ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN APPENDIKSITIS
1. Landasan Teori
Pengertian
-
Apendiksitis adalah suatu peradangan dari apendiks
vermiformis akut yang merupakan jenis yang umum dari abdomen akut dan umumnya
dikarenakan oleh adanya sumbatan pada lemen apendiks (Purnawan. J. 1999 ; 397).
-
Apendiksitis adalah suatu kasus gawat bedah abdomen
yang paling sering terjadi dikarenakan oleh adanya situasi obstruksi lumen yang
diikuti dengan infeksi bakteri (Soeparman, 1990 : 177).
Etiologi
1)
Hiperplasia dari folikel limfoid.
2)
Adanya fekolid dari lumen apendiks.
3)
Adanya benda asing seperti cacing.
4)
Strinktur akurena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya.
5)
Karena sebab lain, misalnya : keganasan : karsinoma.
Patofisiologis
Obstruksi
Menyebabkan Mukosa Apendiks Terbendung
Menekan
Dinding Apendik Ferikulasi
pada Bakteri
Mengganggu
Aliran Limfe Nanah
Dinding
Apendik Odema Aliran
Limfe Terganggu
Merangsang
Tunika Serosa Radang nukol dan
mengenai Peritonium
Rasa
Nyeri Rasa
Nyeri Kanan Bawah.
Tanda dan
Gejala
1)
Nyeri perut kanan
2)
Anoreksia
3)
Panas badan
4)
Mual muntah
5)
Nyeri tekan daerah apendiks.
6)
Pada anak – anak perlu dibedakan dengan simple akut
gastritis edinitis kelenjar mesentum dan limfaginasi pada vaginasi terdapat
demam dan terdapat daerah vektal toucher.
7)
Pada laki – laki dewasa perlu dibedakan dengan batu
ginjal/ batu ureter kanan, hidro nefritis, enteritis regional akut, kuagulasi
testis kanan, epididi,is kanan.
8)
Pada wanita perlu dipikirkan salpingitis fisitel
rupturgraf kanan (biasanya terjadi pada pertengahan menstruasi) piulitis pada
wanita hamil, degenerasi merah dan mioma uteri.
9)
Pada orang tua perlu dipikirkan perforasi ulkusduodenum
kalosistis dari ovari dari ruptur neovisma aorta abdominalis.
Komplikasi
1)
Peritonitis umum
2)
Abses apendiks.
3)
Tromboplebitis supuratif.
4)
Abses subfrenitus dan fokal sepsis intraabdominal lain.
Manifestasi
klinis
Keluhan Apendiksitis biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilikus atau
peri umbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan
beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk. Nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif dalam beberapa jam
dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan dsatu titik dengan nyeri
maksimal.
Pemeriksaan
Penunjang (Djamaludin, 1994 ; 110)
1)
Pemeriksaan radiologis
·
Foto polos abdomen dikerjakan apabila dari hasil
pemeriksaan riwayat sakit dan pemeriksaan fisik meragukan.
·
Tanda – tanda peritonitis kuadran kanan bawah.
Gambaran perselubungan mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis
permukaan cairan udara di seikum atau ileum).
·
Patognomik bila terlihat gambaran fekolit.
·
Foto polos pada apndiksitis permorasi : gambaran
perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas dikuadran kanan bawah,
penebalan dinding usus disekitar letak apndiks, seperti skunder dan ileum,
garis lemak pra peritoneal menghilang, skoliosis kekanan, tanda – tanda
obstruksi usus seperti garis – garis permukaan cairan – cairan akibat paralis
usus – usus lokal didaerah proses infeksi.
2)
Laboratorium
·
Pemeriksaan darah : leukosit ringan umumnya pada
penderita apendiks sederhana lebih dari 13.000/m3 umumnya pada
apendiksitis perforasi tidak adanya leokositosis tidak menyingkirkan
apendiksitis.
·
Pemeriksaan urine : sedimen dapat normal atau
terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang
menempel pada ureter atau versika.
Diagnosa
Banding
1)
Gastroentritis akut.
2)
Adenitis Mesenterikum.
