ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK
DENGAN DEFISIENSI
GIZI (KEP)
1. KONSEP
DASAR MEDIS
1.1 PENGERTIAN
Keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-sehari sehingga tidak memenuhi angka
kebutuhan gizi (AKG). (Kapita Selekta,
2001 : 512)
Tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh (Suryadi, 2001 :
195)
Suatu keadaan dimana anak kurang mendapatkan masukan
makanan yang cukup bergizi dalam jangka waktu yang lama (Ngastiyah 1997 : 181)
1.2 KLASIFIKASI
KEP
1.2.1 Menurut Gomez
No
|
Derajat Malnutrition
|
BB % terhadap st.BB/U
|
1.
|
Derajat I
|
90-75
|
2.
|
Derajat II
|
75-60
|
3.
|
Derajat III
|
< 60
|
1.2.1 Menurut Waterlow
No
|
Derajat Malnutrition
|
BB % terhadap st.BB/U
|
1.
|
Derajat I
|
80-90
|
2.
|
Derajat II
|
70-80
|
3.
|
Derajat III
|
< 70
|
1.2.3 Menurut Mc Laren
N0
|
Gejala Klinik
|
Skor
|
1.
|
Edema
|
3
|
2.
|
Dermatosis
|
2
|
3.
|
Edema +
Dermatosis
|
6
|
4.
|
Haur Chance
|
1
|
5.
|
Hepatomegali
|
1
|
6.
|
Serum
albumin/total protein
|
|
7.
|
< 1,00 / <
3,25
|
7
|
8.
|
1,00 – 1,49 /
3,25 - 3.99
|
6
|
9.
|
1,5 – 1,99 /
4,00 – 4,74
|
5
|
10.
|
4,75 – 2,49 /
4,75 – 5,49
|
4
|
11.
|
2,50 – 2,99 /
5,50 – 6,24
|
3
|
12.
|
3,00 – 3,49 /
6,25 – 6,99
|
2
|
13.
|
3,50 – 3,99 /
7,00 – 7,74
|
1
|
14.
|
> 4,00 / > 7,75
|
0
|
Penilaian :
Skor 0 – 3 : Marasmus
Skor 4 – 8 : Marasmus – Kwashiorkor
Skor 9 – 15 : Kwashiorkor
1.2.4 Menurut Lokakarya Antropometri
1. Kep
Ringan
Kep ringan bila berat badan
menurut umur (BB/U) = 80 – 70% baku
median WHO – NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = 90 – 80% baku median WHO – NCHS
2. Kep
Sedang
Kep sedang bila berat badan menurut umur
(BB/U) = 70 – 60% baku
median WHO – NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = 80 – 70% baku median WHO – NCHS
3. Kep
Berat
Kep berat bila berat badan menurut umur
(BB/U) = < 60% baku
median WHO – NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = < 70% baku median WHO – NCHS
1.3 TIPE KEP
1.3.1 KWASHIORKOR
1. Pengertian
-
Suatu penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. (Suryadi, 2001 :
195)
- Suatu keadaan dimana anak mengalami kekurangan
protein (Ngastiyah, 1997 : 181)
2. Etiologi
- Malnutrisi protein
- Kehilangan protein secara tidak
normal (proteinuria, combus)
- Perdarahan hebat
- Kekurangan protein dalam
makanan dalam jangka waktu lama
- Sindroma nefrotik
- Penyakit infeksi menahun
3. Patofisiologi
Kekurangan
protein dalam makanan dalam jangka waktu yang cukup lama akan mengakibatkan
menurunnya asam amino esensial sehingga sintesa dan metabolisme tubuh
terganggu. Tubuh berusaha meningkatkan sintesa protein yang berkiat pada fatty liver dan atropi sel pancreas
sehingga anak mual muntah kemudian anoreksia. Atropi mukosa usus menyebabkan
penurunan absobsi sehingga tubuh akan meningkatkan peristaltik sehingga terjadi
diare. Pada bayi kurang dari 6 bulan terjadi gangguan pada Yolk Salk, pada anak terjadi hipoplasi sumsum tulang sehingga
produksi eritroetin dan eritosit menurun yang akhirnya terjadi penurunan Hb. Hb
yang menurun menyebabkan pengikatan oksigen dalam darah berkurang sehingga
suplai oksigen kejaringan terutama otak menurun. Hal ini menyebabkan tubuh
berusaha memenuhi dengan melakukan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam
laktat. Peningkatan asam laktat dalam tubuh menyebabkan kelelahan atau letargi.
Keadaan ini diperparah dengan adanya atropi otot sehingga anak menjadi apatis.
Penurunan HB juga mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga anak rentan terhadap
infeksi
Pada
hipoalbumin tekanan onkotik menurun sehingga cairan intravaskuler pindah ke
ekstravaskuler dan terjadi hipovolemik, kemudian tubuh mengalami dehidrasi.
Hipovolemik menyebabkan penurunan aliran darah sehingga tubuh akan merangsang
ginjal untuk mengeluarkan renin sehingga terjadi vasokontriksi yang akan
meningkatkan tekanan hidrostatik dan akhirnya menimbulkan odema. Terjadinya
odema juga dipengaruhi peningkatan sekresi ADH dan aldosteron yang menyebabkan
Na dan H2O diabsobsi. Pada awalnya odema terjadi pada bagian tubuh yang berongga seperti mata, perut, ekstermitas
kemudian meluas ke seluruh tubuh. Dengan adanya odema kulit menjadi kencang dan
tipis sehingga beresiko terjadinya Crazy
Pavement Dermatosis (CPD).
