Senin, 11 Februari 2013

ASKEP KEP



ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN DEFISIENSI GIZI (KEP)




1.      KONSEP DASAR MEDIS
1.1    PENGERTIAN
Keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-sehari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). (Kapita Selekta, 2001 : 512)
Tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh (Suryadi, 2001 : 195)
Suatu keadaan dimana anak kurang mendapatkan masukan makanan yang cukup bergizi dalam jangka waktu yang lama (Ngastiyah 1997 : 181)

1.2    KLASIFIKASI KEP
1.2.1 Menurut Gomez
No
Derajat Malnutrition
BB % terhadap st.BB/U
1.
Derajat I
90-75
2.
Derajat II
75-60
3.
Derajat III
< 60

1.2.1 Menurut Waterlow
No
Derajat Malnutrition
BB % terhadap st.BB/U
1.
Derajat I
80-90
2.
Derajat II
70-80
3.
Derajat III
< 70

1.2.3 Menurut Mc Laren
N0
Gejala Klinik
Skor
1.
Edema
3
2.
Dermatosis
2
3.
Edema + Dermatosis
6
4.
Haur Chance
1
5.
Hepatomegali
1
6.
Serum albumin/total protein

7.
< 1,00 / < 3,25
7
8.
1,00 – 1,49 / 3,25 - 3.99
6
9.
1,5 – 1,99 / 4,00 – 4,74
5
10.
4,75 – 2,49 / 4,75 – 5,49
4
11.
2,50 – 2,99 / 5,50 – 6,24
3
12.
3,00 – 3,49 / 6,25 – 6,99
2
13.
3,50 – 3,99 / 7,00 – 7,74
1
14.
 > 4,00 / > 7,75
0
              
               Penilaian :
               Skor 0 – 3     :  Marasmus
               Skor 4 – 8     : Marasmus – Kwashiorkor
               Skor 9 – 15   :  Kwashiorkor

1.2.4 Menurut Lokakarya Antropometri
         1.   Kep Ringan
               Kep ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) = 80 – 70% baku median WHO – NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = 90 – 80% baku median WHO – NCHS
         2.   Kep Sedang
Kep sedang bila berat badan menurut umur (BB/U) = 70 – 60% baku median WHO – NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = 80 – 70% baku median WHO – NCHS
         3.   Kep Berat
Kep berat bila berat badan menurut umur (BB/U) = < 60% baku median WHO – NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = < 70% baku median WHO – NCHS

1.3    TIPE KEP
1.3.1 KWASHIORKOR
         1.   Pengertian
            - Suatu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. (Suryadi, 2001 : 195)
            -  Suatu keadaan dimana anak mengalami kekurangan protein (Ngastiyah, 1997 : 181)

         2.   Etiologi
               - Malnutrisi protein
               - Kehilangan protein secara tidak normal (proteinuria, combus)
               - Perdarahan hebat
               - Kekurangan protein dalam makanan dalam jangka waktu lama
               - Sindroma nefrotik
               - Penyakit infeksi menahun

         3.   Patofisiologi
      Kekurangan protein dalam makanan dalam jangka waktu yang cukup lama akan mengakibatkan menurunnya asam amino esensial sehingga sintesa dan metabolisme tubuh terganggu. Tubuh berusaha meningkatkan sintesa protein yang berkiat pada fatty liver dan atropi sel pancreas sehingga anak mual muntah kemudian anoreksia. Atropi mukosa usus menyebabkan penurunan absobsi sehingga tubuh akan meningkatkan peristaltik sehingga terjadi diare. Pada bayi kurang dari 6 bulan terjadi gangguan pada Yolk Salk, pada anak terjadi hipoplasi sumsum tulang sehingga produksi eritroetin dan eritosit menurun yang akhirnya terjadi penurunan Hb. Hb yang menurun menyebabkan pengikatan oksigen dalam darah berkurang sehingga suplai oksigen kejaringan terutama otak menurun. Hal ini menyebabkan tubuh berusaha memenuhi dengan melakukan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat. Peningkatan asam laktat dalam tubuh menyebabkan kelelahan atau letargi. Keadaan ini diperparah dengan adanya atropi otot sehingga anak menjadi apatis. Penurunan HB juga mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga anak rentan terhadap infeksi
      Pada hipoalbumin tekanan onkotik menurun sehingga cairan intravaskuler pindah ke ekstravaskuler dan terjadi hipovolemik, kemudian tubuh mengalami dehidrasi. Hipovolemik menyebabkan penurunan aliran darah sehingga tubuh akan merangsang ginjal untuk mengeluarkan renin sehingga terjadi vasokontriksi yang akan meningkatkan tekanan hidrostatik dan akhirnya menimbulkan odema. Terjadinya odema juga dipengaruhi peningkatan sekresi ADH dan aldosteron yang menyebabkan Na dan H2O diabsobsi. Pada awalnya odema terjadi pada bagian tubuh yang  berongga seperti mata, perut, ekstermitas kemudian meluas ke seluruh tubuh. Dengan adanya odema kulit menjadi kencang dan tipis sehingga beresiko terjadinya Crazy Pavement Dermatosis (CPD).
      Disisi lain dampak hipoalbumin tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan protein  dengan meningkatkan sintesa protein dan lemak. Bila terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi hiperlipidemia dan hiperkolesterol yang dapat mengganggu pembentukan lipoprotein beta yang berfungsi menstrasfer lemak keluar hepar sehingga akan terjadi akumulasi lemak di hepar dan lien. Bila terjadi terus-menerus akan terjadi hepatomegali dan splenomegali, pembesaran ini dapat menekan organ lain terutama lambung yng berdampak pada penurunan kapasitasnya sehingga lambung cepat penuh meskipun diisi sedikit. Dengan demikian asupan makanan berkurang, bila terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi anoreksia.
      Kekurangan protein juga mempengaruhi pigmentasi rambut sehingga akar berwarna merah dan tipis seperti rambut jagung, mudah rontok, dan mudah dicabut tanpa terasa. Pada keadaan lanjut rambut dapat berwarna-warni yang disebut dengan Sign Of bandera

