis setiap hari

R/        Untuk memonitor terjadinya neutropenia

9.      Kaji kulit setiap hari

R/ Memonitor adanya rash, lesi, drainage

10 Jaga kulit tetap bersih, kering dan kelembaban baik
                        R/ perlindungan terhadap kulit dan membersihkan kulit secara teratur dapt mengangkat bahan-bahan penyebab iritasi dan melindungi kulit dari kerusakan yang lebih parah 
11 Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara umum ( universal )
      R/        Kejelasan mengenai pencegahan akan menyiapkan   keluarga pengunjung turut serta memutuskan rantai penularan HIV/AIDS
12    Instruksikanpada seluruh pengunjung untuk cuci tangan  sebelum dan sesudah memesuki ruangan pasien
      R/ Dengan mencuci tanga yang benar akan memutus  rantai penularan 
13.  Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien
      R/ Untuk menjegah kontaminasi silang dengan klien lain
14. Gunakan sarung tangan ketika kontak dengan darah/ cairan tubuh, jaringan, kulit dan atau permukaan tubuh yang terkontaminasi untuk antisipasi gunakan baju pelindung untuk menghindari percikan darah gunakan masker dan pelindung mata.
      R/ Proteksi diri terhadap cairan tubuh
15.Tempatkan jarum suntik sesegera mungkin dlam tempat yang kedap air dan tidak mudah tembus jarum
      R/ Proteksi diri terhadap perlukaan
16.Kontak personal dengan anak tanpa menggunakan sarung tangan, masker, baju pelindung ketika melakukan kontak bicara mengukur vital sign dan menyuapi
      R/ Mengurangi rasa terisolir secara fisik dan menciptakan suatu kontak sosial yang positif.

v  Diagnosa II
Resiko terjadi infeksi ( transmisi ) sehubungan dengan virus yang menular :
Tujuan : Menjegah terjadinya infeksi ( Transmisi )
Kriteria hasil : Anak bebas dari infeksi/komplikasi
Intervensi dan rasional :
1.      Gunakan isolasi ketat sesuai protocol, pencegahan penyakit menular
      R/ isolasi ketat dapat menghambat mata rantai penyebaran infeksi
2.      Perlindungan ketat dengan prosedur cuci tangan
      R/  Dengan mencuci tangan yang benar akan memutuskan rantai penularan
3.      Gunakan alat-alat yang disposibel
R/  Mencegah kontaminasi silang

v  Diagnosa III
Gangguan kebutuhan nutrisi ( kurang dari kebutuhan ) sehubungan dengan nyeri, anoreksia, diare
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteri hasil :
·   BB meningkat
·   In take dan Out put seimbang
·   Turgor kulit baik
·   Anak mengkonsumsi diet berkalori tinggi
Intervensi dan rasional :
1.Timbang BB setiap hari
   R/ Memonitor kurangnya BB dan efektivitas intervensi nutrisi yang di berikan.
2.Monitor In take dan Out put tiap 8 jam dan turgor kulit
   R/ memonitor in take kalori dan insufisiensi kwalitas konsumsi makanan
3.Berikan makanan tinggi kalori tinggi protrein
   R/ dengan TKTP akan meningkatkan tumbuh kembang secara adekuat
4.Rencanakan makanan enteral atau paranteral
         R/ Bila in take nutrisi oral in adekuat ( Transfusi Albumin )
v  Diagnosa IV
               Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan infeksi opariunistik saluran dari pernafasan, bakteri pneumonia
                     Tujuan : Pertukaran gas normal
                     Kriteria hasil :
·   Respirasi normal dengan cirri frekuensi, irama dan kesadaran normal
·   Tidaka ada PCH (pernafasan cuping hidung) dengkuran nafas, retraksi
·   Suara nafas bersih pada semua lapisan paru
·   Saturasi O2 dan BGA normal
·   Tidak cyanosis
·   Tidak Tachikardia atau Tachipnea
·   Tidak ada perubahan pada status mental
·   Klien mampu batuk secara efektif
Intervensi dan rasional :
1.Kaji fungsi respirasi dengan mengkaji tipe RR, PCH, Retraksi, warna kulit dan warna kuku
   R/ Peningkatan frekuensi nafas, adanya retraksi merupakan tanda adanya konsulidasi dari paru sianosis merupakan indikasi adanya penurunan kadar oksigen dalam darah
2.Monitor BGA
   R/ mengukur asam basa darah arteri, mendeteksi secara dini terjadinya hipoxemia
3.Kaji tanda-tanda gangguan pertukaran gas (cyanosis,tachikardia,takhipna,kecemasan /gelisah,imobilitas perubahan status mental .
   R/   Untuk mendeteksi gangguan secara dini dapat segera dilakukan tindakan
4  .Atur posisi klien agar ventilasi paruh maxsimal dan efektif (misal posisi semi fowler)
   R/  diafragma lebih rendah dapat meningkatkan ekspansi dada