Disisi lain
dampak hipoalbumin tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan protein dengan meningkatkan sintesa protein dan
lemak. Bila terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi hiperlipidemia dan
hiperkolesterol yang dapat mengganggu pembentukan lipoprotein beta yang
berfungsi menstrasfer lemak keluar hepar sehingga akan terjadi akumulasi lemak
di hepar dan lien. Bila terjadi terus-menerus akan terjadi hepatomegali dan
splenomegali, pembesaran ini dapat menekan organ lain terutama lambung yng
berdampak pada penurunan kapasitasnya sehingga lambung cepat penuh meskipun
diisi sedikit. Dengan demikian asupan makanan berkurang, bila terjadi dalam
waktu yang lama akan terjadi anoreksia.
Kekurangan
protein juga mempengaruhi pigmentasi rambut sehingga akar berwarna merah dan
tipis seperti rambut jagung, mudah rontok, dan mudah dicabut tanpa terasa. Pada
keadaan lanjut rambut dapat berwarna-warni yang disebut dengan Sign Of bandera
4. Manifestasi
Klinis
-
Muka sembab
-
Anoreksia
-
Edema
-
Diare
-
Rambut kemerahan (signo de bandero)
-
Kulit tipis, kencang dan CPD
-
Anemia
-
Letargi, cengeng dan apatis
-
Dehidrasi
-
Hepatomegali dan splenomegali
5. Komplikasi
-
Diare
-
Infeksi
-
Anemia
-
Gangguan tumbang
-
Hipokalemia
-
Hipernatremi
1.3.2 MARASMUS
1. Pengertian
- Suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
kalori dan protein (Suryadi, 2001 : 196)
- Suatu keadaan dimana anak kekurangan energi
(kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997 : 181)
2. Etiologi
- Ketidak seimbangan konsumsi zat gizi dalam
makanan
-
Kurangnya pengetahuan tentang gizi
-
Asupan makanan yang tidak adekuat
- Kebiasaan makan yang tidak baik
-
Penyakit infeksi
-
Kegagalan menyusui
3. Patofisiologi
Hidrat arang, lemak dan
protein merupakan sumber kalori yang menghasilkan energi. Jika asupan kalori
kurang maka tubuh akan memenuhi dengan memecah jaringan lemak tubuh dan jika
masih kurang maka tubuh memecah protein. Bila kekurangan kalori terjadi dalam
waktu yang lama anak jatuh dalam kondisi marasmus kwashiorkor.
Hilangnya lemak tubuh akan menyebabkan gangguan
termoregulator yang ditandai dengan penurunan suhu tubuh (hipotermi) sehingga
dapat menurunkan daya tahan tubuh. Hilangnya lemak pada kulit menyebabkan kulit
keriput dan penurunan turgor sehingga beresiko terjadi kerusakan integritas
kulit. Pada abdomen akan tampak cekung dan gambaran usus yang jelas. Pada wajah
terdapat penonjolan tulang pipi dan dagu, mata besar dan dalam, vena
supervisialis tampak sehingga wajah seperti orang tua. Anak berpenampilan kurus
kering karena adanya atrofi oto pada seluruh tubuh sehingga TB dan BB anak
tidak sesuai dengan usia pertumbuhan.
Kurangnya
kalori dalam waktu yang lama juga mempengaruhi penurunan fungsi organ dan
berakhir dengan kerusakan organ. Pada awalnya nafsu makan anak akan meningkat
untuk memenuhi kebutuhan kalori, tetapi organ yang telah mengalami penurunan
fungsi tidak dapat menerima makanan dan minuman yang dikonsumsi sehingga anak
akan mengalami anoreksia dan terganggunya keseimbangan cairan tubuh.
Atrofi
mukosa usus menyebabkan penurunan absorbsi yang menyebabkan retensi isi usus
sehingga sisa metabolisme yang bersifat toksik bagi tubuh tidak dapat
dikeluarkan karena tidak dikeluarkan tubuh terus mereabsobsi air sehingga
terjadi diare, dengan diare dapat menyebabkan hipovolemia yang dapat
mempengaruhi penurunan venus retum dan penurunan cardiac output sehingga
perfusi jaringan terutama otak juga menurun dan menyebabkan anak letargi dan
malaise
4. Manifestasi
Klinis
- Pertumbuhan terlambat
- Anak letargi dan
malaise
- Diare dan konstipasi
- Vena superfisialis kepala tampak
- UUB cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan
dalam
- Kulit keriput, turgor menurun
- Hipotermi
- Perut cekumg dan gambaran usus jelas
- Nafsu makan meningkat kemudian anoreksia
- Nadi lambat
- Badan kurus kering
- Perubahan status mental
5. Komplikasi
- Infeksi
- Tuberkulosis
- Parasitosis
- Disentri
- Malnutrisi kronik
- Gangguan tumbang
1.3.3 MARASMUS-KWASHIORKOR
Marasmus kwashiorkor adalah campuran dari beberapa
gejala klinik kwashiorkor dan marasmus dengan BB/U < 60% baku median WHO NCHS disertai edema yang
tidak mencolok.