4.   Manifestasi Klinis
      - Muka sembab
      - Anoreksia
      - Edema
      - Diare
      - Rambut kemerahan (signo de bandero)
      - Kulit tipis, kencang dan CPD
      - Anemia
      - Letargi, cengeng dan apatis
      - Dehidrasi
      - Hepatomegali dan splenomegali

5.   Komplikasi
      - Diare
      - Infeksi
      - Anemia
      - Gangguan tumbang
      - Hipokalemia
      - Hipernatremi

1.3.2 MARASMUS
1.   Pengertian
      -  Suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein (Suryadi, 2001 : 196)
      -  Suatu keadaan dimana anak kekurangan energi (kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997 : 181)

2.   Etiologi
      -  Ketidak seimbangan konsumsi zat gizi dalam makanan
      - Kurangnya pengetahuan tentang gizi
      - Asupan makanan yang tidak adekuat
      -  Kebiasaan makan yang tidak baik
      - Penyakit infeksi
      - Kegagalan menyusui
3.   Patofisiologi
Hidrat arang, lemak dan protein merupakan sumber kalori yang menghasilkan energi. Jika asupan kalori kurang maka tubuh akan memenuhi dengan memecah jaringan lemak tubuh dan jika masih kurang maka tubuh memecah protein. Bila kekurangan kalori terjadi dalam waktu yang lama anak jatuh dalam kondisi marasmus kwashiorkor.
            Hilangnya lemak tubuh akan menyebabkan gangguan termoregulator yang ditandai dengan penurunan suhu tubuh (hipotermi) sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh. Hilangnya lemak pada kulit menyebabkan kulit keriput dan penurunan turgor sehingga beresiko terjadi kerusakan integritas kulit. Pada abdomen akan tampak cekung dan gambaran usus yang jelas. Pada wajah terdapat penonjolan tulang pipi dan dagu, mata besar dan dalam, vena supervisialis tampak sehingga wajah seperti orang tua. Anak berpenampilan kurus kering karena adanya atrofi oto pada seluruh tubuh sehingga TB dan BB anak tidak sesuai dengan usia pertumbuhan.
      Kurangnya kalori dalam waktu yang lama juga mempengaruhi penurunan fungsi organ dan berakhir dengan kerusakan organ. Pada awalnya nafsu makan anak akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan kalori, tetapi organ yang telah mengalami penurunan fungsi tidak dapat menerima makanan dan minuman yang dikonsumsi sehingga anak akan mengalami anoreksia dan terganggunya keseimbangan cairan tubuh.
            Atrofi mukosa usus menyebabkan penurunan absorbsi yang menyebabkan retensi isi usus sehingga sisa metabolisme yang bersifat toksik bagi tubuh tidak dapat dikeluarkan karena tidak dikeluarkan tubuh terus mereabsobsi air sehingga terjadi diare, dengan diare dapat menyebabkan hipovolemia yang dapat mempengaruhi penurunan venus retum dan penurunan cardiac output sehingga perfusi jaringan terutama otak juga menurun dan menyebabkan anak letargi dan malaise

4.   Manifestasi Klinis
      -  Pertumbuhan terlambat
      -  Anak letargi dan malaise
      - Diare dan konstipasi
      - Vena superfisialis kepala tampak
      - UUB cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan dalam
      - Kulit keriput, turgor menurun
      - Hipotermi
      - Perut cekumg dan gambaran usus jelas
      - Nafsu makan meningkat kemudian anoreksia
      - Nadi lambat
      - Badan kurus kering
- Perubahan status mental

5.   Komplikasi
      -  Infeksi
      - Tuberkulosis
      - Parasitosis
      - Disentri
      - Malnutrisi kronik
      - Gangguan tumbang

1.3.3 MARASMUS-KWASHIORKOR
               Marasmus kwashiorkor adalah campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus dengan BB/U < 60% baku median WHO NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
               Perbedaan Marasmus dan Kwashiorkor
No
MARASMUS
KWASHIORKOR
1.
2.


3.

4.

5.
6.
7.
8.