   5.Berikan O2 sesuai kebutuhan

      R/ Memaksimalkan transport oksigen dalam jaringan
   6.Tingkatkan in take jaringan
   R/ Hidrasi membantu menurunkan viscositas skret dan  mempermudah pengeluaran
7  Anjurkan anak batuk secara efektif, chest fisiotherapi nafas
   R/ Batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. Postural drainge dan perkusi merupakan tindakan pembersihan yang penting untuk mengeluarkan sekresi dan memperbaiki ventilasi
   8. Suction skret jika perlu
    R/ Bila mekanisme pembersihan jalan nafas (batuk) tidak efektif dilakukan  suction
9.Gunakan aktivitas yang tidak terlalu banyak menggunakan energi selama periode istirahat
   R/ Pemeliharaan keseimbangan antara kebutuhan dengan keadaan/kondisi klien mempercepat proses penyembuhan, merangsang mekanisme koping emosional yang positif





v  Diagnosa V
Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan diare dampak dari infeksi oportunistik saluran pencernaan atau reaksi dari pengobatan.
Tujuan : Hidrasi baik
Kriteria hasil :
·         In take dan Out put seimbang
·         Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
·         Penekanan daerah perifer kembali dalam waktu kurang dari 3 detik
·         Out Urine minimal per jam 1-2 CC/Kg/BB
Intervensi dan rasional
1.      Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai keperluan
      R/ Menggantikan kehilangan cairan akibat diare
2.      Berikan cairan sesuai indikasi/toleransi
      R/ mempertahankan status hidrasi apada keadaan diare
3.      Ukur In take dan Out put termasuk urine, tinja dan emisi
      R/ Deteksi keseimbangan cairan dalam tubuh
4.      Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
      R/ mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal
5.      kaji tanda vital, waktu penekanan daerah perifer, turgor kulit, mukosa membran, ubun-ubun tiap 4 jam
R/ Kehilangan cairan yang aktif secara terus menerus, akan mempengaruhi tanda vital dalam mempertahankan aktifitasnya
6.      Monitor urine tiap 6-8 jam/ sesuai keperluan
      R/ Pemekatan urine merupakan respon terhadap kurangnya air
v  Diagnosa VI
Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diare
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
·         Warna kemerahan memudar pada daerah yang teriritasi dan menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.
·         Kulit utuh, bersih dan kering
Intervensi dan rasional :
1        Ganti popok/celana anak bila basah
      R/ kondisi basah merupakan areal kontaminasi yang baik sebagai media pertumbuhan organisme pathogenic
2.   Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali BAB
      R/ Mencegah iritasi pada kulit
3.   Gunakan salep/lotion
      R/ Untuk melindungi kulit dari iritasi
v   Diagnosa VII
   Perubahan atau gangguan mukosa membran mulut sehubungan dengan lesi membran mukosa dampak dari jamur dan infeksi herpes/radang mukosa dampak dari pengobatan dan hygiene oral yang tidak adekuat
   Tujuan : Tidak terjadi gangguan mukosa mulut
   Kriteri Hasil :
·         Mukosa mulut lembab
·         Tidak ada lesi
·         Kebersihan mulut cukup
·         Anak/orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut secara efektif
Intervensi dan Rasional :
1.      Kaji membran mukosa mulut
      R/ Candidiasis oral, herpes, stomatitis, sarcoma, kaposis merupakan penyakit oportunistik yang biasanya mempengaruhi membran mukosa
2.      Berikan pengobatan sesuai advise dokter
       R/ Membunuh kumam penyebab
3.      Perawatan mulut tiap 2 jam
     R/ Bibir yang kering dan jaringan yang terlintasi menjadi media perkembang biakan yang baik bagi bakteri dan jamur. Kebersihan mulut yang dilakukan secara teratur dapat merubah PH mulut dan menghambat pertumbuhan Jamur
4.      Gunakan sikat gigi yang lembut untuk membersihkan gigi, gusi dan lidah
      R/ mencegah pengiritasian mukosa
5.      oleskan normal saline tiap 4 jam dan sesudah membersihkan mulut
     R/ Merupakan cara yang efisien untuk menghangatkan membran mukosa oral yang mengalami inflamasi
6.      Kolaborasi pemberian propilaksi (ketanozole, flaconazole) selama pengobatan
      R/ Sebagai anti jamur untuk mematikan kuman
7.      Gunakan anti septic oral
      R/ Untuk mencegah kuaman patogen
8.      Check Up gigi secara teratur
      R/ Mencegah kerusakan gigi caries dental
memberikan keseimbangan dengan stressor yang dialami anak
v   Diagnosa VIII
         kurang pengetahuan sehubungan perawatan anak yang kompleks di rumah.
                                    Tujuan : Secara verbal keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit, penularan, pencegahan dan perawatan anak denagn HIV/AIDS.
         Kriteria hasil :
·         Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosa proses penyakit dan kebutuhan home care.
·         Orang tua memahami daftar pengobatan efek samping dan dosis obat
·         Orang tua memahami tentang kebutuhan yang khusus bagi anaknya