Perbedaan Marasmus dan Kwashiorkor
No
|
MARASMUS
|
KWASHIORKOR
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Wajah
seperti orang tua
Rambut
berwarna hitam
Badan
kurus, tidak ada lapisan lemak
Meningkatnya
nafsu makan pada fase awal
Adanya
diare dan konstipasi
Lingkar
lengan < 14 cm
Anak
letargi dan malaise
Abdomen
cekung dan gambaran usus jelas
Memecah
lemak dan protein
Kulit
keriput
|
Muka
sembab (moon face)
Rambut
tipis kemerahan, mudah rontok dan dicabut tanpa rasa dan berwarna warni
Edema
anasarka
Anoreksia
pada fase awal
Terjadi
diare
Lingkar
lengan > 14 cm
Anak
apatis
Asites
dengan hepatomegali dan splenomegali
Memecah
protein
Kulit
tipis dan kencang
|
1.4
PENATALAKSANAAN
1.4.1 PRINSIP PENGOBATAN KEP
Ø
Memberikan makanan yang mengandung TKTP, cairan,
vitamin dan mineral (protein 3-5 g/Kg BB/hari dan kalori 100-175 kal/KgBB/hari)
Ø
Makanan harus diberikan dalam bentuk yang mudah
dicerna dan diserap
Ø
Makanan harus diberikan secara bertahap karena
toleransi terhadap makanan sangat rendah, kemudian di naikkan secara bertahap
setiap hari
Ø
Lakukan pemantauan kesehatan klien dan
penyuluhan gizi terhadap keluarga
Ø
Observasi pemasukan dan pengeluaran
Ø
Jaga kebersihan anak dan lingkungannya
1.4.2 PASIEN KEP BERAT DIRAWAT INAP DENGAN
PENGOBATAN RUTIN
1.
Atasi / cegah hipotermia
Ø
Bila suhu rectal < 35,5o C
Ø
Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai
dengan rehidrasi bila perlu)
Ø
Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut
sampai menutp kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol
air panas) atau peluk anak didada ibu, selimuti
Ø
Berikan antibiotic
Ø
Suhu diperiksa sampai mencapai >36.5°C
2.
Atasi / cegah dehidrasi
Jangan menggunakan jalur intra vena untuk rehidrasi
kecuali keadaan syok. Lakukan pemberian cairan infuse dengan hati-hati, tetesan
pelan-pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan
garam khusus yaitu Resomal (Rehydrasi
Solution for Malnutrition atau penggantinya). Anggap semua anak KEP berat
dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi :
Ø
Cairan resomal/pengganti sebanyak 5 ml/kgBB
setiap 30 menit selama 2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik
Ø
Selanjutnya beri 5-10 ml/kgBB selama 4-10 jam
berikutnya. Jumlah yang tepat harus diberikan tergantung berapa banyak anak
menginginkannya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah
Ø
Ganti resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10
dengan formula khusus sejumlah yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil
Ø
Selanjutnya mulai beri formula khusus
3. Atasi / cegah
hipoglikemia
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35o,
suhu rektal 35,5o C). Pemberian makanan yang lebih sering penting
untuk mencegah kedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah dibawah 50 mg/dl,
berikan :
Ø
50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa 10%
(1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau sonde/pipa nasogastrik
Ø
Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30
menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)
Ø
Berikan antibiotic
Ø
Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan
malam
4.
Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua
KEP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan paling sedikit
perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil pada
terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian diuretik). Berikan :
Ø
Tambahan K 2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300 mg
KCl/kgBB/hari)
Ø
Tambahan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5-15 mg
KCl/kgBB/hari)
Ø
Siapkan makanan tanpa diberi garam
Ø
Tambahan K dsan Mg dapat disiapkan dalam bentuk
cairan dan ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1
liter formula.
5.
Obati / cegah infeksi
Antibiotik spektrum luas dengan pilihan :
Ø
Bila tanpa komplikasi, kotrimmoksasol 5 ml,
suspensi pediatri secara oral 2x sehari selama 5 hari (2,5 ml bila BB<4 kg)
atau
Ø
Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada
komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, saluran nafas atau saluran
kencing) beri ampisilin 50 mg/kgBB/IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari kemudian
secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari. Bila amoksisilin
tidak ada teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara oral.
Dan :
Gentamisin 7,5 mb/kgBB IM,IV sekali sehari selama 7 hari
Bila dalm 48 jam tidak ada ekmajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25
mg/kgBB,IM,IV setiap 6 jam selama 5 hari
Bila terdeteksi kuman yang spesifik beri pengobatan spesifik
Beberapa ahli menambahkan metronidazol (7,5 mg/kg/BB setiap 8 jam selama
7 hari)
Bila anoreksia menetap selama 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi
pemberian hingga 10 hari
Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bulan dan belum pernah diimunisasi
(tunda bila syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi
baik
6.
Koreksi defisiensi nutrisi mikro
Berikan setiap hari :
Ø
Tambahkan multivitamin
Ø
Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama)
Ø
Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
Ø
Tembaga (Cu) 0,2 mg/kgBB/hari
Ø
Bila BB mulai naik : Fe 3 mg/kgBB/hari atau
sulfas ferosus 10 mg/kgBB/hari
Ø
Vitamin A oral pada hari 1,2, dan 14 :
Umur > 1 tahun :
200.000 SI
Umur 6 – 12 bulan :
100.000 SI
Umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI
Bila ada ulserasi pada mata beri tambahan perawatan mata
untuk mencegah proplaps lensa :
Ø
Beri klomfenikol atau tetrasiklin tetes mata
setiap 2-3 jam selama 7-10 hari
Ø
Teteskan atropine tetes mata 3 kali 1 tetes
sehari selama 3-5 hari
Ø
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan
garam faali
1.4.3 PERIODE PEMBERIAN NUTRISI KEP
1.
Periode Inisial atau Stabilisasi
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat berhati-hati
karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk memenuhi metabolisme
basal.
