Senin, 11 Februari 2013

LIMPOMA NON HODGKIN



ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

LIMPOMA NON HODGKIN

1.1  Pengertian
Limfoma non-hodgkin adalah golongan keganasan limfoid padat heterogen tanpa klasifikasi yang jelas. (Ilmu Kesehatan Anak hal. 12)

1.2  Etiologi
1.     Imunodefisiensi kongenital.
2.     Kegagalan transformasi Limfosit B dan Limfosit T.
3.     Infeksi Virus
·        Virus epstein-Barr yang berhubungan dengan Limfoma Burkit. Sebuah penyakit yang bisa ditemukan di Afrika.
·        Infeksi HTLV-1 (Human T Lymphotropic Virus Tipe I)

1.3  Tanda dan Gejala
1.     Kelelahan dan kelemahan.
2.     Nyeri dada
3.     Perubahan karakteristik urin dan feses
4.     Kehilangan nafsu makan
5.     Nyeri tekan pada nodus limfe yang terkena

1.4  Manifestasi Klinis
Gejala pada sebagaian besar pasien asimtomatik, sebanyak 20% pasisen dapat mengalami demam, keringat malam, perubahan berat nadan. Penyakit ini paling sering terjadi pada lambung, paru-paru dan tulang.

 PATOFISIOLOGI
Bahan Limfogenik
-          Susu
-          Bahan kimia
-          Radiasi
Pirogen
( virus )
Mutasi kromosom :
-          Translokasi
-          Delesi


Ketidakmampuan limfosit matang ( limfosit kecil )
Untuk mengubah morfologinya dan berdifrensiasi


 
Kegagalan transformasi limfosit B dan limfosit T


 
Kegagalan limfosit B berdifrensiasi memberntuk anti body
dan kegagalan limfosit T berdifrensiasi menjadi bentuk aktif


 
Limfoma noduler
 



Leher
Torak
Respiratory tract
SSP
           GIT



Pembesaran kelenjar getah bening
Obstruksi vena cava superior
Obstruksi vena cava inferoir
Kompresi trakea dan bronkus
TIK
N.VII
Infiltrasi peritoneal



Tekanan pada esofagus
-       Takikardi
-       Disritmia
-       Pembeng kakan, leher, rahang.
-       Asites
-       Odema ekstremitas bagian bawah
-       Dispnea
-       Parau
-       Takipnea
Ketidakmam puan otot pengunyah
Ketidakmam puan berbicara
Hepatomegali
Gagal ginjal







Disfagia
- Tangan kanan odena

Water
exess

Perubahan pola nafas
G3 Nutrisi kurang dari kebutuhan
G3 Verbal

Ikterus






¯Haluaran


G3 Nutrisi
G3 Aktivitas
Resiko pertukaran gas

Resiko perubahan jalan napas tidak efektif
Resiko injuri
 




























 

1.5  Pemeriksaan
Pada hasil lab mungkin ditentuakan Neutrofilia, monosit, besofilia, eosinofilia, limfopenia lengkap gejala lanjut
HB                : menurun
LED             : meningkat
Trombosit     : menurun

1.6  Penatalaksanaan
a.       Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan multidisiplin, terapi yang dapat dilakukan adalah :
1. Radio terapi.
LNH sangat radio sensitif
2. Kemoterapi
Limfoma stadium I atau II derajat menengah atau tinggi biasanya berespon baik terhadap kombinasi kemoterapi dengan tanpa radioterapi. Angka penyempitan sekitar 80-90%.
3. Kombinasi radio terapi dan kemoterapi setelah biopsi bedah.
b.      Tambahan Tx berdasarkan etiologi
1. Imunoterapi dengan maksud untuk menambah kekebalan tubuh terhadap kanker
2. Pembedahan / operasi
Yaitu mengangkat seluruh / sebagian jaringan kanker
3. Radiasi / penyinaran dengan sinar radioaktif dengan tujuan menghancurkan sel-sel kanker.
4. Kemoterapi :
- Sitostatika dengan maksud untuk membunuh  sel-sel kanker
- Hormon terapi dengan maksud untuk merubah millieu hidup dari sel-sel kanker.




1.7  Prognosis
Banyak pasien yang dapat mencapai respon sempurna, sebagian diantaranya dengan limfoma sel besar difus, dapat berada dalam keadaan bebas gejala dalam periode waktu yang lama dan dapat pula disembuhkan, pemberian regimen kombinasi kemoterapi agresif berisi doksombisin mempunyai respon sempurna yang tinggi berkisar 40-80%.


 ASUHAN KEPERAWATAN

2.8. Asuhan Keperawatan dengan LNH
I.       PENGKAJIAN
1.       IDENTITAS
Terutama menyerang pada anak yang lebih muda, tak ada distribusi umur yang karakteristik, anak laki-laki lebih sering terserang daripada anak wanita dengan perbandingan 3 : 1.
2.       RIWAYAT PENYAKIT
a.      Keluhan utama : sesak nafas
b.      Riwayat penyakit sekarang
-         Dispnea saat kerja dan istirahat
-         Batuk kering non-produktif
-         Peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman, penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
-         Demam menetap dan lebih tinggi dari 380 C
c.      Riwayat penyakit dahulu
d.     Riwayat kesehatan keluarga.
3.       KEBUTUHAN NUTRISI
Anoreksia
Disfagia
4.       KEBUTUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI
Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum, kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak, menurunnya aktifitas bermain.
5.       PEMERIKSAN FISIK
a.      Keadaan Umum
-         Suhu tubuh lebih dari 380 C, malaise, kelemahan
-         Peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman penggunaan
-         Otot bantu, stridor, sianosis
-         Batuk kerming non-produktif
-         Dispnea
b.      Kepala
-          Mata             :  ikterus sklera, konjungtiva putih (anemia).
-          Leher            :  pembesaran limfo nadi leher dan supraklavikular
-          Dada            :  bila terjadi perubahan pola nafas  dan ketidakefektifa bersihan jalan nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi dan kedalaman, penggunaan otot bantu dan suara nafas tambahan.
-          Abdomen     : adanya asites
-         Anus dan Genetalia
·        Eliminasi alvi dapat terganggu
·        Eliminasi uiri dapat terganggu penurunan keluaran urine, urine gelap/ pekat, anuria.
-            Ekstrimitas
·        Atas       :  pembengkakan tangan kanan
·        Bawah    :  edema ekstremitas bawah
6.       Pemeriksaan Penunjang
a.      Pada hasil lab ditemukan limfopenia
b.      LED : meningkat
c.      Trombosit  : menurun

II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.       Ketidakefektifas bersihan jalan nafas, potensial perubahan pola nafas sehubungan dengan
a.      Obstruksi trakeabronkial sekunder terhadap penumpukan sekret
b.      Pembesaran nodus mediastinal/ edema jalan nafas
c.      Sindrom vena kana superior
2.       Hipertermi sehubungan dengan efek pirogen terhadap pengaturan suhhu tubuh pada hipotalamus
3.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan : Berkurangnya intake untuk memenuhi kebtuhan metabolisme sekunder terhadap anoreksia.
4.       Gangguan rasa nyaman :

            Nyeri sehubungan dengan nodus pada kelenjar limfe

5.       Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan :
a.      Interpretasi yang salah terhadap informasi
b.      Tidak adanya sumber informasi

III. PERENCANAAN

1.       Prioritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kegawatan maslah
2.       Tujuan, Kriteria hasil, Rencana tindakan dan rasional rencana tindakan
a.      Diagnosa Keperawatan I
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas s/d
-         Tujuan : mempertahankan efektifitas pernafasan
-         Kriteria hasil :
·        Tidak terdengar suara nafas tambahan
·        Tidak ada tarikan otot bantu pernafasan
·        Tidak ada sekresi dari saluran pernafasan yang berlebihan
·        Frekuensi pernafasann dalam batas normal
-         Rencana Tindakan
·        Auskultasikan suara nafas, perhatikan adanya suara nafas tambahan
R   : Adanya obstruksi pada saluran nafas dimanifestasikan pada suara nafas.
·        Monitor frekuensi pernafasan
R   :  Takipnea merupakan kompensasi terhadap suatu stres, pernafasan dapat menjadi cepat/ lambat.
·        Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman, kepala lebih tinggi dari kaki
R   : Diafragma lebih rendah dapat memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, menurunkan resiko aspirasi.
·        Rubah posisi secara berkala (teratur).
R   :  Membantu mobilisasi dan pengeluaran sekret
·        Latih pasien untuk nafas dalam abstruk efektif
R   :  Nafas dalam memudahkan mekanisme ekspansi dada secara maksimal , batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
·        Lakukan sunction
R   :  Bila mekanisme pembersihan jalan nafas (batuk) tidak efektif dilakukan sunction.

