Senin, 11 Februari 2013

APPENDIKSITIS



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN APPENDIKSITIS

1.      Landasan Teori
Pengertian
-          Apendiksitis adalah suatu peradangan dari apendiks vermiformis akut yang merupakan jenis yang umum dari abdomen akut dan umumnya dikarenakan oleh adanya sumbatan pada lemen apendiks (Purnawan. J. 1999 ; 397).
-          Apendiksitis adalah suatu kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi dikarenakan oleh adanya situasi obstruksi lumen yang diikuti dengan infeksi bakteri (Soeparman, 1990 : 177).
Etiologi
1)      Hiperplasia dari folikel limfoid.
2)      Adanya fekolid dari lumen apendiks.
3)      Adanya benda asing seperti cacing.
4)      Strinktur akurena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
5)      Karena sebab lain, misalnya : keganasan : karsinoma.
Patofisiologis
Obstruksi Menyebabkan Mukosa Apendiks Terbendung

             Menekan Dinding Apendik                      Ferikulasi pada Bakteri

             Mengganggu Aliran Limfe                                    Nanah
                                  
              Dinding Apendik Odema                       Aliran Limfe Terganggu

             Merangsang Tunika Serosa         Radang nukol dan mengenai Peritonium
                                  
                          Rasa Nyeri                                Rasa Nyeri Kanan Bawah.
Tanda dan Gejala
1)      Nyeri perut kanan
2)      Anoreksia
3)      Panas badan
4)      Mual muntah
5)      Nyeri tekan daerah apendiks.
6)      Pada anak – anak perlu dibedakan dengan simple akut gastritis edinitis kelenjar mesentum dan limfaginasi pada vaginasi terdapat demam dan terdapat daerah vektal toucher.
7)      Pada laki – laki dewasa perlu dibedakan dengan batu ginjal/ batu ureter kanan, hidro nefritis, enteritis regional akut, kuagulasi testis kanan, epididi,is kanan.
8)      Pada wanita perlu dipikirkan salpingitis fisitel rupturgraf kanan (biasanya terjadi pada pertengahan menstruasi) piulitis pada wanita hamil, degenerasi merah dan mioma uteri.
9)      Pada orang tua perlu dipikirkan perforasi ulkusduodenum kalosistis dari ovari dari ruptur neovisma aorta abdominalis.
Komplikasi
1)      Peritonitis umum
2)      Abses apendiks.
3)      Tromboplebitis supuratif.
4)      Abses subfrenitus dan fokal sepsis intraabdominal lain.
Manifestasi klinis
Keluhan Apendiksitis biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilikus atau peri umbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif dalam beberapa jam dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan dsatu titik dengan nyeri maksimal.

Pemeriksaan Penunjang (Djamaludin, 1994 ; 110)
1)      Pemeriksaan radiologis
·         Foto polos abdomen dikerjakan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat sakit dan pemeriksaan fisik meragukan.
·         Tanda – tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di seikum atau ileum).
·         Patognomik bila terlihat gambaran fekolit.
·         Foto polos pada apndiksitis permorasi : gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas dikuadran kanan bawah, penebalan dinding usus disekitar letak apndiks, seperti skunder dan ileum, garis lemak pra peritoneal menghilang, skoliosis kekanan, tanda – tanda obstruksi usus seperti garis – garis permukaan cairan – cairan akibat paralis usus – usus lokal didaerah proses infeksi.
2)      Laboratorium
·         Pemeriksaan darah : leukosit ringan umumnya pada penderita apendiks sederhana lebih dari 13.000/m3 umumnya pada apendiksitis perforasi tidak adanya leokositosis tidak menyingkirkan apendiksitis.
·         Pemeriksaan urine : sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau versika.
Diagnosa Banding
1)      Gastroentritis akut.
2)      Adenitis Mesenterikum.
3)      Divertikulitis Meckoti
4)      Enteritis regional, amugiasis, ileitis akut, perfusi ulkus deodem, kolik uteri, salpingitis akut, kehamilan ektopik etrganggu, dan kista ovari (Purnawan J., ; 1999 ; 308).
Terapy
Apendiktomy
1)      Intervensi pra Bedah
a.       Jelaskan metode dan tujuan bedah pada klien dan keluarga.
b.      Kaji pengalaman operasi sebelumnya, pengetahuan hal – hal sebelum operasi dan kejadian setelah operasi.
c.       Jelaskan faktor resiko untuk bedah yaitu usia lanjut, malnutrisi, respon neuroenduksin tak efektif, penyakit kronis tertentu dan merokok.
d.      Beri kebebasan pemilihan pelayanan sebelum menandatangani informed censort perawat memberi peluang kepada proses yang harus menjamin surat persetujuan ditandatangani pra operasi.
e.       Kenalkan pada pasien tentang bedah dan respon psikologis.
f.       Diet pantang untuk dewasa yang menghadapi operasi besar boleh makan 8 jam sebelumnya dan 4 jam tidak boleh makan dan minum.
g.      Bersihkan kulit dengan hati – hati.
h.      Persiapkan psikologis.
i.        Obat – obatan pra anastesi diberikan untuk mengurangi cemas, mempertahankan keadaan darurat setelah anastesi mengurangi sekresi dan mencegah gradikarat.
2)      Intervensi pasca bedah.
a.       Observasi tanda – tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam, syok hipertami dan gangguan pernafasan.
b.      Pertahankan fentulasi pulmonal, bila sesak beri O2.
c.       Pertahankan sirkulasi.
d.      Pertahankan cairan dan elektrolit.
e.       Pertahankan keamanan dan kenyamanan.
·         Pencegahan cedera
·         Mengusahakan kenyamanan fisik.
·         Mengusahakan kenyamanan fisiologis.

2.      Konsep Dasar Askep
Identitas
Penyakit ini dapat menyerang semua umur laki – laki maupun perempuan, lebih sering menyerang laki – laki berumur antara 10 sampai 30 tahun.
Keluhan Utama
Nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada perut kanan bawah, nyeri seperti teriris, kualitas nyeri intermitten.
Riwayat Penyakit Dahulu
Cadangan karsinoma dapat merupakan faktor predisposisi terjadinya apendiksitis, klien menderita hipertensi ataupun militus dapat mengalami keterlambatan penyembuhan luka post apendiktomy.
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah klien mempunyai penyakit diabetes militus dan hipertensi.
Pemeriksaan Fisik
1)      Sirkulasi            :  adanya takikarai
2)      Filminasi           :  konstipasi radang diare, perut kembung, bising usus berkurang/ tidak ada, distansi abdomen, nyeri tekan kekakuan.
3)      Nutrisi               : mual muntah
4)      Kenyamanan     : nyeri didaerah abdomen, epigastrion dan umbilikalis.
5)      Panas                : panas
6)      Pernafasan        :  tacypnea, pernafasan dangkal.

3.      Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Terjadi
  1. Nyeri berhubungan dengan faktor pembedahan.
  2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan faktor pembedahan.
  3. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan faktor keterbatasan mobilitas skunder terhadap pembedahan.
  4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal seperti nel kateter dan lain – lain.