Prinsip pemberian nutrisi pada fase inisial/stabilisasi adalah :
Ø
Diberikan dalam porsi kecil, sering, TKTP,
rendah serat dan rendah laktosa
Ø
Oral atau nasogastrk (jangan mulai dengan
nutrisi parenteral)
Ø
Energi 100 Kkal/kgBB/hari
Ø
Protein 1-1,5 g/kgBB/hari
Ø
Cairan 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB bila ada
edema berat)
Ø
Bila anak mendapat ASI teruskan tetapi beri
formula khusus lebih dulu. Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak
terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet. Jadwal dan cara pemberian yang
dianjurkan adalah volume makanan ditambah bertahap disertai pengurangan frekuensi
pemberian makanan seperti contoh :
Hari ke
|
Frekuensi
|
Vol/kg/kali
makan
|
Vol/kg
hari
|
1-2
|
Setiap
2 jam
|
1
½ sendok makan
|
130
ml
|
3-5
|
Setiap
3 jam
|
2
sendok makan
|
130
ml
|
6-7
|
Setiap
4 jam
|
3
sendok makan
|
130
ml
|
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema
jadwal dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari untuk setiap tahap). Bila
asupan makanan kurang dari 80 kkal/kg/BB/hari, berikan sisa formula melalui
pipa nasogastrik. Jangan beri makanan lebih dari 100 kkal/kgBB/hari pada fase
stabilisasi ini.
2.
Periode Transisi (dari formula khusus awal ke formula
khusus lanjutan)
Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal
jantung yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak
secara mendadak. Pada periode transisi dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula
khusus awal ke formula khusus lanjutan :
Ø
Ganti formula khusus awal (energi 75 kkal dan
protein 0,9-1 g/100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan
protein 2,9 g/100 ml) dalam jangka waktu 48 jam.
Ø
Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Ø
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai
ada sedikit formula transisi biasanya pada saat tercapainya jumlah 30 ml/kgBB/kali
(=200 ml/kgBB/hari)
Bila terjadi peningkatan frekuensi nafas > 5x/menit dan denyut nadi
> 25x/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan kurangi volume
pemberian formula setelah normal kembali ulangi menaikkan volume seperti diatas.
Setelah periode transisi dilampaui anak diberi :
Ø
Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan
sering
Ø
Energi 150-220 kal/kgBB/hari
Ø
Protein 4-6 g/kgBB/hari
Ø
Bila anak masih mendapatkan ASI teruskan tetapi
beri formula lebih dulu karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi
untuk tumbuh kejar
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat
badan :
Ø
Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
Ø
Setiap minggu kenaikan BB dihitung g/kgBB/hari)
Bila kenaikan BB :
Ø
Kurang (<5 g/kgBB/hari), perlu reevaluasi
menyeluruh
Ø
Sedang (5-10 g/kgBB/hari) cek apakah asupan
makanan mencapai target atau apakah infeksi telah dapat diatasi
3.
Periode Rehabilitasi
Pada masa pemulihan dibutuhkan berbagai pendekatan
secara gencar agar tercapai asupan makanan yang tinggi dan pertambahan berat
badan > 10 g/kgBB/hari. Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya
selera makan biasanya 1-2 minggu setelah dirawat.
Ø
Berikan makanan atau formula dengan jumlah yang
tidak terbatas dan sering
Ø
Energi kalori 120-150 Kkal/Kg BB/hari
Ø
Protein 4-6 g/Kg BB/hari
Ø
Lanjutkan pemberian ASI dans ebelumnya beri
formula agar mencukupi kebutuhan energi dan protein
Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi / mental karena pada KEP
berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan prilaku, karenanya berikan
:
Ø
Kasih sayang
Ø
Lingkungan yang ceria
Ø
Terapi bermain terstruktur selama 15-30
menit/hari
Ø
Aktivitas fisik segera setelah sembuh
Ø
Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan,
bermain dsb)
Siapkan follow up setelah sembuh. Bila berat anak sudah mencapai 80%BB/U
dapat dikatakan anak sembuh. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus
tetap dilanjutkan di rumah setelah penderita dipulangkan. Tunjukkan pada orang
tua :
Ø
Pemberian makan yang sering dan kandungan energi
dan nutrien yang padat
Ø
Terapi bermain terstruktur
Sarankan :
Ø
Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara
teratur
Ø
Pemberian suntikan/imunisasi ulang(booster)
Ø
Pemberian Vitamin A setiap 6 bulan
Selain itu atasi penyakit penyerta yaitu :
Ø
Defisiensi vitamin A seperti koreksi defisiensi
nutrien mikro
Ø
Dermatosis
Umumnya
defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik dengan pemberian
suplementasi Zn. Selain itu :
a. Kompres
bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K-permanganat) 1% selama 10 menit
b. Beri
salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
c.
Jaga daerah perineum agar tetap kering
Ø
Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2
kali sehari selama 3 hari
Ø
Diare melanjut
Diare biasa menyertai dan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara berhati-hati. Bila ada intolerasi laktosa
(jarang), obati hanya bila diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan
umum. Berikan formula bebas/rendah laktosa. Kerusakan mukosa usus dan
giardiasis merupakan penyebab lain melanjutnya diare. Bila mungkin lakukan
pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri metronidazol 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam
selama 7 hari.