9.
10.
Wajah seperti orang tua
Rambut berwarna hitam


Badan kurus, tidak ada lapisan lemak
Meningkatnya nafsu makan pada fase awal
Adanya diare dan konstipasi
Lingkar lengan < 14 cm
Anak letargi dan malaise
Abdomen cekung dan gambaran usus jelas
Memecah lemak dan protein
Kulit keriput


Muka sembab (moon face)
Rambut tipis kemerahan, mudah rontok dan dicabut tanpa rasa dan berwarna warni
Edema anasarka

Anoreksia pada fase awal

Terjadi diare
Lingkar lengan > 14 cm
Anak apatis
Asites dengan hepatomegali dan splenomegali
Memecah protein
Kulit tipis dan kencang






1.4        PENATALAKSANAAN
1.4.1  PRINSIP PENGOBATAN KEP
Ø  Memberikan makanan yang mengandung TKTP, cairan, vitamin dan mineral (protein 3-5 g/Kg BB/hari dan kalori 100-175 kal/KgBB/hari)
Ø  Makanan harus diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan diserap
Ø  Makanan harus diberikan secara bertahap karena toleransi terhadap makanan sangat rendah, kemudian di naikkan secara bertahap setiap hari
Ø  Lakukan pemantauan kesehatan klien dan penyuluhan gizi terhadap keluarga
Ø  Observasi pemasukan dan pengeluaran
Ø  Jaga kebersihan anak dan lingkungannya

1.4.2  PASIEN KEP BERAT DIRAWAT INAP DENGAN PENGOBATAN RUTIN
1.      Atasi / cegah hipotermia
Ø  Bila suhu rectal < 35,5o C
Ø  Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
Ø  Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutp kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak didada ibu, selimuti
Ø  Berikan antibiotic
Ø  Suhu diperiksa sampai mencapai >36.5°C

2.      Atasi / cegah dehidrasi
Jangan menggunakan jalur intra vena untuk rehidrasi kecuali keadaan syok. Lakukan pemberian cairan infuse dengan hati-hati, tetesan pelan-pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam khusus yaitu Resomal (Rehydrasi Solution for Malnutrition atau penggantinya). Anggap semua anak KEP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi :
Ø  Cairan resomal/pengganti sebanyak 5 ml/kgBB setiap 30 menit selama 2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik
Ø  Selanjutnya beri 5-10 ml/kgBB selama 4-10 jam berikutnya. Jumlah yang tepat harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah
Ø  Ganti resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus sejumlah yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil
Ø  Selanjutnya mulai beri formula khusus



3.   Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35o, suhu rektal 35,5o C). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah dibawah 50 mg/dl, berikan :
Ø  50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau sonde/pipa nasogastrik
Ø  Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)
Ø  Berikan antibiotic
Ø  Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam

4.      Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
      Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian diuretik). Berikan :
Ø  Tambahan K 2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300 mg KCl/kgBB/hari)
Ø  Tambahan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5-15 mg KCl/kgBB/hari)
Ø  Siapkan makanan tanpa diberi garam
Ø  Tambahan K dsan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter formula.

5.      Obati / cegah infeksi
Antibiotik spektrum luas dengan pilihan :
Ø  Bila tanpa komplikasi, kotrimmoksasol 5 ml, suspensi pediatri secara oral 2x sehari selama 5 hari (2,5 ml bila BB<4 kg) atau
Ø  Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, saluran nafas atau saluran kencing) beri ampisilin 50 mg/kgBB/IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari kemudian secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari. Bila amoksisilin tidak ada teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara oral.
Dan :
Gentamisin 7,5 mb/kgBB IM,IV sekali sehari selama 7 hari
Bila dalm 48 jam tidak ada ekmajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25 mg/kgBB,IM,IV setiap 6 jam selama 5 hari
Bila terdeteksi kuman yang spesifik beri pengobatan spesifik
Beberapa ahli menambahkan metronidazol (7,5 mg/kg/BB setiap 8 jam selama 7 hari)
Bila anoreksia menetap selama 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian hingga 10 hari
Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bulan dan belum pernah diimunisasi (tunda bila syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik

6.      Koreksi defisiensi nutrisi mikro
Berikan setiap hari :
Ø  Tambahkan multivitamin
Ø  Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama)
Ø  Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
Ø  Tembaga (Cu) 0,2 mg/kgBB/hari
Ø  Bila BB mulai naik : Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferosus 10 mg/kgBB/hari
Ø  Vitamin A oral pada hari 1,2, dan 14 :
Umur > 1 tahun        : 200.000 SI
Umur 6 – 12 bulan   : 100.000 SI
Umur 0 – 5 bulan     :  50.000 SI
Bila ada ulserasi pada mata beri tambahan perawatan mata untuk mencegah proplaps lensa :
Ø  Beri klomfenikol atau tetrasiklin tetes mata setiap 2-3 jam selama 7-10 hari
Ø  Teteskan atropine tetes mata 3 kali 1 tetes sehari selama 3-5 hari
Ø  Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

1.4.3  PERIODE PEMBERIAN NUTRISI KEP
1.      Periode Inisial atau Stabilisasi
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat berhati-hati karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk memenuhi metabolisme basal.
Prinsip pemberian nutrisi pada fase inisial/stabilisasi adalah :
Ø  Diberikan dalam porsi kecil, sering, TKTP, rendah serat dan rendah laktosa
Ø  Oral atau nasogastrk (jangan mulai dengan nutrisi parenteral)
Ø  Energi 100 Kkal/kgBB/hari
Ø  Protein 1-1,5 g/kgBB/hari
Ø  Cairan 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB bila ada edema berat)
Ø  Bila anak mendapat ASI teruskan tetapi beri formula khusus lebih dulu. Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet. Jadwal dan cara pemberian yang dianjurkan adalah volume makanan ditambah bertahap disertai pengurangan frekuensi pemberian makanan seperti contoh :
Hari ke
Frekuensi
Vol/kg/kali makan
Vol/kg hari
1-2
Setiap 2 jam
1 ½ sendok makan
130 ml
3-5
Setiap 3 jam
2 sendok makan
130 ml
6-7
Setiap 4 jam
3 sendok makan
130 ml

Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema jadwal dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari untuk setiap tahap). Bila asupan makanan kurang dari 80 kkal/kg/BB/hari, berikan sisa formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan lebih dari 100 kkal/kgBB/hari pada fase stabilisasi ini.
2.      Periode Transisi (dari formula khusus awal ke formula khusus lanjutan)
Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak. Pada periode transisi dianjurkan untuk  merubah secara perlahan-lahan dari formula khusus awal ke formula khusus lanjutan :
Ø  Ganti formula khusus awal (energi 75 kkal dan protein 0,9-1 g/100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2,9 g/100 ml) dalam jangka waktu 48 jam.
Ø  Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Ø  Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai ada sedikit formula transisi biasanya pada saat tercapainya jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200 ml/kgBB/hari)
Bila terjadi peningkatan frekuensi nafas > 5x/menit dan denyut nadi > 25x/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan kurangi volume pemberian formula setelah normal kembali ulangi menaikkan volume seperti diatas. Setelah periode transisi dilampaui anak diberi :
Ø  Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering
Ø  Energi 150-220 kal/kgBB/hari
Ø  Protein 4-6 g/kgBB/hari
Ø  Bila anak masih mendapatkan ASI teruskan tetapi beri formula lebih dulu karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan :
Ø  Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
Ø  Setiap minggu kenaikan BB dihitung g/kgBB/hari)
Bila kenaikan BB :
Ø  Kurang (<5 g/kgBB/hari), perlu reevaluasi menyeluruh
Ø  Sedang (5-10 g/kgBB/hari) cek apakah asupan makanan mencapai target atau apakah infeksi telah dapat diatasi
3.      Periode Rehabilitasi
Pada masa pemulihan dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai asupan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan > 10 g/kgBB/hari. Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan biasanya 1-2 minggu setelah dirawat.
Ø  Berikan makanan atau formula dengan jumlah yang tidak terbatas dan sering
Ø  Energi kalori 120-150 Kkal/Kg BB/hari
Ø  Protein 4-6 g/Kg BB/hari
Ø  Lanjutkan pemberian ASI dans ebelumnya beri formula agar mencukupi kebutuhan energi dan protein
Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi / mental karena pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan prilaku, karenanya berikan :
Ø  Kasih sayang
Ø  Lingkungan yang ceria
Ø  Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari
Ø  Aktivitas fisik segera setelah sembuh
Ø  Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
Siapkan follow up setelah sembuh. Bila berat anak sudah mencapai 80%BB/U dapat dikatakan anak sembuh. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah penderita dipulangkan. Tunjukkan pada orang tua :
Ø  Pemberian makan yang sering dan kandungan energi dan nutrien yang padat
Ø  Terapi bermain terstruktur
Sarankan :
Ø  Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur
Ø  Pemberian suntikan/imunisasi ulang(booster)
Ø  Pemberian Vitamin A setiap 6 bulan
Selain itu atasi penyakit penyerta yaitu :
Ø  Defisiensi vitamin A seperti koreksi defisiensi nutrien mikro
Ø  Dermatosis
   Umumnya defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik dengan pemberian suplementasi Zn. Selain itu :
a.   Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K-permanganat) 1% selama 10 menit
b.   Beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
c.       Jaga daerah perineum agar tetap kering
Ø  Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari

Ø  Diare melanjut
   Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara berhati-hati. Bila ada intolerasi laktosa (jarang), obati hanya bila diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah laktosa. Kerusakan mukosa usus dan giardiasis merupakan penyebab lain melanjutnya diare. Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri metronidazol 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.  
Ø  Tuberkulosis, obati sesuai pedoman TB
   Bila pasien pulang sebelum rehabilitasi tuntas (BB/U > 80% atau BB/TB > 90%), dirumah harus sering diberi makanan tinggi energi (150 kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4 g/kg BB/hari) :
a.            Beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein) paling sedikit 5 kali sehari
b.   Beri makanan selingan di antara makanan utama
c.            Upayakan makanan selalu dihabiskan
d.   Beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
e.   Teruskan ASI
Kegagalan pengobatan tercermin pada :
Ø  Tingginya angka kematian
Bila mortalitas > 5 % perhatikan apakah kematian terjadi pada :
a.   Dalam 24 jam kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis terlambat atau tidak diatasi atau proses rehidrasi kurang tepat
b.   Dalam 72 jam cek apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan formula tidak tepat
c.   Malam hari kemungkinan hipotermia karena selimut kurnag memadai, tidak diberi makan
Ø  Kenaikan berat badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi
   Penilaian kenaikan BB :
               Baik        : > 10 g/kgBB/hari
               Sedang   : 5-10 g/kgBB/hari
               Kurang   : < g/kgBB/hari
         Kemungkinan kenaikan BB antara lain :
Ø  Pemberian  makanan tidak adekuat
Ø  Defisiensi nutrien tertentu vitamin, mineral
Ø  Infeksi yang tidak terdeteksi sehingga tidk diobati
Ø  HIV/AIDS
Ø  Masalah psikologik
Tindakan pada kegawatan :
Ø  Syok
Sulit membedakan dehidrasi atau sepsis. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena. Pedoman pemberian cairan :
1.      Berikan 15 ml/kgBB dalam 1 jam pertama cairan dekstrosa 5% Nacl 0,9%=1:1 atau larutan ringer dengan dekstrosa 5 %. Evaluasi setelah 1 jam
2.      Ulangi pemberian caoran seperti diatas kemudian lanjutkan dengan cairan per oral atau nasogastrik (Resomal/penggantinya) sebanyak 10 ml/kgBB/jam sampai 10 jam
3.      Selanjutnya beri formula khusus
Bila tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian cairan pertama anggap anak menderita sepsis sehingga beri cairan rumatan 4 ml/kgBB/jam. Berikan darah segar 10 ml/kgBB perlahan-lahan (selama 3 jam) selanjutnya mulai berikan formula khusus
Ø  Anemia berat
               Transfusi darah diperlukan bila :
1.   Hb < 4 g/dl
2.   Atau bila ada distres nafas dan Hb 4-6 g/dl
                     Beri transfusi darah berupa darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung gunakan packed red cells untuk transfusi dengan jumlah yang sama, beri flurosemid 1 mg/kgBB, IV pada saat transfusi dimulai. Bila pada anak dengan distres pernafasan setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl jangan ulangi pemberian darah.