4.      Intervensi Keperawatan
1)      Diagnosa Keperawatan I
Tujuan                         : Nyeri berkurang/ hilang
Kriteria hasil    : Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol, tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi        :
·         Pantau : tensi, nadi dan pernafasan setiap 4 jam, intensitas nyeri, tingkat kesadaran.
R/  Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
·         Berikan obat analgesik
R/  Klien yang dapat menilai intensitas nyeri, sebab nyeri adalah pengalaman yang subjektif. Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri lebih hebat.
·         Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman.
R/  Mengurangi penekanan dan mencegah otot – otot tegang, membantu menurunkan rasa tidak nyaman.
·         Berikan istirahat sampai nyeri hilang.
R/  Istirahat memerlukan pengeluaran energi, vasokonstriksi perifer terjadi nyeri yang hebat.
·         Jika diresepkan analgesik IV, aturlah analgesik secara rutin selama 24 jam pertama, tidak menunggu pasien memintanya.
R/  Mempertahankan kadar gula darah yang konsisten dari analgesik merupakan pengendali yang baik.
2)      Diagnosa Perawatan 2
Tujuan            : Infeksi dapat dicegah
Kriteria Hasil  : Meningkatkan penyembuh luka dengan benar, bebas tanpa infeksi.
Intervensi       :
·         Pantau : suhu badan tiap 4 jam, keadaan luka ketika melakukan perawatan luka. Hasil laporan JDL terutama jumlah leukosit (SDP).
R/  Mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
·         Jika suhu meningkat hingga 368 C selama 48 jam, mulailah memperhatikan paru – paru tiap jam dan menambah intake cairan melalui mulut, jika tidak ada kontra indikasi, beritahu dokter jika suhu diatas
368 C.
R/  Suhu diatas normal dalam waktu 8 jam pertama mengidentifikasi atelektasis, oleh karenanya setiap hari ke-5 pasca operasi meningkatkan infeksi luka atau infeksi lain.
·         Ganti verban sesuai aturan dengan menggunakan teknik aseptik.
R/  Verban yang lembab merupakan media klultur untuk pertumbuhan bakteri dengan mengikuti teknik aseptik akan mengurangi resiko kontaminasi.
·         Berikan antiseptik yang ditentukan jika terdapat demam.
R/  Antiseptik memperbaiki termotik dalam otak untuk mengatasi semua.
3)      Diagnosa Keperawatan 3
Tujuan             : Klien dapat melakukan personal hygiene.
Kriteria hasil   : Mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Intervensi        :
·         Tentukan aktivitas bantuan yang diperlukan, berikan bantuan dengan aktivitas kerja sehari – hari sesuai keperluan membiarkan klien sebanyak mungkin untuk dirinya.
R/  Mendorong kemandirian klien untuk melaksanakan aktivitas.
·         Berikan waktu yang cukup bagi klien utnuk melaksanakan aktivitas..
R/  Membebani klien dengan aktivitas menyebabkan frustasi.
·         Menaruh bel ditempat yang mudah dijangkau.
R/  Memberikan rasa nyaman pada waktu klien membutuhkan petugas.
4)      Diagnosa Keperawatan 4
Tujuan             : Volume cairan seimbang
Kriteria hasil    : Mendemonstrasi keseimbangan cairan adekuat ditunjukkan dengan adanya tanda – tanda vital stabil.
Intervensi        :
·         Ukur dan catat pengeluaran dan masukan (termasuk pengeluaran dan masukan, termasuk pengeluaran gastrointestinal kaji ulang catatan intra koperasi).
R/  Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan / kebutuhan penggantian dan pilihan – pilihan yang mempengaruhi intervensi.
·         Kaji pengeluaran uvinaris, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan..
R/  Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem genitovinarius dan atau struktur yang berdekatan.
·         .Pantau tanda – tanda vital
R/  Hipotensi, tachicardi, peningkatan pernafasan, mengindikasikan, kekurangan cairan.

·         Kolaborasi
R/  gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan, catat waktu penggantian volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misal ketidak seimbangan elektrolit, dehidrasi, pingsan, kardiovaskuler.
·         Pasang kateter uvinarius dengan atau uvimeter sesuai kebutuhan.
R/  Memberikan mekanisme untuk memantau pengeluaran vinarius secara akurat.
·         Berikan kembali pemasukan oval secara berangsur – angsur sesuai petunjuk.
R/  Pemasukan oval tergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikel Bedah, Volume 1.
Djamaloedin (1994), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah Staf Pengajar FKUI, Jakarta.
Marylin Dongoes (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Purnawan Djunaedi, dkk (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Media Auscalipus, FKUI, Jakarta.
Soeparman, Sarwono, (1999, Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.