Ø
Tuberkulosis, obati sesuai pedoman TB
Bila
pasien pulang sebelum rehabilitasi tuntas (BB/U > 80% atau BB/TB > 90%),
dirumah harus sering diberi makanan tinggi energi (150 kkal/kgBB/hari) dan tinggi
protein (4 g/kg BB/hari) :
a. Beri
anak makanan yang sesuai (energi dan protein) paling sedikit 5 kali sehari
b. Beri
makanan selingan di antara makanan utama
c. Upayakan makanan selalu dihabiskan
d. Beri
suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
e. Teruskan
ASI
Kegagalan pengobatan tercermin pada :
Ø
Tingginya angka kematian
Bila mortalitas > 5 % perhatikan apakah kematian
terjadi pada :
a. Dalam
24 jam kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis terlambat atau tidak
diatasi atau proses rehidrasi kurang tepat
b. Dalam
72 jam cek apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan formula tidak
tepat
c. Malam
hari kemungkinan hipotermia karena selimut kurnag memadai, tidak diberi makan
Ø
Kenaikan berat badan tidak adekuat pada fase
rehabilitasi
Penilaian
kenaikan BB :
Baik : > 10 g/kgBB/hari
Sedang : 5-10 g/kgBB/hari
Kurang : < g/kgBB/hari
Kemungkinan
kenaikan BB antara lain :
Ø
Pemberian
makanan tidak adekuat
Ø
Defisiensi nutrien tertentu vitamin, mineral
Ø
Infeksi yang tidak terdeteksi sehingga tidk
diobati
Ø
HIV/AIDS
Ø
Masalah psikologik
Tindakan pada kegawatan :
Ø
Syok
Sulit membedakan dehidrasi atau sepsis. Syok karena dehidrasi akan
membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena. Pedoman pemberian cairan
:
1.
Berikan 15 ml/kgBB dalam 1 jam pertama cairan dekstrosa
5% Nacl 0,9%=1:1 atau larutan ringer dengan dekstrosa 5 %. Evaluasi setelah 1
jam
2.
Ulangi pemberian caoran seperti diatas kemudian
lanjutkan dengan cairan per oral atau nasogastrik (Resomal/penggantinya)
sebanyak 10 ml/kgBB/jam sampai 10 jam
3.
Selanjutnya beri formula khusus
Bila tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian cairan pertama anggap
anak menderita sepsis sehingga beri cairan rumatan 4 ml/kgBB/jam. Berikan darah
segar 10 ml/kgBB perlahan-lahan (selama 3 jam) selanjutnya mulai berikan
formula khusus
Ø
Anemia berat
Transfusi
darah diperlukan bila :
1. Hb < 4 g/dl
2. Atau bila ada distres nafas dan Hb 4-6 g/dl
Beri transfusi darah berupa
darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung gunakan packed red cells untuk transfusi dengan
jumlah yang sama, beri flurosemid 1 mg/kgBB, IV pada saat transfusi dimulai. Bila
pada anak dengan distres pernafasan setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau
antara 4-6 g/dl jangan ulangi pemberian darah.
1.4.4 TAHAP TERAPI DIETETIK
1. Tahap
Penyesuaian
Merupakan tahap peralihan kemakanan biasa selama toleransi anak terhadap
makanan masih rendah. Makanan yang diberikan diawali dengan yang lebih encer,
lebih cair bernilai kalori dan protein rendah kemudian secara bertahap
ditingkatkan sehingga tercapai jumlah kalori 150-200 Kkal/KgBB/hari dan protein
3-5 g/KgBB/hari.
Tahap ini lamanya bervariasi antara satu hari sampai satu minggu.
Aplikasi pemberian dietetik pada pasien berdasarkan BBnya :
Ø
BB < 7 Kg
a.
Jenis makanan yang diberikan adalah makanan bayi
b.
Pada awal perawatan makanan utamanya adalah susu yang
diencerkan (1/3, 2/3, 3/3) atau susu formula yang dimodifikasi (susu rendah
laktosa)
c.
Untuk tambahan kalori dapat diberikan glukosa 2-5 %
atau tepung 2 %
d.
Secara berangsur-angsur dapat diberikan buah dan biscuit,
makanan lumat dan makanan lembek selain itu ASI dapat terus diberikan
Ø
BB > 7 Kg
a.
Jenis makanan adalah makanan untuk anak berumur 1 tahun
dimulai dengan pemberian kalori 500 Kkal/KgBB dan protein 1 g/KgBB dalam cairan
200 ml/KgBB/hari
b. Bentuk makanan yang diberikan dimulai dengan
pemberian makanan cair kemudian secara bertahap dikentalkan
c. Jika
toleransi anak terhadap makanan membaik dapat dimulai dengan pemberian makanan
lunak lalu makanan biasa
2. Tahap
Penyesuaian
Bila keadaan membaik, toleransi terhadap makanan, nafsu makan juga
membaik maka pemberian makanan dapat ditingkatkan secara berangsur setiap 1-2
hari sehingga tercapai konsumsi kalori sebanyak 150-200 Kkal/KgBB dan protein
3-5 g/KgBB sehari.
3. Tahap
Lanjutan
Setelah tercapai penyembuhan, pemberian makanan perlu dikembalikan dari
jenis makanan TKTP kemakanan dengan kebutuhan nutrien yang baku
1.4.5 TERAPI DIETETIK KEP DENGAN KOMPLIKASI
DEHIDRASI DAN ASIDOSIS
Pedoman pemberian cairan secara parenteral
Ø
Jumlah cairan 200 Ml/KgBB/hari untuk kwashiorkor/marasmus
kwashiorkor dan 250 ml/KgBB/hari untuk marasmus
Ø
Jenis cairan adalah darrow glukosa dengan kadar
glukosa dinaikkan menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia
Ø
Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/KgBB
diberikan dalam keadaan 4-8 jam pertama kemudian sisanya diberikan dalam waktu
16-20 jam berikutnya, selain itu ASI tetap diberikan atau susu formula dapat
diberikan per oral bila anak dapat minum.
1.4.6 PENATALAKSANAAN
KEP DENGAN MENGGUNAKAN MODISCO (MODIFIED DIETETIK SKIM DAN COTTON SHEET OIL)
Modisco dibagi menjadi :
1. Modisco ½
Bahan
: Susu bubuk (susu full cream/skim) :
10 gr
Gula pasir : 5 gr
Minyak kelapa,
jagung/margarine : 2.3 gr
Kalori : 80 kalori
Cara
Membuat :
Susu krim,
gula dan minyak/margarine diaduk sampai rata, lalu ditambahkan dengan air
sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga cairan larut kemudian disaring
dan dimasukkan dalam gelas kemudian
diminum dalam keadaan hangat.