·         Orang tua mampu menjelaskan bagaimana HIV menular
Intervensi dan rasional
1.   Kaji pemahaman tentang diagnosa proses penyakit dan kebutuhan home care
      R/ Pemahaman yang memadai, meningkatkan sikap kooperatif keluarga dalam merawat anak
2.       Jelaskan daftar pengobatan efek samping obat dan dosis
      R/ Kewaspadaan terhadap efek samping obat akan meningkatkan kewaspadaan penggunaan dosis obat
3.      Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus
      R/   Memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam  merawat anak dengan HIV/AIDS
4.      Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya
       R/  Mendapatkan informasi yang terarah akan merasa mampu dan percaya diri untuk merawat anaknya.






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh virus immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus (HIV) tipe 1 (HIV-1) yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan makrofag.
HIV-I merupakan retrovirus yang termasuk pada subfamili Lentivirus. Juga sangat dekat dengan HIV-II, yang menyebabkan penyakit yang sama.
HIV adalah virus RNA dan merupakan parasit obligat intra sel .Dalam bentuknya yang asli ia merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel host ( sel target ).
·   Retrovirus mengandung kapsid sebelah dalam yang disusun dari protein struktur yang dirujuk pada ukurannya.
·   Protein struktural utama adalah p24, terdeteksi dalam serum penderita yang terinfeksi dengan beban virus tinggi.
·   Kapsid virion mengandung dua kopi RNA helai tunggal dan beberapa molekul transkriptase balik. Transkriptase balik adalah polimerase DNA virus yang menggabung nukleosid menjadi DNA dengan menggunakan RNA virus sebagai model. ( Behrman, dkk , 1999 : 1128 )
·   HIV merupakan retrovirus sitopatik tidak bertransformasi mendorong terjadinya immunodefisiensi dengan merusak sel T sasaran ( target )
·   Selubung ( envelope ) lipid HIV-I berasal dari membran sel pejamu yang terinfeksi saat budding, yang mengandung dua glikoprotein virus, gp120 dan gp41. gp120 penting pada pengikatan pada molekul CD4 pejamu untuk memulai infeksi virus.
·   Ditemukan beberapa gen yang tidak ditemukan pada retrovirus lain, yaitu tat, vpu, vip, nef, dan rev.tat dan rev, mengatur transkripsi HIV dan karenanya dapat dipakai sebagai target terapi.
Virus diisolasi dari sel limfosit, serum cairan serebrospinal, dan semua sekresi dari penderita yang terinfeksi. ( Robbins,dkk, 1998 : 140


B. Saran
            Untuk mencegah bertambahnya jumlah penderita HIV maka individu mempunyai peranan yang penting : Misalnya seorang individu yang sering gonta – ganti Pasangan atau Free seks.maka diharapkan untuk lebih banyak mencari tahu tentang AIDS





























DAFTAR PUSTAKA
-          Buunner & Suddart 2002 . Buku Ajar Keeperawatan Meedikal Bedah.Jakarta : EGC
-          Doengos,Marilyn E.dkk . 2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC
-          Mansjoer,Arif . dkk . 2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : FKUI