·        Berikan O2 sesuai indikasi
R   :  Memaksimalkan transpor O2 dalam jaringan
b.      Diagnosa Keperawatan II
Hipertermi sehubungan dengan :
-         Tujuan : klien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal
-         Kriteria hasil :
Suhu tubuh     36,5 – 37,5 0C (bayi)
                        36 – 37,5 0C (anak)
Frekuensi RR :
Bayi : 30-60 x/mnt
Anak : 15-30 x/mnt
Frekuensi N :
Bayi : 100-120 x/mnt
Anak : 120-140 x/mnt
-         Rencana Tindakan :
·        Monitor temperatur tubuh
R   :  Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut
·        Monitor suhu lingkungan
R   :  temperatur lingkungan dipertahankan mendekati suhu normal
·        Berikan kompres dingin
R   :  Menurunkan panas lewat konduksi
·        Berikan antipiretika sesuai program tim medis
R   :  Menurunkan panas pada pusat hipotalamus
c.      Diagnosa keperawatan III
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan :
-         Tujuan : Klien dapat menunjukkan dan/ mempertahankan BB yang normal.
-         Kriteria hasil :
·        Adanya minat/ selera makan
·        Porsi makan sesuai kebutuhan
·        BB dipertahankan sesuai usia
·        BB meningkat sesuai usia
-         Rencana Tindakan :
·        Monitor intake makanan.
R   :  Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi makanan
·        Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
R   :  Mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan.
·        Sajikan makanan yang menarik merangsang selera dan dallam suasana yang menyenangkan
R   :  Meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake makanan
·        Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R   :  Makanan dalam porsi besar/ banyak lebih sulit dari konsumsi saat pasien anoreksia.
·        Timbang BB setiap hari
R   :  Memonitor kurangnya BB dan efektifas intervensi nutrisi yang diberikan.
·        Konsul ke ahli gizi
R   :  Memberikan bantuan untuk menetapkan diit dan merencanakan pertemuan individual bila diperlukan.
d.     Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nodus pada kelenjar limfe.
-         Tujuan : Klien tidak mengalami
-         Kriteria hasil :
·        Nyeri berkurang
·        Nyeri hilang
-         Rencana tindakan :
·        Kaji tingkat nyeri
R   :  Mengetahui derajat nyeri
·        Ajarkan tehnik relaxasi dan distraksi
R   :  Dapat menurunkan ketegangan dan merelaxasi otot-otot serta mengurangi rasa nyeri
·        Observasi TTV
R   :  Untuk deteksi perkembangan pasien


·        Kolaboasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik dan transbulizer
R   :  Menurunkan respons fisiologis terhadap nyeri/ ansietas menurunkan kebutuhan oksigen dan membatasi pengauh terhadap pernapasan.
e.      Diagnosa Keperawatan V
Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan :
-        Tujuan    : secara verbal keluarga dapat mengungkapkan/ menjelaskan proses penyakit dan pengobatan.
-         Kriteria hasil :
·        Keluarga  dapat mengidentifikasi proses penyakit dan pengobatan.
·        Adanya perubahan lingkungan/ gaya hidup.
-         Rencana Tindakan
·        Berikan informasi Limpoma non-Hodkin secara spesifik
R   :  Memberikan pengetahuan dasar, mengurangi kecemasan dan meningkatkan sikap kooperatif keluarga terhadap tindakan yang akan dikerjakan.
·        Diskusikan kemungkinan infeksi sekunder adanya tanda dan gejalanya.
R   :  Abnormalitas imunitas seluler mempunyai potensi infeksi
·        Diskusikan cara oral hygiene
R   :  Pada fase prodormal dan erupsi perawatan kebersihan diri sangat penting untuk dikerjakan

IV. PENATALAKSANAAN

Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan Lipoma non-Hodgkin :

1.       Menjaga fungsi pernafasan

2.       Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

3.       Mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi

4.       Mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri

5.       Memberikan informasi pada keluarga tentang proses penyakit dan pengobatan


V.    EVALUASI

1.       Mengukur pencapaian tujuan

2.       Membandingkan data yang terkumpul dengan kriteria hasil/ pencapaian tujuan yang telah ditetapkan