2. Modisco I
Bahan : Susu
bubuk (susu full cream/skim) :
10 gr
Gula pasir :
5 gr
Minyak kelapa/margarine : 4,6 gr
Kalori :
100 Kalori
Cara Membuat :
Susu krim, gula
dan minyak/margarine diaduk sampai rata, lalu ditambahkan dengan air sedikit
demi sedikit sambil terus diaduk hingga cairan larut kemudian disaring dan
dimasukkan dalam gelas kemudian diminum
dalam keadaan hangat.
3. Modisco II
Bahan : Susu
bubuk (susu full cream/skim) :
10 gr
Gula
pasir : 5 gr
Minyak kelapa, jagung/margarine : 5,6
gr
Kalori :
80 Kalori
Cara Membuat :
Susu krim, gula dan ½ bagian air
dingin diaduk sampai rata, lalu terus diaduk hingga cairan rata dan ditambahkan
minyak/margarine serta ½ bagian air panas dan diaduk sampai larut, disaring dan
dimasukkan dalam gelas kemudian diminum
dalam keadaan hangat.
4. Modisco III
Bahan : Susu
bubuk (susu full cream/skim) :
12 gr
Gula
pasir : 7 gr
Minyak
kelapa, jagung/margarine : 5,5 gr
Kalori :
140 Kalori
Cara Membuat :
Susu krim, gula dan ½ bagian air
dingin diaduk sampai rata, lalu terus diaduk hingga cairan rata dan ditambahkan
minyak/margarine serta ½ bagian air panas dan diaduk sampai larut, disaring dan
dimasukkan dalam gelas kemudian diminum
dalam keadaan hangat.
KONSEP DASAR ASKEP
KWASHIORKOR
1.Pengkajian
Biodata :
- terjadi pada balita ( masa penyapihan
)
- terjadi
pada sosial ekonomi rendah
- terjadi pada budaya lingkungan tempat tinggal anak yang kurang
mendukung
Keluhan utama :
Anoreksia pada fase awal
Riwayat penyakit sekarang :
Anak menolak segala jenis makanan, anak cengeng, rewel kadang apatis,
muka sembab, bengkak dan sering terbangun pada malam hari
Riwayat penyakit dahulu :
-
Combus, proterin uria
-
Penyakit infeksi
-
Sindroma nefrotik
-
Perdarahan hebat
Riwayat psiko social spiritual :
Kurangnya informasi orangtua tentang gizi
ADL : -
Pola nutrisi : anoreksia
- Pola aktivitas :
adanya kelemahan,malaise,apatis
- Pola istirahat : sering
terbangun malam hari
- Pola eliminasi :
biasanya diare
2.
Pemeriksaan
2.1. Umum : hipotermi,bradicardi, letargi, TB kurang dari usia pertumbuhan,
Lingkar lengan > 14 cm
2.2. Fisik :
1. Kepala
-
Wajah : sembab
- Rambut : tipis kemerahan seperti
rambut jagung, mudah dicabut tanpa terasa, rontok, berwarna-warni (signo de
bandero)
-
Mata :
konjungtiva pucat, tampak sayu
- Dada : simetris,
kadang terdapat tarikan intercostae, suara vesikuler kadang melemah
- Abdomen : - Perut membuncit, gambaran pembuluh darah jelas, kulit mengkilap
-
Hepatomegali
-
Meningkatnya peristaltik usus
- Extermitas : -
Edema
-
Kulit kering dan bersisik
-
Bercak merah muda yang meluas dan kering pada kulit (CPD)
2.3 Penunjang :
Lab : - $
albumin
- $
HB
-
$
Glukosa serum
3.
Diagnosa keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan gizi (kurang dari
kebutuhan s/d tidak adekuatnya intake
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit s/d penegangan
kulit sekunder dari retemsi Na dan air
Resiko infeksi sekunder s/d penurunan respon imun
sekunder dari hipoalbumin
Kurangnya pengetahuan orang tua s/d tidak adekuatnya
informasi yang diterima
Resiko eliminasi alvi (diare) s/d atrofi mukosa usus
Intoleran aktifitas s/d kelemahan otot sekunder dari
penurunan oksigen otak
4.
Rencana keperawatan
- Diagnosa 1
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
-
Anak menghabiskan diit yang diberikan sesuai program
terapi
-
BB meningkat sesuai usia pertumbuhan
-
Kadar protein darah 100 – 250
-
Tidak ditemukan menifestasi malnutrisi
Intervensi :
-
Berikan makanan sesuai program terapi porsi kecil tapi
sering
R/ Diit yang
sesuai mempercepat proses penyembuhan
-
Beri perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
R/ Mulut yang
bersih dan sehat memberikan rasa nyaman dan meningkatkan selera makan
-
Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan
dalam suasana yang menyenangkan
R/ Membantu
meningkatkan selera makan sehingga intake makanan dapat terpenuhi
-
Pasang sonde bila pasien tidak dapat makan lewat oral
R/ Memudahkan
masukan diit makanan sesuai program
-
Timbang BB tiap hari
R/ Monitor
kurangnya BB dan efektivitas intervensi yang diberikan
-
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit
R/ Pemberian
diit sesuai kebutuhan / kondisi klien
- Diagnosa II
Tujuan : Integritas kulit baik
Kriteria Hasil :
-
Elastisitas kulit baik
-
Kulit tidak kering dan tidak bersisik
Intervensi :
-
Kaji keadaan kulit
R/ Dapat
diketahui tingkat keparahan
-
Ubah posisi miring kanan kiri tiap 2 jam
R/ Tekanan
terlalu lama pada kulit menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga kulit
mudah luka
-
Jaga kebersihan kulit tiap hari
R/ Mencegah
timbulnya penyakit kulit
-
Beri suplemen vitamin
R/ Vitamin
dapat membantu memperbaiki sel yang rusak
-
Pantau kadar Na dan H2O dalam tubuh
R/ Retensi Na
dan H2O dalam tubuh
menyebabkan odema
- Diagnosa III
Tujuan : Tidak terdapat infeksi
Kriteria Hasil :
-
Suhu tubuh normal (bayi) 36,5 – 37,5°C (anak) 36 -
37,5°C
-
Kadar Albumin darah (normal) 3,6 – 4 gr/dl
-
Kadar Hb (normal) L12,0 – 16,8 gr/dl
P 11,0 – 15,5
gr/dl
Intervensi :
-
Monitor kadar albumin
R/ Penurunan
albumin merupakan indikator adanya gangguan dalam sintesa di hepar
-
Monitor suhu tubuh
R/ Peningkatan
suhu tubuh merupakan indikator adanya infeksi
-
Berikan kompres dingin
R/ Dengan
kompres dingin dapat mengurangi panas secara evaporasi
-
Tingkatkan asupan protein
R/ Protein
merupakan bahan dasar pembentukan albumin
-
Monitor kadar Hb
R/ Penurunan
kadar Hb merupakan indikator menurunnya daya tahan tubuh
- Diagnosa IV
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang gizi
Kriteria Hasil :
-
Orang tua mengetahui jenis makanan bergizi, cara
mengolah
-
Adanya perubahan lingkungan dan gaya hidup yang sehat
Intervensi
:
-
Beri penyuluhan tentang gizi seimbang
R/ Meningkatkan
pengetahuan orang tua dalam memberikan nutrisi
-
Beri penjelasan tentang manfaat gizi bagi anak
R/ Orang tua
lebih memperhatikan tentang tumbang anak
-
Beri contoh makanan yang bergizi dan pengolahan
R/ Memudahkan
orang tua dalm mendapatkan makanan yang bergizi
-
Beri penjelasan tentang dampak kurang gizi pada anak
R/ Pengetahuan
adekuat tentang gizi membuat orang tua mengerti pentingnya gizi bagi anak
- Diagnosa V
Tujuan : Gangguan eliminasi alvi teratasi
Kriteria Hasil :
-
BAB 1-2 x/hr pada anak
-
Konsistensi lembek
-
BU 5-35 x/mnt
-
Tidak menunjukkan tanda dehidrasi
Intervensi :
-
Beri HE pada keluarga tentang penyebab diare
R/ Pengetahuan
adekuat memyebabakan keluarga lebih kooperatif
-
Observasi BU
R/ Peningkatan
BU merupakan indikator adanya gangguan penyerapan usus
-
Observasi warna, konsistensi, frekuensi BAB
R/ Keadaan
feses merupakan indicator dari kerja usus
-
Beri makanan porsi kecil tapi sering sesuai program
terapi
R/ Pemberian makanan secara bertahap memudahkan
adaptasi usus sehingga makanan mudah diserna dan diabsorbsi
- Diagnosa VI
Tujuan : Klien dapat beraktivitas sesuai usia
Kriteria Hasil :
-
Badan tidak lemah
-
TTV normal : N : 80-90 x/mnt, TD : 90/80 mm/Hg, RR :
20-24 x/mnt
Intervensi :
- Observasi TTV
R/ Peningkatan
nadi abnormal menunjukkan beban jantung berlebihan
- Anjurkan istirahat disela aktivitas
R/ Mengurangi
kebutuhan oksigen
-
Bantu untuk melakukan aktivitas ringan
R/ Mengurangi
beban jantung
MARASMUS
1.
Pengkajian
Biodata : -
terjadi pada balita (masa penyapihan)
- terjadi
pada sosial ekonomi rendah
- terjadi pada budaya lingkungan tempat tinggal anak yang kurang
mendukung
1.2 Keluhan utama :
Nafsu makan meningkat
1.3 Riwayat penyakit sekarang :
BB menurun, malaise, turgor kulit jelek, diare dan konstipasi
1.4 Riwayat
penyakit dahulu :
-
Penyakit infeksi
-
Kegagalan menyusui
1.5 Riwayat penyakit keluarga
Ini lebih
sering ditemukan pada keluarga dengan sosial ekonomi dan budaya yang tidak
mendukung, dapat juga dingaruhi oleh sanitasi lingkungan, masalah gizi ini
bukan penyakit menular / menahun
1.6 ADL :
- Pola nutrisi : Kurangnya masukan makanan yang
mengandung kalori
- Pola aktivitas :
Malaise, latergi
-
Pola istirahat tidur : Cukup tidur
- Pola eliminasi :
Terjadi diare / konstipasi
2.