3)
Divertikulitis Meckoti
4)
Enteritis regional, amugiasis, ileitis akut, perfusi
ulkus deodem, kolik uteri, salpingitis akut, kehamilan ektopik etrganggu, dan
kista ovari (Purnawan J., ; 1999 ; 308).
Terapy
Apendiktomy
1)
Intervensi pra Bedah
a.
Jelaskan metode dan tujuan bedah pada klien dan
keluarga.
b.
Kaji pengalaman operasi sebelumnya, pengetahuan hal –
hal sebelum operasi dan kejadian setelah operasi.
c.
Jelaskan faktor resiko untuk bedah yaitu usia lanjut,
malnutrisi, respon neuroenduksin tak efektif, penyakit kronis tertentu dan
merokok.
d.
Beri kebebasan pemilihan pelayanan sebelum
menandatangani informed censort perawat memberi peluang kepada proses yang
harus menjamin surat
persetujuan ditandatangani pra operasi.
e.
Kenalkan pada pasien tentang bedah dan respon
psikologis.
f.
Diet pantang untuk dewasa yang menghadapi operasi besar
boleh makan 8 jam sebelumnya dan 4 jam tidak boleh makan dan minum.
g.
Bersihkan kulit dengan hati – hati.
h.
Persiapkan psikologis.
i.
Obat – obatan pra anastesi diberikan untuk mengurangi
cemas, mempertahankan keadaan darurat setelah anastesi mengurangi sekresi dan
mencegah gradikarat.
2)
Intervensi pasca bedah.
a.
Observasi tanda – tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan didalam, syok hipertami dan gangguan pernafasan.
b.
Pertahankan fentulasi pulmonal, bila sesak beri O2.
c.
Pertahankan sirkulasi.
d.
Pertahankan cairan dan elektrolit.
e.
Pertahankan keamanan dan kenyamanan.
·
Pencegahan cedera
·
Mengusahakan kenyamanan fisik.
·
Mengusahakan kenyamanan fisiologis.
2. Konsep Dasar Askep
Identitas
Penyakit ini dapat menyerang semua umur laki – laki maupun perempuan,
lebih sering menyerang laki – laki berumur antara 10 sampai 30 tahun.
Keluhan
Utama
Nyeri
Riwayat
Penyakit Sekarang
Nyeri pada perut kanan bawah, nyeri seperti teriris, kualitas nyeri
intermitten.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Cadangan karsinoma dapat merupakan faktor predisposisi terjadinya
apendiksitis, klien menderita hipertensi ataupun militus dapat mengalami
keterlambatan penyembuhan luka post apendiktomy.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Apakah klien mempunyai penyakit diabetes militus dan hipertensi.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Sirkulasi : adanya takikarai
2)
Filminasi : konstipasi radang diare, perut kembung, bising
usus berkurang/ tidak ada, distansi abdomen, nyeri tekan kekakuan.
3)
Nutrisi :
mual muntah
4)
Kenyamanan : nyeri didaerah abdomen, epigastrion dan
umbilikalis.
5)
Panas :
panas
6)
Pernafasan : tacypnea, pernafasan dangkal.
3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Terjadi
- Nyeri berhubungan dengan faktor pembedahan.
- Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan faktor pembedahan.
- Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan faktor keterbatasan mobilitas skunder terhadap pembedahan.
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal seperti nel kateter dan lain – lain.
4. Intervensi Keperawatan
1)
Diagnosa Keperawatan I
Tujuan :
Nyeri berkurang/ hilang
Kriteria hasil : Melaporkan
nyeri hilang/ terkontrol, tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi :
·
Pantau : tensi, nadi dan pernafasan setiap 4
jam, intensitas nyeri, tingkat kesadaran.
R/ Untuk
mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
·
Berikan obat analgesik
R/ Klien yang
dapat menilai intensitas nyeri, sebab nyeri adalah pengalaman yang subjektif.
Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri lebih hebat.
·
Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman.
R/ Mengurangi
penekanan dan mencegah otot – otot tegang, membantu menurunkan rasa tidak
nyaman.
·
Berikan istirahat sampai nyeri hilang.
R/ Istirahat
memerlukan pengeluaran energi, vasokonstriksi perifer terjadi nyeri yang hebat.