1.4.4  TAHAP TERAPI DIETETIK
1.      Tahap Penyesuaian
Merupakan tahap peralihan kemakanan biasa selama toleransi anak terhadap makanan masih rendah. Makanan yang diberikan diawali dengan yang lebih encer, lebih cair bernilai kalori dan protein rendah kemudian secara bertahap ditingkatkan sehingga tercapai jumlah kalori 150-200 Kkal/KgBB/hari dan protein 3-5 g/KgBB/hari.
Tahap ini lamanya bervariasi antara satu hari sampai satu minggu. Aplikasi pemberian dietetik pada pasien berdasarkan BBnya :
Ø  BB < 7 Kg
a.       Jenis makanan yang diberikan adalah makanan bayi
b.      Pada awal perawatan makanan utamanya adalah susu yang diencerkan (1/3, 2/3, 3/3) atau susu formula yang dimodifikasi (susu rendah laktosa)
c.       Untuk tambahan kalori dapat diberikan glukosa 2-5 % atau tepung 2 %
d.      Secara berangsur-angsur dapat diberikan buah dan biscuit, makanan lumat dan makanan lembek selain itu ASI dapat terus diberikan
Ø  BB > 7 Kg
a.       Jenis makanan adalah makanan untuk anak berumur 1 tahun dimulai dengan pemberian kalori 500 Kkal/KgBB dan protein 1 g/KgBB dalam cairan 200 ml/KgBB/hari
b.   Bentuk  makanan yang diberikan dimulai dengan pemberian makanan cair kemudian secara bertahap dikentalkan
c.   Jika toleransi anak terhadap makanan membaik dapat dimulai dengan pemberian makanan lunak lalu makanan biasa

2.   Tahap Penyesuaian
Bila keadaan membaik, toleransi terhadap makanan, nafsu makan juga membaik maka pemberian makanan dapat ditingkatkan secara berangsur setiap 1-2 hari sehingga tercapai konsumsi kalori sebanyak 150-200 Kkal/KgBB dan protein 3-5 g/KgBB sehari.

3.   Tahap Lanjutan
Setelah tercapai penyembuhan, pemberian makanan perlu dikembalikan dari jenis makanan TKTP kemakanan dengan kebutuhan nutrien yang baku

1.4.5  TERAPI DIETETIK KEP DENGAN KOMPLIKASI DEHIDRASI DAN ASIDOSIS
Pedoman pemberian cairan secara parenteral
Ø  Jumlah cairan 200 Ml/KgBB/hari untuk kwashiorkor/marasmus kwashiorkor dan 250 ml/KgBB/hari untuk marasmus
Ø  Jenis cairan adalah darrow glukosa dengan kadar glukosa dinaikkan menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia
Ø  Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/KgBB diberikan dalam keadaan 4-8 jam pertama kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam berikutnya, selain itu ASI tetap diberikan atau susu formula dapat diberikan per oral bila anak dapat minum.

1.4.6 PENATALAKSANAAN KEP DENGAN MENGGUNAKAN MODISCO (MODIFIED DIETETIK SKIM DAN COTTON SHEET OIL)
Modisco dibagi menjadi :
1.      Modisco ½
         Bahan :   Susu bubuk (susu full cream/skim)           : 10 gr
                              Gula pasir                                                  :   5 gr
                              Minyak kelapa, jagung/margarine :   2.3 gr
                              Kalori                                                        : 80 kalori
         Cara Membuat :
Susu krim, gula dan minyak/margarine diaduk sampai rata, lalu ditambahkan dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga cairan larut kemudian disaring dan dimasukkan  dalam gelas kemudian diminum dalam keadaan hangat.
2.      Modisco I
         Bahan  :  Susu bubuk (susu full cream/skim)           : 10 gr
                              Gula pasir                                                  :   5 gr
                              Minyak kelapa/margarine                          :   4,6 gr
                              Kalori                                                        : 100 Kalori
               Cara Membuat :
Susu krim, gula dan minyak/margarine diaduk sampai rata, lalu ditambahkan dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga cairan larut kemudian disaring dan dimasukkan  dalam gelas kemudian diminum dalam keadaan hangat.
3.      Modisco II
         Bahan  :  Susu bubuk (susu full cream/skim)           : 10 gr
                              Gula pasir                                                  :   5 gr
                              Minyak kelapa, jagung/margarine :   5,6 gr
                              Kalori                                                        : 80 Kalori
               Cara Membuat :
Susu krim, gula dan ½ bagian air dingin diaduk sampai rata, lalu terus diaduk hingga cairan rata dan ditambahkan minyak/margarine serta ½ bagian air panas dan diaduk sampai larut, disaring dan dimasukkan  dalam gelas kemudian diminum dalam keadaan hangat.
4.      Modisco III
         Bahan  :  Susu bubuk (susu full cream/skim)           : 12 gr
                              Gula pasir                                                  :   7 gr
                              Minyak kelapa, jagung/margarine :   5,5 gr
                              Kalori                                                        : 140 Kalori
            Cara Membuat :
Susu krim, gula dan ½ bagian air dingin diaduk sampai rata, lalu terus diaduk hingga cairan rata dan ditambahkan minyak/margarine serta ½ bagian air panas dan diaduk sampai larut, disaring dan dimasukkan  dalam gelas kemudian diminum dalam keadaan hangat.

 

 

KONSEP DASAR ASKEP



KWASHIORKOR
1.Pengkajian
Biodata : -  terjadi pada balita ( masa penyapihan )
-  terjadi pada sosial ekonomi rendah
-  terjadi pada budaya lingkungan tempat tinggal anak yang kurang mendukung
                        Keluhan utama :
Anoreksia pada fase awal
                        Riwayat penyakit sekarang :
Anak menolak segala jenis makanan, anak cengeng, rewel kadang apatis, muka sembab, bengkak dan sering terbangun pada malam hari
                        Riwayat penyakit dahulu :
-    Combus, proterin uria
-    Penyakit infeksi
-    Sindroma nefrotik
-    Perdarahan hebat
                        Riwayat psiko social spiritual :
Kurangnya informasi orangtua tentang gizi
                        ADL :              - Pola nutrisi       : anoreksia
- Pola aktivitas   : adanya kelemahan,malaise,apatis
   - Pola istirahat    : sering terbangun malam hari
- Pola eliminasi   : biasanya diare

2.      Pemeriksaan
2.1. Umum   : hipotermi,bradicardi, letargi, TB kurang dari usia pertumbuhan, Lingkar lengan > 14 cm
2.2. Fisik   :
       1. Kepala
           - Wajah         : sembab
- Rambut      :  tipis kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa terasa, rontok, berwarna-warni (signo de bandero)
           - Mata          : konjungtiva pucat, tampak sayu
- Dada          :  simetris, kadang terdapat tarikan intercostae, suara vesikuler kadang melemah
            - Abdomen   : -  Perut membuncit, gambaran pembuluh darah jelas, kulit mengkilap
                                    - Hepatomegali
                                    - Meningkatnya peristaltik usus
- Extermitas  :  - Edema
                                    - Kulit kering dan bersisik
                                    - Bercak merah muda yang meluas dan kering pada kulit (CPD)
2.3 Penunjang :
Lab : - $ albumin
- $ HB
                        - $ Glukosa serum
                                
3.      Diagnosa keperawatan
            Gangguan pemenuhan kebutuhan gizi (kurang dari kebutuhan s/d tidak adekuatnya intake
            Resiko tinggi kerusakan integritas kulit s/d penegangan kulit sekunder dari retemsi Na dan air
            Resiko infeksi sekunder s/d penurunan respon imun sekunder dari hipoalbumin
            Kurangnya pengetahuan orang tua s/d tidak adekuatnya informasi yang diterima
            Resiko eliminasi alvi (diare) s/d atrofi mukosa usus
            Intoleran aktifitas s/d kelemahan otot sekunder dari penurunan oksigen otak

4.      Rencana keperawatan
  1. Diagnosa 1
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
-    Anak menghabiskan diit yang diberikan sesuai program terapi
-    BB meningkat sesuai usia pertumbuhan
-    Kadar protein darah 100 – 250
-    Tidak ditemukan menifestasi malnutrisi
Intervensi :
-    Berikan makanan sesuai program terapi porsi kecil tapi sering
R/ Diit yang sesuai mempercepat proses penyembuhan
-    Beri perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
R/ Mulut yang bersih dan sehat memberikan rasa nyaman dan meningkatkan selera makan
-    Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan dalam suasana yang menyenangkan
R/ Membantu meningkatkan selera makan sehingga intake makanan dapat terpenuhi
-    Pasang sonde bila pasien tidak dapat makan lewat oral
R/  Memudahkan masukan diit makanan sesuai program
-    Timbang BB tiap hari
R/  Monitor kurangnya BB dan efektivitas intervensi yang diberikan
-    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit
R/ Pemberian diit sesuai kebutuhan / kondisi klien

  1. Diagnosa II
Tujuan : Integritas kulit baik
Kriteria Hasil :
-    Elastisitas kulit baik
-    Kulit tidak kering dan tidak bersisik
Intervensi :
-    Kaji keadaan kulit
R/ Dapat diketahui tingkat keparahan
-    Ubah posisi miring kanan kiri tiap 2 jam
R/ Tekanan terlalu lama pada kulit menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga kulit mudah luka
-    Jaga kebersihan kulit tiap hari
R/ Mencegah timbulnya penyakit kulit
-    Beri suplemen vitamin
R/ Vitamin dapat membantu memperbaiki sel yang rusak
-    Pantau kadar Na dan H2O dalam tubuh
R/ Retensi Na dan H2O dalam tubuh menyebabkan odema

  1. Diagnosa III
Tujuan : Tidak terdapat infeksi
Kriteria Hasil :
-    Suhu tubuh normal (bayi) 36,5 – 37,5°C (anak) 36 - 37,5°C
-    Kadar Albumin darah (normal) 3,6 – 4 gr/dl
-    Kadar Hb (normal) L12,0 – 16,8 gr/dl
 P 11,0 – 15,5 gr/dl
            Intervensi :
-    Monitor kadar albumin
R/ Penurunan albumin merupakan indikator adanya gangguan dalam sintesa di hepar
-    Monitor suhu tubuh
R/  Peningkatan suhu tubuh merupakan indikator adanya infeksi
-    Berikan kompres dingin
R/  Dengan kompres dingin dapat mengurangi panas secara evaporasi
-    Tingkatkan asupan protein
R/ Protein merupakan bahan dasar pembentukan albumin
-    Monitor kadar Hb
R/ Penurunan kadar Hb merupakan indikator menurunnya daya tahan tubuh

  1. Diagnosa IV
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang gizi
Kriteria Hasil :
-    Orang tua mengetahui jenis makanan bergizi, cara mengolah
-    Adanya perubahan lingkungan dan gaya hidup yang sehat
                     Intervensi :
-    Beri penyuluhan tentang gizi seimbang
R/ Meningkatkan pengetahuan orang tua dalam memberikan nutrisi
-    Beri penjelasan tentang manfaat gizi bagi anak
R/ Orang tua lebih memperhatikan tentang tumbang anak
-    Beri contoh makanan yang bergizi dan pengolahan
R/ Memudahkan orang tua dalm mendapatkan makanan yang bergizi
-    Beri penjelasan tentang dampak kurang gizi pada anak
R/ Pengetahuan adekuat tentang gizi membuat orang tua mengerti pentingnya gizi bagi anak

  1. Diagnosa V
Tujuan : Gangguan eliminasi alvi teratasi
Kriteria Hasil :
-    BAB 1-2 x/hr pada anak
-    Konsistensi lembek
-    BU 5-35 x/mnt
-    Tidak menunjukkan tanda dehidrasi
Intervensi :
-    Beri HE pada keluarga tentang penyebab diare
R/  Pengetahuan adekuat memyebabakan keluarga lebih kooperatif
-    Observasi BU
R/  Peningkatan BU merupakan indikator adanya gangguan penyerapan usus
-    Observasi warna, konsistensi, frekuensi BAB
R/ Keadaan feses merupakan indicator dari kerja usus
-    Beri makanan porsi kecil tapi sering sesuai program terapi
R/ Pemberian makanan secara bertahap memudahkan adaptasi usus sehingga makanan mudah diserna dan diabsorbsi

  1. Diagnosa VI
Tujuan : Klien dapat beraktivitas sesuai usia
Kriteria Hasil :
-    Badan tidak lemah
-    TTV normal : N : 80-90 x/mnt, TD : 90/80 mm/Hg, RR : 20-24 x/mnt
Intervensi :
- Observasi TTV
R/  Peningkatan nadi abnormal menunjukkan beban jantung berlebihan
- Anjurkan istirahat disela aktivitas
R/  Mengurangi kebutuhan oksigen
-    Bantu untuk melakukan aktivitas ringan
R/  Mengurangi beban jantung

MARASMUS
1.      Pengkajian
            Biodata : -  terjadi pada balita (masa penyapihan)
-  terjadi pada sosial ekonomi rendah
-  terjadi pada budaya lingkungan tempat tinggal anak yang kurang mendukung
1.2 Keluhan utama :
Nafsu makan meningkat
1.3 Riwayat penyakit sekarang :
BB menurun, malaise, turgor kulit jelek, diare dan konstipasi
1.4  Riwayat penyakit dahulu :
-    Penyakit infeksi
-    Kegagalan menyusui
1.5 Riwayat penyakit keluarga
      Ini lebih sering ditemukan pada keluarga dengan sosial ekonomi dan budaya yang tidak mendukung, dapat juga dingaruhi oleh sanitasi lingkungan, masalah gizi ini bukan penyakit menular / menahun
1.6 ADL :
      - Pola nutrisi                : Kurangnya masukan makanan yang mengandung kalori
- Pola aktivitas                        : Malaise, latergi
            - Pola istirahat tidur    : Cukup tidur
- Pola eliminasi            : Terjadi diare / konstipasi

2.      Pemeriksaan
2.1. Umum   : hipotermi, bradicardi, BB turun, TB tidak sesuai usia, Lingkar kepala < 14 cm
2.2. Fisik   :
       1. Kepala
           - Wajah         : tampak seperti orang tua, UUK cekung, tulang pipi dan dagu menonjol
- Mata           :  tampak besar dan dalam
           - Hidung      : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
- Mulut         :  kering, pucat dan sianosis
            - Abdomen   : Perut membuncit, gambaran usus jelas
- Extermitas  :  Akral dingin, sianosis
- Kulit           :  turgor buruk, keriput
2.3 Penunjang :
Lab : - $ HB
                        - $ Glukosa serum
                                
3.   Diagnosa keperawatan
3.1  Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) s/d tidak adekuatan intake
3.2 Kerusakan integritas kulit s/d hilangnya lemak kulit
3.3 Resiko infeksi sekunder s/d menurunnya daya tahan tubuh
3.4 Hipotermi s/d hilangnya lemak kulit
3.5 Gangguan eliminasi alvi (diare / konstipasi ) s/d atrofi mukosa usus
3.6 Intoleran aktifitas s/d kelemahan

4.   Rencana keperawatan
            Diagnosa 1
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
-    Anak menghabiskan diit yang diberikan sesuai program terapi
-    BB meningkat sesuai usia pertumbuhan
-    Kadar protein darah 100 – 250
-    Tidak ditemukan menifestasi malnutrisi
Intervensi :
-    Berikan makanan sesuai program terapi porsi kecil tapi sering
R/ Diit yang sesuai mempercepat proses penyembuhan
-    Beri perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
R/ Mulut yang bersih dan sehat memberikan rasa nyaman dan meningkatkan selera makan
-    Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan dalam suasana yang menyenangkan
R/ Membantu meningkatkan selera makan sehingga intake makanan dapat terpenuhi
-    Pasang sonde bila pasien tidak dapat makan lewat oral
R/  Memudahkan masukan diit makanan sesuai program
-    Timbang BB tiap hari
R/  Monitor kurangnya BB dan efektivitas intervensi yang diberikan
-    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit
R/ Pemberian diit sesuai kebutuhan / kondisi klien

            Diagnosa II
Tujuan : Integritas kulit baik
Kriteria Hasil :
-    Elastisitas kulit baik
-    Kulit tidak kering dan tidak bersisik
Intervensi :
-    Kaji keadaan kulit
R/ Dapat diketahui tingkat keparahan
-    Ubah posisi miring kanan kiri tiap 2 jam
R/ Tekanan terlalu lama pada kulit menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga kulit mudah luka
-    Jaga kebersihan kulit tiap hari
R/ Mencegah timbulnya penyakit kulit
-    Beri suplemen vitamin
R/ Vitamin dapat membantu memperbaiki sel yang rusak
-    Pantau kadar Na dan H2O dalam tubuh
R/ Retensi Na dan H2O dalam tubuh menyebabkan odema

            Diagnosa III
Tujuan : Tidak terdapat infeksi
Kriteria Hasil :
-    Suhu tubuh normal (bayi) 36,5 – 37,5°C (anak) 36 - 37,5°C
-    Kadar Albumin darah (normal) 3,6 – 4 gr/dl
-    Kadar Hb (normal) L12,0 – 16,8 gr/dl
 P 11,0 – 15,5 gr/dl

            Intervensi :
-    Monitor kadar albumin
R/ Penurunan albumin merupakan indikator adanya gangguan dalam sintesa di hepar
-    Monitor suhu tubuh
R/  Peningkatan suhu tubuh merupakan indikator adanya infeksi
-    Berikan kompres dingin
R/  Dengan kompres dingin dapat mengurangi panas secara evaporasi
-    Tingkatkan asupan protein
R/ Protein merupakan bahan dasar pembentukan albumin
-    Monitor kadar Hb
R/ Penurunan kadar Hb merupakan indikator menurunnya daya tahan tubuh

            Diagnosa IV
Tujuan : Tidak menggigil
Kriteria Hasil :
-    Suhu tubuh normal
                     Intervensi :
-    Observasi TTV
R/ Penurunan suhu tubuh melebihi normal dapat menjadi dasar deteksi dini terhadap infeksi
-    Anjurkan pada keluarga untuk memberikan pakaian yang lebih tebal
R/ Agar klien tetap hangat dan untuk mempertahankan suhu tubuh
-    Ajarkan pada keluarga untuk mengetahui tanda-tanda dini hipotermi
R/ Deteksi awal akan memudahkan dalam penanganan

            Diagnosa V
Tujuan : Gangguan eliminasi alvi teratasi
Kriteria Hasil :
-    BAB 1-2 x/hr pada anak
-    Konsistensi lembek
-    BU 5-35 x/mnt
-    Tidak menunjukkan tanda dehidrasi
Intervensi :
-    Beri HE pada keluarga tentang penyebab diare
R/  Pengetahuan adekuat memyebabakan keluarga lebih kooperatif
-    Observasi BU
R/  Peningkatan BU merupakan indikator adanya gangguan penyerapan usus
-    Observasi warna, konsistensi, frekuensi BAB
R/ Keadaan feses merupakan indicator dari kerja usus
-    Beri makanan porsi kecil tapi sering sesuai program terapi
R/ Pemberian makanan secara bertahap memudahkan adaptasi usus sehingga makanan mudah diserna dan diabsorbsi

            Diagnosa VI
Tujuan : Klien dapat beraktivitas sesuai usia
Kriteria Hasil :
-    Badan tidak lemah
-    TTV normal : N : 80-90 x/mnt, TD : 90/80 mm/Hg, RR : 20-24 x/mnt
Intervensi :
- Observasi TTV
R/  Peningkatan nadi abnormal menunjukkan beban jantung berlebihan
- Anjurkan istirahat disela aktivitas
R/  Mengurangi kebutuhan oksigen
-    Bantu untuk melakukan aktivitas ringan
R/  Mengurangi beban jantung




























DAFTAR PUSTAKA




Suriadi, dkk.2001 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK. Edisi I. Fajar Interpratama, Jakarta

Ngastiyah, 1997, PERAWATAN ANAK SAKIT, EGC. Jakarta

Mansjoer, Arif dkk, 2001, KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN, Edisi III, Jilid II. Media Aesculapius Jakarta