Pemeriksaan
2.1. Umum : hipotermi, bradicardi, BB turun, TB tidak sesuai usia, Lingkar
kepala < 14 cm
2.2. Fisik :
1. Kepala
-
Wajah : tampak seperti orang tua, UUK cekung, tulang pipi dan dagu menonjol
- Mata : tampak besar dan
dalam
-
Hidung :
tidak terdapat pernafasan cuping hidung
- Mulut : kering,
pucat dan sianosis
- Abdomen : Perut membuncit, gambaran
usus jelas
- Extermitas : Akral
dingin, sianosis
- Kulit : turgor
buruk, keriput
2.3 Penunjang :
Lab : - $
HB
-
$
Glukosa serum
3. Diagnosa
keperawatan
3.1 Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) s/d tidak adekuatan intake
3.2 Kerusakan integritas kulit s/d
hilangnya lemak kulit
3.3 Resiko infeksi sekunder s/d
menurunnya daya tahan tubuh
3.4 Hipotermi s/d hilangnya lemak
kulit
3.5 Gangguan eliminasi alvi (diare /
konstipasi ) s/d atrofi mukosa usus
3.6 Intoleran aktifitas s/d
kelemahan
4. Rencana
keperawatan
Diagnosa 1
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
-
Anak menghabiskan diit yang diberikan sesuai program
terapi
-
BB meningkat sesuai usia pertumbuhan
-
Kadar protein darah 100 – 250
-
Tidak ditemukan menifestasi malnutrisi
Intervensi :
-
Berikan makanan sesuai program terapi porsi kecil tapi
sering
R/ Diit yang
sesuai mempercepat proses penyembuhan
-
Beri perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
R/ Mulut yang
bersih dan sehat memberikan rasa nyaman dan meningkatkan selera makan
-
Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan
dalam suasana yang menyenangkan
R/ Membantu
meningkatkan selera makan sehingga intake makanan dapat terpenuhi
-
Pasang sonde bila pasien tidak dapat makan lewat oral
R/ Memudahkan
masukan diit makanan sesuai program
-
Timbang BB tiap hari
R/ Monitor
kurangnya BB dan efektivitas intervensi yang diberikan
-
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit
R/ Pemberian
diit sesuai kebutuhan / kondisi klien
Diagnosa II
Tujuan : Integritas kulit baik
Kriteria Hasil :
-
Elastisitas kulit baik
-
Kulit tidak kering dan tidak bersisik
Intervensi :
-
Kaji keadaan kulit
R/ Dapat
diketahui tingkat keparahan
-
Ubah posisi miring kanan kiri tiap 2 jam
R/ Tekanan
terlalu lama pada kulit menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga kulit
mudah luka
-
Jaga kebersihan kulit tiap hari
R/ Mencegah
timbulnya penyakit kulit
-
Beri suplemen vitamin
R/ Vitamin
dapat membantu memperbaiki sel yang rusak
-
Pantau kadar Na dan H2O dalam tubuh
R/ Retensi Na
dan H2O dalam tubuh
menyebabkan odema
Diagnosa III
Tujuan : Tidak terdapat infeksi
Kriteria Hasil :
-
Suhu tubuh normal (bayi) 36,5 – 37,5°C (anak) 36 -
37,5°C
-
Kadar Albumin darah (normal) 3,6 – 4 gr/dl
-
Kadar Hb (normal) L12,0 – 16,8 gr/dl
P 11,0 – 15,5
gr/dl
Intervensi :
-
Monitor kadar albumin
R/ Penurunan
albumin merupakan indikator adanya gangguan dalam sintesa di hepar
-
Monitor suhu tubuh
R/ Peningkatan
suhu tubuh merupakan indikator adanya infeksi
-
Berikan kompres dingin
R/ Dengan
kompres dingin dapat mengurangi panas secara evaporasi
-
Tingkatkan asupan protein
R/ Protein
merupakan bahan dasar pembentukan albumin
-
Monitor kadar Hb
R/ Penurunan
kadar Hb merupakan indikator menurunnya daya tahan tubuh
Diagnosa IV
Tujuan : Tidak menggigil
Kriteria Hasil :
-
Suhu tubuh normal
Intervensi :
-
Observasi TTV
R/ Penurunan
suhu tubuh melebihi normal dapat menjadi dasar deteksi dini terhadap infeksi
-
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan pakaian yang
lebih tebal
R/ Agar klien
tetap hangat dan untuk mempertahankan suhu tubuh
-
Ajarkan pada keluarga untuk mengetahui tanda-tanda dini
hipotermi
R/ Deteksi awal
akan memudahkan dalam penanganan
Diagnosa V
Tujuan : Gangguan eliminasi alvi teratasi
Kriteria Hasil :
-
BAB 1-2 x/hr pada anak
-
Konsistensi lembek
-
BU 5-35 x/mnt
-
Tidak menunjukkan tanda dehidrasi
Intervensi :
-
Beri HE pada keluarga tentang penyebab diare
R/ Pengetahuan
adekuat memyebabakan keluarga lebih kooperatif
-
Observasi BU
R/ Peningkatan
BU merupakan indikator adanya gangguan penyerapan usus
-
Observasi warna, konsistensi, frekuensi BAB
R/ Keadaan
feses merupakan indicator dari kerja usus
-
Beri makanan porsi kecil tapi sering sesuai program
terapi
R/ Pemberian makanan secara bertahap memudahkan
adaptasi usus sehingga makanan mudah diserna dan diabsorbsi
Diagnosa VI
Tujuan : Klien dapat beraktivitas sesuai usia
Kriteria Hasil :
-
Badan tidak lemah
-
TTV normal : N : 80-90 x/mnt, TD : 90/80 mm/Hg, RR :
20-24 x/mnt
Intervensi :
- Observasi TTV
R/ Peningkatan
nadi abnormal menunjukkan beban jantung berlebihan
- Anjurkan istirahat disela aktivitas
R/ Mengurangi
kebutuhan oksigen
-
Bantu untuk melakukan aktivitas ringan
R/ Mengurangi
beban jantung
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, dkk.2001 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK. Edisi I. Fajar
Interpratama, Jakarta
Ngastiyah, 1997, PERAWATAN ANAK SAKIT, EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif dkk, 2001, KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN, Edisi III, Jilid II.
Media Aesculapius Jakarta