·
Jika diresepkan analgesik IV, aturlah analgesik
secara rutin selama 24 jam pertama, tidak menunggu pasien memintanya.
R/ Mempertahankan
kadar gula darah yang konsisten dari analgesik merupakan pengendali yang baik.
2)
Diagnosa Perawatan 2
Tujuan : Infeksi dapat dicegah
Kriteria Hasil : Meningkatkan
penyembuh luka dengan benar, bebas tanpa infeksi.
Intervensi :
·
Pantau : suhu badan tiap 4 jam, keadaan luka
ketika melakukan perawatan luka. Hasil laporan JDL terutama jumlah leukosit
(SDP).
R/ Mengidentifikasi
adanya kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
·
Jika suhu meningkat hingga 368 C
selama 48 jam, mulailah memperhatikan paru – paru tiap jam dan menambah intake
cairan melalui mulut, jika tidak ada kontra indikasi, beritahu dokter jika suhu
diatas
368 C.
368 C.
R/ Suhu diatas
normal dalam waktu 8 jam pertama mengidentifikasi atelektasis, oleh karenanya
setiap hari ke-5 pasca operasi meningkatkan infeksi luka atau infeksi lain.
·
Ganti verban sesuai aturan dengan menggunakan teknik
aseptik.
R/ Verban yang
lembab merupakan media klultur untuk pertumbuhan bakteri dengan mengikuti
teknik aseptik akan mengurangi resiko kontaminasi.
·
Berikan antiseptik yang ditentukan jika terdapat
demam.
R/ Antiseptik
memperbaiki termotik dalam otak untuk mengatasi semua.
3)
Diagnosa Keperawatan 3
Tujuan : Klien dapat melakukan personal hygiene.
Kriteria hasil : Mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri
secara mandiri.
Intervensi :
·
Tentukan aktivitas bantuan yang diperlukan,
berikan bantuan dengan aktivitas kerja sehari – hari sesuai keperluan
membiarkan klien sebanyak mungkin untuk dirinya.
R/ Mendorong
kemandirian klien untuk melaksanakan aktivitas.
·
Berikan waktu yang cukup bagi klien utnuk
melaksanakan aktivitas..
R/ Membebani
klien dengan aktivitas menyebabkan frustasi.
·
Menaruh bel ditempat yang mudah dijangkau.
R/ Memberikan
rasa nyaman pada waktu klien membutuhkan petugas.
4)
Diagnosa Keperawatan 4
Tujuan : Volume cairan seimbang
Kriteria hasil : Mendemonstrasi
keseimbangan cairan adekuat ditunjukkan dengan adanya tanda – tanda vital
stabil.
Intervensi :
·
Ukur dan catat pengeluaran dan masukan (termasuk
pengeluaran dan masukan, termasuk pengeluaran gastrointestinal kaji ulang
catatan intra koperasi).
R/ Dokumentasi
yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan / kebutuhan
penggantian dan pilihan – pilihan yang mempengaruhi intervensi.
·
Kaji pengeluaran uvinaris, terutama untuk tipe
prosedur operasi yang dilakukan..
R/ Mungkin akan
terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem
genitovinarius dan atau struktur yang berdekatan.
·
.Pantau tanda – tanda vital
R/ Hipotensi,
tachicardi, peningkatan pernafasan, mengindikasikan, kekurangan cairan.
·
Kolaborasi
R/ gantikan
kehilangan cairan yang telah didokumentasikan, catat waktu penggantian volume
sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misal ketidak seimbangan
elektrolit, dehidrasi, pingsan, kardiovaskuler.
·
Pasang kateter uvinarius dengan atau uvimeter
sesuai kebutuhan.
R/ Memberikan
mekanisme untuk memantau pengeluaran vinarius secara akurat.
·
Berikan kembali pemasukan oval secara berangsur
– angsur sesuai petunjuk.
R/ Pemasukan
oval tergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Engram (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikel Bedah, Volume 1.
Djamaloedin (1994), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah Staf Pengajar FKUI,
Jakarta.
Marylin Dongoes (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Purnawan Djunaedi, dkk (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Media Auscalipus,
FKUI, Jakarta.
Soeparman, Sarwono, (1999, Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Penerbit Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta.